kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencicipi laba dari usaha pizza lokal


Selasa, 20 Agustus 2013 / 13:39 WIB
ILUSTRASI. Industri farmasi


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Makanan khas Italia, seperti pizza dan spagetti, sudah tidak asing bagi lidah orang Indonesia. Tak heran banyak pebisnis kuliner yang membidik peruntungan dari usaha kuliner tersebut. Salah satunya, Pizza Hans di Lenteng Agung, Jakarta.

Adalah Aditya Nugrogo yang mendirikan usaha itu sejak 2011. Pizza besutannya  menawarkan tujuh pilihan topping, yaitu rasa pizza original, pizza sosis, pizza sayur, pizza bakso, pizza daging sapi, pizza daging ayam, dan pizza kombinasi. Menurut Aditya, pemilihan nama menu menggunakan bahasa Indonesia sebagai strategi memudahkan pelanggan saat memesan.

Ia juga mengklaim, pizza buatannya punya kandungan protein hewani, protein nabati dan kalsium yang pas. Satu loyang Pizza Hans dijual berkisar Rp 12.000-Rp 20.000.

Supaya usahanya cepat dikenal, Aditya pun membuka tawaran kemitraan sejak Februari 2012. Sekarang, sudah ada 30 mitra yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Yogyakarta, Purwokerto, Lampung, Batam hingga Palembang.

Ada dua paket booth yang ditawarkan, yaitu senilai Rp 15 juta dan Rp 25 juta. Perbedaannya hanya dari jenis booth yang didapat mitra. Mitra dengan investasi Rp 15 juta mendapat booth berbahan stainless steel, sedangkan booth paket kedua  dari kayu duco. Mitra juga mendapatkan perlengkapan masak, pelatihan, dan bahan baku awal pizza.

Aditya menghitung, mitra bisa meraih omzet Rp 7,5 juta sebulan. Dengan laba bersih 20%, mitra bisa balik modal sekitar 4 - 6 bulan.

Sistem Titip Kelola

Selain paket booth, mulai 1 September 2013, Aditya juga menawarkan paket mini resto. Uniknya, kerjasama ini menggunakan sistem titip kelola selama lima tahun.

Mitra hanya perlu menyiapkan investasi Rp 200 juta - Rp 260 juta. Investasi itu sudah termasuk franchise fee selama lima tahun. Dengan dana itu, pusat akan membuka sebuah mini resto di Jakarta. “Karyawan, sewa tempat, bahan baku dan operasional tanggung jawab pusat. Mitra hanya terima untung tiap bulan,” paparnya.

Estimasi Aditya, mini resto itu bisa menghasilkan omzet  Rp 30 juta - Rp 60 juta sebulan. Biaya royalti 15% dari omzet, sementara sekitar 60% untuk untuk operasional (bahan baku, gaji karyawan, dll) dan untung sekitar 25%. Dengan begitu, mitra bisa balik modal dalam dua tahun.

Setelah lima tahun, mitra yang ingin memperpanjang kerjasamanya dengan Aditya, mereka perlu membayar franchisee fee lagi.

Pengamat waralaba dari Sarosa Consulting, Pietra Sarosa menyebut, tawaran usaha mini resto dengan sistem titip kelola itu sah saja, meski belum ada prototipe usahanya.

Meski begitu, mitra harus memperhatikan sisi transparansi keuangan yang diberikan pusat kepada mitra. Harus ada gambaran jelas dana yang disetor mitra digunakan untuk apa. "Kalau tidak transparan juga bahaya dari segi hukum. Itu termasuk pengumpulan dana dari masyarakat,” imbuh Pietra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×