kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggores peluang pada lukisan dinding 3D


Senin, 02 Desember 2013 / 15:39 WIB
Menggores peluang pada lukisan dinding 3D
ILUSTRASI. Samsung hadirkan pelanjut Samsung Galaxy M12


Reporter: Noor Muhammad Falih, Marantina, Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Memiliki rumah yang nyaman dan indah tentu menjadi impian semua orang. Selain bentuk bangunan dan pemilihan furnitur, kenyamanan rumah juga bisa diperoleh dari pemilihan pernak-pernik hiasan dinding rumah. Salah satunya adalah lukisan.  

Lukisan sendiri memiliki banyak aliran yang menarik. Salah satu yang mulai populer adalah aliran tiga dimensi (3D). Lukisan jenis ini sebetulnya sama saja dengan lukisan lain yang diaplikasikan di dinding.

Hanya saja, lukisan dinding tiga dimensi lebih mengedepankan pada aspek perspektif, sehingga objek yang digambar seolah hidup dan nyata.
 
Salah satu pelukis 3D adalah Arther Manueke di Tangerang, Banten. Ia bilang, perbedaan antara lukisan dua dimensi dengan tiga dimensi terletak pada kedalaman perspektif. Pada tingkat tiga dimensi ini, pelukis telah memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membuat objek mendekati kondisi nyata.
 
Misalnya dalam melukis kucing, bisa menggambar ketajaman mata, bulu-bulu yang lebih nyata dan sebagainya. Atau untuk daun, mampu menggambar hingga urat-urat daunnya.

Menurutnya, hal yang perlu diperhatikan dalam melukis mural 3D adalah kemampuan seseorang menguasai objek yang digambar, juga lingkungan atau faktor alam sekitarnya.  

Misalnya, saat melukis manusia atau hewan, jangan lupa membuat bayangan sesuai pencahayaan yang tepat sehingga kesan nyata bisa lebih timbul. "Selain itu, fungsi mural 3D adalah memberikan ilusi dan memberi kesan-kesan tertentu sesuai dengan tujuan pelukis," ujar pria bergelar Master of Business Administration dari Institut Manajemen School ini.

Kesan ilusi itu misalnya, terlihat dari karya Arther saat melukis sebuah dinding dengan dibuat seakan-akan ada jendela yang menembus ke taman. Padahal, aslinya hanyalah dinding dan tangga. Namun, lukisannya bisa memberi ilusi dan kesan sejuk di lokasi tersebut.

Pemain lainnya adalah Raditya Gunawan yang mengusung bendera usaha Raditya Designer Art (RDA) di Jakarta. Dari segi teknik lukisan, pria yang akrab disapa Gunawan ini biasa menggunakan teknik teknik air brush pada lukisan dinding 3D. Dengan teknik ini, detail lukisan bisa terlihat lebih nyata dibanding dengan teknik kuas.

Hal senada juga disampaikan oleh Arther. Ia mengungkapkan justru di situlah letak kesulitan pembuatan mural 3D, yaitu dari segi teknik pengerjaan. Misal, saat menggunakan paint brush, kompresor atau spray gun. Terkadang ujung jarum cepat kering, cat tak keluar dan sebagainya yang lebih pada kendala teknis ketika melukis.

Kendala lain ketika medan lukisnya tergolong sulit, seperti melukis untuk plafon sehingga ia melukis dengan posisi tidur atau kepala mendongak.

Baru populer

Menurut Gunawan,  lukisan dinding jenis 3D baru mulai dilirik pasar Indonesia sejak akhir 2012. Setahun sebelumnya, lukisan dinding 3D belum begitu banyak peminatnya. "Dalam sebulan di tahun 2011, belum tentu ada customer atau paling hanya satu customer," ujar pria 33 tahun ini.

Kini masyarakat sudah mulai akrab dengan lukisan 3D. Dalam sebulan, Gunawan sendiri bisa mengerjakan lima hingga enam pesanan lukisan dinding 3D. Selain murni dari idenya, pelanggan juga bisa membawa sendiri ide sketsa lukisan yang diinginkannya.

Selanjutnya, Gunawan dan timnya akan mewujudkan sketsa itu pada media lukis yang diinginkan oleh konsumen. Awalnya, pelukis membuat sketsa pada media lukis, kemudian melakukan pewarnaan.

Selain dinding, kata Gunawan, RDA juga bisa melukis pada media kaca dan kayu. "Jika customer belum punya sketsa awal, kami juga bisa bantu," tambahnya.

Pemain lainnya, Agung Prasetyanto mengungkapkan, masing-masing pelukis memiliki gaya dan aliran masing-masing. Si pelukis harus bisa menyesuaikan sketsa dengan keahlian dan gayanya tersebut.

Tempo pengerjaannya pun bervariasi. Untuk lukisan dinding ukuran 10 meter persegi (m2), Agung bisa menyelesaikan  dalam waktu 12 jam. Setiap lukisan dinding ukuran 10 m2 hanya membutuhkan tiga pelukis.

Ia sendiri memiliki delapan pegawai (pelukis) tetap. Sedangkan Arther bisa menghabiskan waktu satu hari untuk ukuran 9 m2. Sementara lukisan dengan ukuran ratusan m2 bisa memakan waktu bulanan.

Setiap pelukis mematok tarif beragam. Gunawan mematok tarif lukisan Rp 150.000-Rp 200.000 per meter. Sementara Arther mematok tarif Rp 125.000-Rp 400.000 per m2.

Kedua pelukis ini mengaku bisa meraup omzet Rp 50 juta-Rp 100 juta. Sedangkan Agung mengantongi omzet Rp 100 juta per bulan.  Selain perorangan, konsumen mereka juga banyak dari perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×