kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menganyam kembali potensi kerajinan macrame yang pernah hits


Rabu, 07 Februari 2018 / 10:30 WIB
Menganyam kembali potensi kerajinan macrame yang pernah hits


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Apakah Anda pernah menggunakan anyaman tali untuk menggantung pot? Sebelum banyak pot gantung plastik atau penggunaan kawat sebagai penggantung, banyak orang merangkai tali plastik (tali jemuran) sebagai penggantung pot.

Nah, belakangan ini tren tersebut muncul lagi seiring dekorasi rumah ala skandinavian populer di kalangan ibu-ibu. "Nah, macrame ini identik dengan style skandinavian dan bohemian yang menonjolkan kesan vintage," terang Yuanita Retno Astuti, pemilik Instyle 88 (@instyle88_studio) asal Tangerang Selatan, Banten.

Ia mendirikan Instyle 88 sejak Januari 2017 lalu. Dari awal pendiriannya, Nita, sapaan akrab Yuanita sudah menduga jika tren macrame akan kembali digandrungi. Sejak awal dirinya menjual aneka produk macrame, mulai hiasan dinding, macrame seri dream catcher sampai macrame untuk gantungan pot.

Harga yang dibanderol untuk produk macrame buatan Instyle 88, mulai dari Rp 35.000 sampai Rp 450.000. Nita menjelaskan harga tersebut tergantung pada ukuran, bahan yang digunakan dan tingkat kerumitan. "Untuk gantungan pot harganya mulai Rp 35.000 itu. Kalau untuk yang hiasan dinding mulai Rp 125.000 per buah. Satu produk biasanya sudah sepaket dengan kayu untuk gantungannya," jelasnya.

Nita bilang penggemar macrame sebagian besar datang dari kalangan kaum hawa, terutama ibu rumah tangga. Peminat macrame juga terus meningkat setiap bulan. Saking banyaknya permintaan, Nita harus membatasi pesanan. Ia mengaku pesanan macrame datang dari seluruh wilayah di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Bahkan ada pesanan dari Malaysia dan Amerika Serikat yang sempat ditolak Nita.   

Namun, Nita biasanya batasi pesanan maksimal 20 buah untuk seminggu. Ia menerapkan sistemnya pre-order untuk pembelian macrame. "Kalau tidak dibatasi bakal membludak seperti awal buka dulu, seminggu sampai 40 pesanan," ungkapnya. Praktis, dalam sebulan Nita bisa memproduksi dan menjual sebanyak 80 buah macrame.

Booming tren macrame juga diakui oleh Monica Novianty, pemilik My Lazy Saturday (@mylazysaturday) asal Jakarta. Ia mengaku membuka onlineshop khusus menjual macrame karena melihat tren yang terus berkembang setahun belakangan ini. "Saya baru buka onlineshop ini sekitar Oktober 2017 lalu. Teman-teman saya ternyata banyak yang mencari macrame," tuturnya.

Tak jauh berbeda dengan Instyle 88, My Lazy Saturday juga menawarkan aneka produk macrame sebagai hiasan dinding dan gantungan pot. Harga yang dibanderol mulai Rp 50.000-Rp 500.000 per buah. "Semakin rumit motifnya dan semakin bagus bahannya, harganya bisa makin tinggi. Kami juga menerima pesanan custom seperti yang diinginkan oleh  konsumen," tutur Monic.     

Permintaan masih tinggi, potensi pasar macrame masih luas

Kerajinan macrame sebenarnya kerajinan berasal dari Amerika Latin. Di Indonesia, kerajinan macrame sudah dikenal sejak tahun 70-an. Macrame sendiri sebenarnya kerajinan anyaman dengan aneka motif yang berbahan dasar tali. Para pembuat macrame pun menilai potensi bisnis macrame masih sangat luas. Buktinya, permintaan terus saja berdatangan.

Ada dua jenis tali yang biasanya digunakan untuk membuat macrame, yaitu tali kur dan tali katun. Kedua tali itu juga punya keunikan tersendiri. Jika tali kur punya warna yang cerah dan glossy, tali katn biasanya lebih soft dan berkesan elegan.  

Yuanita Retno Astuti, pemilik Instyle 88 (@instyle88_studio) memakai kedua tali tersebut untuk berkreasi dengan macrame. Harga macrame dari tali kur lebih terjangkau dibanding tali katun.

Lantaran warna tali katun terbatas, hanya didominasi warna netral, Yuanita pun sering menerapkan teknik pewarnaan ombre. "Supaya macrame-nya ada warnanya di bagian bawah,” terang Nita, panggilan akrabnya. Ia bilang kreasi warna pada macrame merupakan salah satu cara agar makin menarik minat konsumen.

Selain kreasi warna, Nita juga mengembangkan motif anyaman pada macrame agar konsumen tak bosan. “Kalau Instyle 88 sendiri sekarang sudah punya sekitar 30-an motif. Motif-motif itu saya perbarui terus.
Ada beberapa motif yang dipertahankan karena konsumen suka. Ada beberapa yang didrop dan diganti motif baru,” ungkapnya.

Monica Novianty, pemilik My Lazy Saturday (@mylazysaturday) asal Jakarta juga mengakui jika memperbarui motif perlu dilakukan. Bahkan dirinya pernah mendapat rekomendasi beberapa motif dari konsumen. “Ada yang minta motifnya pengen begini, ada juga yang suka motifnya tapi minta warnanya beda. Permintaan konsumen macam-macam, tapi tetap kami layani,” tuturnya.

Monic maupun Nita sama-sama mendapat inspirasi beragam motif macrame dari tutorial blog, Youtube maupun Pinterest. Tutorial beragam motif macrame datang dari luarnegeri. “Semua referensi memang dari luarnegeri karena memang asal kerajinan macrame ini dari sana. Kalau dari Indonesia sendiri, saya masih belum ketemu yang bikin tutorial soal macrame lengkap,” kata Nita.

Baik Nita maupun Monic juga tidak merasa kesulitan dalam mendapatkan bahan tali kur maupun tali katun. Kedua bahan tersebut mudah ditemukan di toko bahan kerajinan maupun toko bahan jahit. “Cari bahan talinya mudah, tapi buatnya yang agak rumit,” ujar Monic sambil tertawa.

Soal persaingan, Nita menuturkan perajin macrame di Indonesia makin banyak bermunculan. Mulai banyak kaum hawa yang tertarik untuk membuat macrame sendiri, sehingga pelatihan tentang macrame juga mulai banyak ditemui. Meski makin banyak perajin macrame, Nita tetap merasa pasar kerajinan ini masih luas untuk digarap dan kebutuhannya masih besar.

“Dulu waktu saya buka onlineshop macrame di Instagram, setau saya baru ada tiga pemain di Instagram. Sekarang sudah banyak banget. Tapi Alhamdulilah, permintaan juga masih tinggi, bahkan saya harus batasi pesanan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×