kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Mengandangkan peruntungan onagari si ayam hias Jepang


Sabtu, 13 Januari 2018 / 11:10 WIB
Mengandangkan peruntungan onagari si ayam hias Jepang


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Jenis ayam hias kini semakin beragam. Tidak hanya ayam asli dari Indonesia saja tapi ayam asal luar negeri mulai ada penggemar. Salah satunya adalah ayam onagadari.

Ini adalah ayam yang berasal dari negeri Sakura, Jepang. Biasanya, ayam jenis ini ditemukan di wilayah Shikoku, Jepang.

Para warga di wilayah itu biasanya menggunakan bulu ayam yang paling dihormati di negeri tersebut  untuk menghias pelindung kepala. Bulu ayam ini juga dipakai untuk menghias tombak para tentara di negara tersebut.

Maklum saja, ayam ini memang tergolong unik dan berbeda dari ayam kebanyakan. Sebab, jenis unggas ini  memiliki bulu ekor yang sangat panjang, bahkan bisa mencapai lebih dari dua meter.

Karakter unik inilah yang membuat onagadari mulai punya banyak penggemar di Tanah Air. Sejumlah penggemarnya juga mulai membudidayakan ayam jenis ini.  Salah satunya adalah Muhammad Akbar asal Palembang, Sumatera Selatan.

Laki-laki yang akrab disapa Akbar ini mengaku sudah dua tahun lalu mengembangbiakkan ayam berekor panjang ini. Ia membeli bibit onagadari dari seorang peternak asal Magelang, Jawa Tengah.

Perlahan namun pasti, ia mulai membudidayakan ayam Jepang tersebut. Ia berhasil mengembangkan enam indukan ayam onagadari. Terdiri dari dua pejantan dan empat betina.

Dari indukan itulah Akbar mulai mengembangbiakkan ayam tersebut. Saat ini saja, ia mengklaim sudah memiliki 10 ekor onagadari yang siap untuk dijual.  

Dia mengaku penjualan onagadari terbilang cukup bagus karena dalam sebulan bisa mengirimkan lima pasang ayam ke tangan konsumen. "Memang sedang ramai apalagi kemarin baru saja ada lomba ayam hias semenjak itu konsumen makin banyak yang minat," katanya pada KONTAN, Selasa (26/12).

Jangkauan pasarnya tidak hanya di sekitar Palembang. Dia juga memasarkan onagadari ke daerah lainnya seperti Jambi, Bengkulu, dan lainnya.

Sedangkan untuk harga, ia membanderol sekitar Rp 550.000 per pasang untuk usia satu bulan. Sedangkan, untuk indukan bisa mencapai Rp 3,5 juta per ekor bila mempunyai ekor panjang maksimal yang mencapai dua meter dan kondisi mulus.

Peternak lainnya adalah Saiful Aziz asal Yogyakarta. Dia mengembangbiakkan ayam ini sejak tahun 2013. Sampai sekarang sudah ada sekitar tiga jantan, sembilan betina, dan 30 ekor anakan.  

Menurutnya, untuk area Jawa, ayam onagadori sudah tidak lagi menjadi primadona. Meski demikian, bukan berarti penjualnnya menurun. "Penjualannya masih tergolong stabil tiap bulan," jelasnya.

Dia menjual anakan onagadari usia satu bulan seharga Rp 200.000 per ekor. Dalam sebulan, sekitar 30 ekor anakan laku terjual. Konsumennya pun tidak hanya dari sekitar kota gudeg tapi juga kota-kota lainnya seperti Sumatera dan Kalimantan.

Saiful mengingatkan, untuk pengiriman ayam dewasa atau indukan yang sudah memiliki ekor panjang, ada  baiknya ekor dibalut koran serta diselotip. Tujuannya adalah supaya tekstur bulu ayam Onagadari tidak rusak selama perjalanan.      

Ekor onagadari rentan rusak saat musim kawin

Mempunyai karakter yang unik, ayam onagadari  membutuhkan perawatan khusus untuk menjaga bentuk badan serta pertumbuhan bulu. Saiful Aziz, peternak asal Yogyakarta menjelaskan bila ayam ini harus ditempatkan pada kandang yang dilengkapi dengan tempat bertengger. Tujuannya, agar bulu ekornya tidak langsung menyentuh tanah.

Selain itu, kandang harus dijaga tetap bersih dan kering agar bulu tidak rusak akibat termakan serangga. Sehingga, saban hari kandang harus dibersihkan.

Ayam onagadari juga perlu mandi seminggu sekali. Setelah mandi, bulunya harus segera dikeringkan. Baik dijemur di bawah sinar matahari atau hairdryer.  

Saat berumur tujuh bulan, ayam bisa dikawinkan. Asal tahu saja, saat proses kawin ini ini ekor si betina pasti rusak karena dikejar-kejar oleh penjantan. "Tapi, biasanya ayam yang dipelihara untuk kontes tidak akan dikawinkan," kata Aziz.  

Pakan ayam onagadari tak merepotkan karena dapat diberi campuran jagung, beras merah, biji kacang hijau, dan voer dengan perbandingan 1:1:1:2. Aziz mengingatkan, ayam onagadari harus diberi makanan berserat yang cukup agar badannya tak terlalu gemuk.

Muhammad Akbar, peternak asal Palembang, Sumatra Selatan menyarankan kandang ayam dibuat dengan model panggung. Dengan begitu,  ayam tidak langsung bersentuhan dengan tanah serta kotoran tidak masuk dalam kandang.

Sewaktu umur 1,5 bulan, ayam ini sudah mulai membentuk ekor panjang. Saat itulah, ayam harus dibiasakan untuk bertengger pada batang, untuk menjaga bulunya tetap cantik.

Untuk pakannya, tidak jauh berbeda dengan Aziz, Akhar memberi campuran voer, nasi, dan beras merah. Pemberiannya cukup dua kali sehari pagi dan sore hari.

Menurutnya, ayam ini wajib dimandikan tiga kali seminggu dan dijemur untuk menjaga pertumbuhan bulu dan menghindari dari kutu dan jamur.

Berbeda dengan kebanyakan jenis ayam, onagadori tergolong cukup sulit untuk kawin secara alami atau sendiri tanpa bantuan manusia. " Biasanya mereka tidak mau," katanya.

Sehingga, untuk mempermudah proses breeding, dia kerap membantu proses perkawinan. Dengan begitu, kerusakan ekor pun dapat diminimalisir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×