kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggoreng laba usaha nasi goreng


Kamis, 19 November 2015 / 15:33 WIB
Menggoreng laba usaha nasi goreng


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Makanan Indonesia tetap mendapat tempat di hati masyarakat. Itu sebabnya Eddi Damanhuri memutuskan menjalankan usaha Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih di 2014. Di tahun ini, dia menawarkan kemitraan senilai Rp 96 juta. Target balik modal mitra kurang dari setahun.

Nasi goreng seakan tidak pernah kehilangan penggemar. Sangat mudah dijumpai penjaja nasi goreng, mulai dari tukang nasi goreng keliling hingga di ruko-ruko dan restoran di berbagai tempat. Tidak sedikit pengusaha kuliner memodifikasi rasa maupun tampilan menu ini dengan berbagai campuran daging dan garnis agar menarik pelanggan.

Melihat potensi usaha menu ini yang masih besar, Eddo Damanhuri menjalankan usaha nasi goreng dengan merek Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih pada awal 2014. Kemudian pada Mei 2015, ia mulai menawarkan kemitraan. Saat ini, gerainya ada tiga di kawasan Puncak dan Cisarua, yakni dua gerai milik pusat dan satu milik mitra.

Gerainya tidak hanya menjual nasi goreng, tapi juga menu lain seperti gulai kambing, sop buntut, iga bakar, sop iga, sop daging, hingga empal daging. Eddo bilang, jika ada calon mitra yang tertarik, ia membuka paket kemitraan senilai Rp 96 juta. Mitra berhak menggunakan merek selama setahun, fasilitas interior, meja, kursi, kulkas, freezer, peralatan makan dan peralatan masak lengkap serta pelatihan karyawan.

Setelah kerjasama selama tahun berakhir dan mitra ingin memperpanjang kontrak, biaya perpanjangan sebesar Rp 9 juta per tahun. Eddo tidak mengutip biaya royalti, tapi bahan baku seperti bumbu utama harus pasok dari pusat.

Harga jual menu mulai dari Rp 19.000−Rp 36.000 per porsi. Menu yang paling banyak peminatnya adalah nasi goreng kambing dan iga bakar. Dalam sehari, rata-rata gerai yang sudah beroperasi dapat menjual lebih dari 50 porsi selama jam operasional dari 10 pagi sampai jam 1 pagi. "Sedangkan akhir pekan bisa dua kali lipatnya dan tutup pukul 3 pagi. Maklum saja, ketiga lokasi ini terletak di Jalur Puncak yang merupakan kawasan wisata," ujarnya.

Tidak ada biaya royalti
Jika target tersebut tercapai, mitra bisa meraup omzet hingga Rp 90 juta saban bulan. Setelah dikurangi biaya bahan baku, sewa tempat, gaji pegawai dan biaya operasional lainnya, mitra masih bisa mendapat laba bersih sekitar 30%. Sehingga target balik modal bisa kurang dari setahun.

Tempat usaha yang dibutuhkan minimal 50 m² dengan minimal 11 karyawan untuk dua shift. Targetnya hingga akhir tahun, ia ingin menambah empat gerai anyar. Eddo menyampaikan, keunggulan gerainya adalah menyajikan menu makanan Indonesia yang cukup lengkap. Ada sekitar 20 menu pilihan dengan harga yang terjangkau.

Bije Widjajanto, pengamat waralaba sekaligus Founder dan Senior Consultant Ben WarG Consulting, mengatakan bahwa calon mitra harus cermat mencari lokasi usaha yang strategis. Karena tidak semua cabang bisa buka di daerah wisata. Ini akan mempengaruhi laba bersih dan waktu balik modal yang ditargetkan pusat.   


Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih   
Jl. Raya Puncak Km. 83, Puncak
HP: 08121881170

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×