Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Selain terkenal sebagai daerah penghasil beras terbesar di Jawa Tengah, para petani di Desa Mlaten, Demak juga menanam bawang merah di sawahnya. Tanaman ini cukup potensial mengingat kebutuhannya juga terus meningkat.
Sunaryo salah satunya. Dari satu hektar lahannya, ia membagi seperempat bagian untuk menanam bawang merah sejak lima tahun lalu. Pembagian lahan seperti Sunaryo ini, juga diikuti oleh petani Desa Mlaten lainnya. Seperti Muhsinin mulai bertani bawang dua tahun terakhir.
Meski padi menjadi penghasilan utama lahan pertaniannya, sejatinya, petani di desa ini sudah sejak membagi lahannya untuk tanaman lainnya. Muhsinin mengatakan, para petani biasanya mengikuti tren tanaman yang sedang dibutuhkan pasar. "Dulu pernah juga tanam pohon jambu air, tapi kalau sekarang bawang merah dan padi," jelas dia.
Kini, pilihan jatuh pada bawang merah lantaran hasilnya lebih menjanjikan. Namun, besarnya pendapatan juga harus didukung dengan modal yang besar pula.
Karena keterbatasan modal, belum semua petani membagi lahan mereka untuk menanam bawang merah. Alhasil, petani yang menanam bawang merah belum sebanyak sebanyak jumlah petani yang menanam padi. "Belum semua petani berani karena butuh modal besar," ungkap Muhsinin.
Dari ribuan petani Desa Mlaten, Demak, Muhsinin bilang, yang menanam bawang baru 30%. Biasanya, petani ini yang sudah punya skala usahanya besar atau petani yang ekonominya tergolong menengah atas.
Dia menaksir, kebutuhan modal untuk menanam salah satu bumbu masakan ala Indonesia ini sebesar Rp50 juta hingga Rp 100 juta. Namun, dengan modal yang besar ini, Muhsinin menjelaskan, hasil yang akan diterima juga akan setimpal jika panen berhasil.
Sebaliknya, saat menemui gagal panen, risiko kerugian juga tak dapat dihindari. "Kalau dapat banyak, ya banyak, kalau tidak dapat ya rugi, tapi harus rela jangan mengeluh," kata Muhsinin.
Kondisi ini jauh berbeda dengan menanam padi. Komoditi yang diolah jadi beras ini hanya butuh modal sedikit. Tapi, pendapatan yang diraih dari panen padi juga tidak sebanyak ketika panen bawang merah.
Oleh sebab itu, kebanyakan petani di Desa Mlaten menerapkan strategi untuk membagi lahan pertanian mereka. Untuk mengejar keuntungan besar, mereka akan menanam bawang merah.
Terutama, saat mereka memperkirakan harga padi merosot. Maklum, masa tanam hingga panen bawang merah ini lebih cepat dari padi. Umur panen bawang merah biasanya dua hingga tiga bulan, sementara padi lebih dari empat bulan.
Baik Sunaryo maupun Muhsinin menjual bawang merahnya dengan harga berkisar Rp 13.000-Rp 15.000 per kilogram. Biasanya, mereka jual ke tengkulak.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News