kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggantung laba setinggi langit-langit


Senin, 22 April 2013 / 14:41 WIB
Menggantung laba setinggi langit-langit
ILUSTRASI. Konsumsi 5 Makanan Sehat Ini untuk Menyuburkan Kandungan


Reporter: Revi Yohana, Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Biasanya langit-langit alias plafon bangunan dicat putih. Namun, belakangan mulai ngetren, plafon yang dilukis cantik. Maklum, tampilan ruangan yang artistik bisa memberikan suasana lebih nyaman bagi penghuni atau orang yang berdiam di dalamnya.

Mulai dari rumah tinggal, pusat perbelanjaan, hingga rumah ibadah pun telah banyak yang menggunakan lukisan plafon. Objek gambar pun beragam, mulai dari  lukisan awan, malaikat, pemandangan, hingga tokoh sejarah Romawi.

Salah satu pelukis plafon adalah Hadi Sutrisno. Pemilik Kreasi Karya Cipta ini bilang, sejauh ini, gambar yang paling digandrungi kliennya adalah lukisan duplikasi karya Da Vinci. "Saya bisa melukis sesuai dengan permintaan. Namun, saya juga menyiapkan sejumlah desain pilihan bagi calon klien," tuturnya.

Usaha melukis plafon sudah ditekuninya sejak 2005. Meski ketika itu melukis plafon belum setenar sekarang, namun ia melihat prospek yang bagus. Kemampuan melukis langit-langit ruangan tak harus dipelajari di sekolah khusus. Hadi mengaku, ia mempelajari cara melukis dari kawannya.

Katanya, melukis plafon hampir sama seperti melukis mural atau lukisan dinding, hanya ada tingkat kesulitan tertentu. Syaratnya, pelukis harus bisa tahan melukis sambil mendongak. "Sesekali juga harus naik turun untuk mengecek proporsi lukisan. Ini dilakukan jika tidak ada yang mengawasi di bawah," papar pria kelahiran 31 tahun silam ini.

Sebetulnya bisa saja plafon yang akan dilukis diturunkan. Tapi, berisiko rusak atau kotor, baik ketika diturunkan atau dipasang kembali. Hadi bilang, plafon bentuk melengkung lebih mudah dilukis ketimbang plafon berbentuk rata.

Pasalnya, plafon melengkung memberi efek tiga dimensi atau hidup pada lukisan. Sementara untuk plafon datar, pelukis harus menciptakan sendiri efek hidup.

Belajar melukis

Pelukis plafon lainnya, Lie Gunawan Rustanto juga mengaku tidak punya pendidikan formal dalam bidang melukis. Pria lulusan Ilmu Komunikasi di salah satu universitas di Tangerang ini belajar melukis dari temannya.

Saat mendirikan jasa melukis ini di tahun 2011, Gunawan sebetulnya masih berprofesi sebagai marketing di perusahaan asuransi. Tapi sejak tahun lalu, ia memutuskan untuk serius menekuni jasa melukis plafon. Objek lukisannya disesuaikan dengan pesanan klien. Namun, Gunawan juga memberikan contoh gambar-gambar yang pernah dibuat sebagai alternatif.

Demi memuaskan konsumen, ia memberi semacam garansi bagi klien selama proses pengerjaan lukisan.  "Jadi, sebelum rampung, konsumen saya suruh lihat dulu. Kalau ada yang tidak cocok, bisa diperbaiki atau diubah,” ujar pria kelahiran 33 tahun silam ini.  

Proses melukis plafon diawali dengan mengecat plafon dengan warna dasar putih. Setelah itu, pelukis membuat sketsa menggunakan pensil, kapur, atau kuas. Jika sketsa rampung, dilanjutkan dengan pengeblokan warna. Pada tahap ini, warna gelap biasanya akan dibuat lebih dahulu.

Kemudian, pewarnaan keseluruhan. Tahap akhir penyempurnaan, yang meliputi pembuatan gradasi dan membentuk tekstur dari lukisan itu.

Kata Hadi, lama pengerjaan suatu lukisan sangat tergantung luas plafon, tinggi rendahnya jarak plafon dan lantai, dan tingkat kerumitan lukisan.
Ia mengaku, bisa merampungkan lukisan plafon berukuran 8 meter persegi (m2) dalam tiga-empat hari. "Paling lama ketika saya mengerjakan lukisan plafon untuk Fun World di Mall Alam Sutera.

Dibantu dua karyawan, saya baru bisa merampungkan setelah dua bulan," tutur lulusan Sekolah Menengah Pertama ini. Selain di mal, ia kerap dipanggil untuk melukis di gereja dan rumah tinggal. Pengguna jasanya tak hanya di sekitar Jabodetabek, tapi juga sampai luar kota seperti Palembang, Jambi, dan Kebumen.

Hadi mematok tarif Rp 120.000 per m2 untuk lukisan awan, dan Rp 350.000 hingga Rp 1,2 juta per m2 untuk lukisan karakter. Semakin rumit lukisan akan semakin mahal. Tapi, semakin luas plafon, bisa semakin murah. Dari melukis plafon, ia bisa meraih omzet Rp 40 juta-Rp 120 juta per bulan bulan.

Gunawan memasang tarif Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per m2. Ia dibantu dua pekerjanya bisa merampungkan lukisan seluas 9 m2 dalam waktu dua hingga tiga hari. "Lama pengerjaan tergantung tingkat kesulitan objek yang dilukis dan bentuk plafon," ungkapnya.

Dalam sebulan, ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 60 juta. Margin laba bersihnya 50% dari omzet.

Gunawan bilang, kebanyakan order datang dari konsumen rumah tangga yang ingin mempercantik rumahnya. Ia juga menerima pembuatan relief dari gipsum. Relief ini bisa ditempel di bagian langit-langit rumah, sehingga lukisan terasa lebih hidup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×