kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menggulung laba dari budidaya tanaman kenaf (1)


Selasa, 21 Mei 2013 / 12:58 WIB


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

Kenaf adalah salah satu tanaman penghasil serat. Serat tanaman bernama latin Hibiscus cannabinus L ini, biasanya digunakan untuk bahan membuat karung goni, karpet, tali, geotekstil, dan kerajinan tangan. Tak banyak yang tahu, serat kenaf juga sudah sering dipakai pabrikan mobil sebagai bahan baku komponen interior.

Bambang Prayitno, pebudidaya kenaf di Malang, Jawa Timur, menuturkan, permintaan serat kenaf cukup tinggi. Padahal, produksinya masih terbatas, karena tidak banyak petani yang mau membudidayakan tanaman kenaf.

Ia sudah menggeluti budidaya kenaf sejak 2000 di lahan seluas 1.500 hektare (ha). Lokasinya tersebar di Jawa Timur dan Sulawesi. Dari setiap 1 ha lahan, ia bisa menghasilkan satu hingga tiga ton serat kenaf.

Menurut Bambang, harga kenaf bergantung pada harga serat internasional. Sekarang, harga jualnya berkisar Rp 9.000 hingga Rp 20.000 per kilogram. “Kalau produksi global melimpah, harga jualnya bisa jatuh jadi Rp 8.000. Tapi, kalau produksi lagi sedikit, harganya bisa melonjak ke level Rp 25.000 per kg,” tuturnya.

Dalam sebulan, Bambang bisa menjual sekitar 100 ton serat kenaf. Selain hasil budidaya sendiri, ia juga menampung produksi kenaf  petani-petani di sekitar Jawa Timur. Ia bisa meraup omzet  Rp 900 juta per bulan.

Pembelinya kebanyakan berasal dari sekitar Jawa Timur. Kata Bambang, serat kenaf memang harus diolah lagi. Kenaf mengandung asam linoleat, sehingga bisa digunakan untuk meningkatkan nutrisi pakan. Meski begitu, sejauh ini, mayoritas produksinya dijual kepada produsen di bidang otomotif.

Pembudidaya lain, Samsul Rusli di Samarinda, Kalimantan Timur. Ia membudidayakan kenaf di lahan seluas 20 ha. Menurutnya, untuk bisa memproduksi serat secara optimal, kenaf harus ditanam di lahan yang luas.

Sejauh ini, Samsul bisa menghasilkan sekitar 10 ton serat kenaf per bulan. Harga jualnya bervariasi, mulai dari Rp 3.000 - Rp 25.000 per kg. Alhasil, saban bulan, ia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 50 juta.

Menurut Samsul, meski budidaya kenaf tidak rumit, namun masih sedikit petani yang tertarik membudidayakannya. Pasalnya, meski kebutuhan serat kenaf terbilang besar, namun tidak mudah bagi para petani untuk memasarkannya. "Kebanyakan yang butuh perusahaan yang cukup besar seperti interior otomotif, jadi tidak mudah bagi petani kecil untuk membuka jaringan awal," bebernya.

Padahal, kata Bambang, budidaya kenaf tidak rumit. Bibit tanaman bisa didapat dari petani di Jawa Timur. Perawatannya pun mudah, hanya perlu diberi pupuk urea untuk meningkatkan laju pertumbuhan. Kenaf juga jarang terkena hama.  (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×