kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menengok pusat batik legendaris di Wonogiri (3)


Sabtu, 23 Juni 2018 / 09:20 WIB
Menengok pusat batik legendaris di Wonogiri (3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Memasukki bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri, sentra batik wonogiren di Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah selalu kebanjiran pesanan. Para pemudik yang berasal dari berbagai kota, biasanya membeli batik wonogiren sebagai oleh-oleh.  

"Biasanya banyak yang pesan untuk seragam Lebaran. Ada yang pesan kain dengan motif tertentu, ada juga yang pesan pakaian jadi," tutur Daryono, perajin batik wonogiren sekaligus pemilik Rifky Batik. Selama Ramadhan penjualannya  meningkat hingga dua kali lipat dibanding hari biasa.

Kebanyakan pesanan masih berasal dari sekitar Wonogiri, Solo, Boyolali, Semarang dan Yogyakarta. Sedangkan pesanan untuk oleh-oleh dari para pemudik datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Sumatra, bahkan Kalimantan.

Lonjakan omzet juga diungkapkan oleh Sri Lestari, pemilik Batik TSP. Ia lebih banyak mendapat pesanan kain batik. "Hampir 90% pesanan berupa kain," tuturnya. Omzet Batik TSP pun meningkat sampai 3x lipat dibanding pekan biasa.

Tak hanya sepanjang Ramadhan dan Lebaran yang membawa berkah bagi para perajin batik wonogiren. Pada perayaan Natal dan Tahun Baru, pesanan juga ramai berdatangan. Namun, pesanan diakhir tahun lebih banyak berupa pakaian jadi ketimbang kain batik.

Setiap gerai batik di sentra batik wonogiren Tirtomoyo ternyata juga menyediakan jasa jahit. Selain itu, tak hanya kain batik dengan motif wonogiren, sentra ini juga menyediakan kain batik dari daerah lainnya.  

Menurut penuturan Sri, sentra batik wonogiren Tirtomoyo memang sempat mati suri. Namun, awal 2000-an, sentra ini kembali bergeliat berkat kegigihan para perajin dan dukungan pemerintah daerah. "Jadi, sekitar tahun 2004, Bupati Wonogiri mulai berkomitmen menghidupkan kembali batik wonogiren. Dan program itu berlanjut sampai sekarang," kata Sri. Ia mengaku senang, pemerintah kembali memperhatikan nasib para perajin dan berupaya melestarikan peninggalan leluhur.

Bahkan, menurut pengakuan Daryono, Bupati Wonogiri yang menjabat saat ini mulai mewajibkan pegawai pemerintahan Kabupaten Wonogiri menggunakan batik wonogiren setiap hari Jumat. "Kebijakan itu sangat membantu para perajin," ungkapnya.

Ia juga mengatakan jika pemerintah juga memfasilitasi para perajin batik wonogiren lewat sebuah gerai batik di pusat Kabupaten Wonogiri. Keberadaan gerai tersebut diharapkan bisa membantu para perajin dalam memasarkan produknya.

Namun, dalam perjalanannya, para perajin merasa peran gerai kurang maksimal untuk penjualan. "Entah karena promosinya kurang atau tempatnya kurang strategis. Saya juga tidak tahu penyebabnya, yang jelas penjualan batik di sana tidak seberapa," tandasnya.      

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×