kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mendapat pasokan kedelai dari Kopti (2)


Rabu, 22 Oktober 2014 / 15:35 WIB
Mendapat pasokan kedelai dari Kopti (2)
ILUSTRASI. Bug WhatsApp Diam-Diam Mengakses Mic di HP Android, Kok Bisa?


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Havid Vebri

Sentra produksi tempe di Gang Tempe, Jalan KH Mas'ud, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan sudah berdiri sejak tahun 1990-an. Seluruh pengrajin tempe di gang ini tergabung di dalam Koperasi Pengrajin Tempe Tahu Indonesia (Kopti).  

Dengan bergabung di Kopti, mereka tidak kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku kacang kedelai. "Kami membeli kacang kedelai dari Kopti," kata Muhammad Husaeri, salah seorang pengrajin tempe.

Setiap hari ia membeli kedelai dari Kopti sebanyak 150 kilogram (kg). Selain membantu menyediakan bahan baku, Kopti juga membantu menyediakan layanan simpan pinjam. Siswanto, pengrajin lainnya juga mendapat pasokan kedelai dari Kopti sebanyak 150 kg setiap harinya.

Kadang ia langsung membeli hingga 1 ton. "Itu buat stok untuk pemakaian seminggu sekaligus buat jaga-jaga," katanya. Maklumlah, sebagai komoditas impor, harga kedelai sangat fluktuatif. Kadang pasokannya juga langka di pasaran. Saat ini, kata Siswanto, harga kedelai berada di kisaran Rp 8.200–Rp 8.300 per kg.  

Bagi para pengrajin tempe, setiap kenaikan harga sekitar Rp 1.000 kg–Rp 2.000 per kg cukup membebani. Alhasil, keuntungan bersih yang didapat semakin sedikit. "Kami pernah sampai mogok kerja tiga hari saat harga tempe melambung tinggi hingga Rp 9.200 per kg," paparnya.

Selain kendala bahan baku, bisnis ini relatif tidak ada masalah. Proses pembuatannya juga tidak sulit. Menurutnya, pengolahan kedelai hingga menjadi tempe membutuhkan waktu hingga tiga hari.

Soalnya, kacang kedelai harus melalui proses fermentasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan merebus kacang kedelai hingga empuk. Karena keterbatasan wadah, Siswanto biasanya membagi proses perebusan kedelai sebanyak 50 kg menjadi tiga kali.

Setelah direbus, kedelai direndam selama 12 jam. Lalu kedelai dipecah atau digiling agar kulitnya dapat dipisahkan. Setelah bersih, kacang kedelai dibilas kembali dan diberi ragi tempe. "Ragi tempe tergantung cuaca. Kalau panas, tidak perlu terlalu banyak. Sebaliknya kalau dingin perlu banyak," ungkapnya .

Kacang kedelai yang diragi juga harus dikemas di dalam plastik agar proses fermentasi bisa terjadi. Tempe-tempe tersebut disusun di rak-rak kayu, dan didiamkan selama satu hari satu malam.

Setelah permukaan kacang kedelai ditutupi jamur barulah ia menjadi tempe yang siap untuk dipasarkan. Namun, sebelum dijual, tempe dibungkus dulu dengan daun pisang agar daya tahannya lebih lama. "Tempe itu hanya memiliki masa kadaluarsa satu hari. Tapi kalau di lemari pendingin bisa tiga hari," ujarnya.

Biasanya, penjualan agak tinggi di musim hujan. Saat itu, banyak orang berburu tempe buat camilan.       

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×