kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengecap manis budidaya si buah langka kecapi


Sabtu, 02 Juni 2018 / 14:05 WIB
Mengecap manis budidaya si buah langka kecapi


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kini, mungkin sebagian besar orang justru mengenal kecapi sebagai nama salah satu jenis alat musik. Namun, ternyata kecapi (Sandricom Koetjape) merupakan tanaman khas Jakarta yang kini keberadaannya sudah langka.

Penduduk asli Betawi dulu banyak menanam pohon kecapi di pekarangan rumah. Namun, karena buahnya kalah populer dengan buah lainnya yang punya nilai jual lebih tinggi, seperti rambutan, mangga atau durian, kecapi pun tak dilirik lagi. Saat ini, hanya segelintir orang yang menanam pohon dengan nama lain sentul atau santol ini.

Buah kecapi sendiri, sekilas seperti manggis, yang terdiri dari beberapa buah berwarna putih. Hanya, kulit buahnya berwarna kuning. Yang matang, rasanya dominan manis dan sedikit masam.

Kini, berkembang kecapi bangkok. Seperti namanya, buah kecapi jenis ini punya ukuran lebih besar atau dua sampai tiga kali lebih besar dari buah kecapi umumnya. Rasanya juga lebih manis dan segar. Tak heran, kecapi bangkok pun jadi buruan.

Lahar Mahdi, pembudidaya tanaman asal Purworejo, Jawa Tengah mengatakan, meski banyak yang mencari kecapi bangkok, namun peminatnya hanya kalangan tertentu saja, seperti kolektor atau penggemar tanaman. "Saya rasa tanaman ini masih kurang publikas,i jadi orang umum belum banyak yang tahu dan kenal," tegasnya.

Pasalnya, dalam setahun dia hanya mampu menjual sekitar 500 bibit kecapi bangkok. Mahdi menjual bibit kecapi bangkok ini Rp 25.000 untuk bibit berukuran 30cm dan Rp 100.000 untuk bibit berukuran 1,5 meter.

Meski lahan pembibitannya ada di Purworejo, namun penjualan bibitnya tak terbatas hanya di kota-kota sekitarnya atau seputar Jawa Tengah. Mahdi sudah mengirim bibit kecapi bangkok ini hingga Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Selain dari mulut ke mulut, dia juga melapak daring.

Penjual bibit kecapi bangkok lainnya adalah Puriyani Hasanah, seorang pembudidaya tanaman  asal Bogor, Jawa Barat. Namun, meski tak menuai penjualan yang tinggi, Puri bilang, selalu ada konsumen yang mencari tanaman tersebut.  

Sebab, Puri hanya membudidayakan tanaman untuk suvenir. Bbibit tanamannya dijadikan sebagai suvenir acara-acara spesial seperti pernikahan, ulang tahun, dan lainnya.

Puri mengaku hanya membibitkan tanaman ini saat ada pesanan dari konsumen. Dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menyiapkan tanaman.

"Biasanya konsumen sekali beli jumlahnya bisa ratusan karena untuk suvenir," katanya. Untuk harganya di patok Rp 9.000 per bibit dengan ukuran 30 cm. Bila permintaan sedang tinggi, dia menjalin mitra dengan pembudidaya lainnya yang berada di Bogor.

Pelanggannya datang dari berbagai kota di wilayah Jabodetabek. Untuk menjaga tanaman tetap dalam kondisi bagus, pengirimannya pun menggunakan pick up atau kendaraan pribadi sang pembeli.      

Kecapi bangkok rentan hama ulat dan kutu putih

Kecapi merupakan tanaman khas Jakarta yang langka. Tanaman ini berasal dari Indocina dan Melanesia bagian barat yang kemudian masuk ke Asia tropis.   

Di Indonesia, kecapi mudah dikembangbiakkan. Termasuk juga kecapi bangkok, jenis yang kini banyak jadi buruan. Lahar Mahdi, pembudidaya asal Purworejo, Jawa Tengah menjelaskan, tanaman ini tidak membutuhkan perawatan khusus. Penyiraman cukup dilakukan sehari sekali dan pastikan air akan mencapai akar. Kecapi bangkok juga butuh sinar matahari langsung untuk proses fotosintesis.

Saat musim pancaroba, tanaman ini rentan terkena hama ulat. Sehingga, ada baiknya untuk melakukan penyemprotan menggunakan cairan pestisida dan jamur, agar tanaman tidak mati terkena hama. "Proses penyemprotannya cukup dua bulan sekali saja," katanya pada KONTAN.

Untuk mengembangbiakkan kecapi bangkok, para pembudidaya lebih senang menggunakan biji buah kecapi dari pada teknik cangkok, tempel mata atau lainnya. Alasannya, tanaman lebih kuat karena mempunyai akar langsung.

Pilih biji dari buah yang sudah matang, kemudian biji dibersihkan dan direndam kurang dari 24 jam. Tujuannya, agar serabut pada biji hilang.

Setelah itu, siapkan media tanam dari campuran tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:2:1. Barulah biji siap disemai. Jangan lupa untuk memasang paranet agar panas sinar matahari tak merusak bibit.

Untuk tanaman baru, sebaiknya disiram secara rutin, namun tak berlebihan atau sehari sekali. Sekitar dua sampai empat minggu tunas baru mulai muncul. Saat tanaman mulai tumbuh dewasa, dapat dipindahkan ke polibag berukuran besar atau langsung ke tanah.  

Puriyani Hasanah, pembudidaya asal Bogor, Jawa Barat juga melakukan hal yang sama. Dia memperbanyak pohon tanaman kecapi melalui biji.

Puri mengaku, biji yang sudah dibersihkan dan masih basah dapat langsung disemai pada media tanam hasil pencampuran tanah sekam dan pupuk kandang (perbandingan 2:1:1).

Agar biji cepat mengeluarkan tunas baru, baiknya ditempatkan pada lokasi yang langsung terkena sinar matahari. Dalam waktu dua minggu kecambah alias tunas baru sudah mulai muncul.

Saat tanaman mulai berkembang dan menjadi lebih besar, maka dapat dipindahkan ke dalam pot dengan diameter lebih besar.

Untuk perawatannya pun sangat mudah. Tanaman hanya butuh disiram secara rutin, satu kali sehari. Proses pemupukan pun cukup dua bulan sekali menggunakan pupuk kandang atau pupuk hasil fermentasi kotoran kambing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×