kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengikat untung dari pesanan gelang tali temali


Sabtu, 27 Januari 2018 / 11:05 WIB
Mengikat untung dari pesanan gelang tali temali


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Indonesia memang dikenal dikenal sebagai salah satu negara kreatif penghasil aneka kerajinan. Produk kriya sampai perhiasan dan aksesori etnik serta unik banyak ditemukan di negeri ini. Setahun terakhir tren gelang tali warna-warni nan etnik muncul lagi di masyarakat, khususnya kalangan remaja dan anak muda.

Deva Handriyan, pemilik Bakul Gelang di Solo, Jawa Tengah pun mengakuinya. "Sejak tahun lalu, permintaan meningkat, tren gelang tali muncul lagi,"  jelasnya.  

Ia tertarik terjun ke bisnis gelang tali karena hobi. Awalnya, Deva hanya iseng membuat pesanan teman-teman satu sekolahnya. Seiring berjalannya waktu, ia melihat ada peluang dari kreasi gelang tali ini.

Kreasi gelang tali ini, Deva jual dengan harga Rp 8.000 sampai Rp 90.000 per buah. Deva bilang, variasi harga tersebut tergantung pada motif dan tingkat kerumitannya. Semua gelang buatannya bermotif anyaman, berbahan prusik dan paracord, sehingga ukurannya lebih tebal dibanding gelang tali biasa. "Yang harga Rp 90.000 itu juga model anyaman, tapi pakai shuckle atau semacam penyambung gelang yang terbuat dari bahan metal," jelas Deva.  

Ia mengaku bisa menjual lebih dari 50 buah gelang tiap bulan. Bahkan, bila sedang ramai pesanan, penjualannya bisa menembus hingga 90 buah gelang per bulan. "Pelanggan datang dari berbagai kalangan. Awalnya mungkin hanya di Solo Raya dan sekitarnya. Lalu lama kelamaan merambah ke seluruh Pulau Jawa dan sekarang mulai ada pesanan di luar Pulau Jawa," tuturnya.

Berkah kegemaran membuat kerajinan tangan unik juga dirasakan oleh Kartika Yuswadi, pemilik label Semoet Ketjil asal Yogyakarta. Semoet Ketjil berdiri tahun 2008.

Ia memulai usaha tersebut dari kegemarannya membuat gelang tali. Kini, ia bisa mengail laba dari hasil kreativitasnya membuat gelang tali.

Beragam motif gelang ditawarkan oleh Semoet Ketjil. Ada yang polos dengan motif lingkaran kecil, ada juga gelang warna-warni, seperti merah dan kuning berselang-seling. "Saya juga menambahkan aksesori yang berbeda-beda biar makin menarik," terang Kartika.

Tak disangka, produk gelang buatan Kartika dapat diterima masyarakat dan laris manis di pasaran. Produk handmade dipilihnya lantaran ada nilai tambah, yakni pada kelebihan dan kualitasnya sehingga menjadi usaha yang unik dibanding produk lain.

Semoet Ketjil membanderol harga jual aneka gelang mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 500.000 per buah. Harga tersebut tergantung pada bahan dan tingkat kerumitan gelangnya.

Semakin rumit, harganya juga bisa semakin mahal. "Sekarang kapasitas produksi Semoet Ketjil sekitar 1.000 - 1.500-an buah gelang tiap bulan," papar Kartika. Ia mengaku dapat mengantongi omzet sampai Rp 10 juta per bulan.                          

Ciri Khas gelang tali memperkokoh branding

Gelang tali handmade sempat jadi tren di awal tahun 2000-an. Sebagian besar remaja pada masa itu berlomba-lomba memperbanyak koleksi gelang tali di tangannya. Dan ternyata tren ini berulang kembali sekitar setahun lalu.

Kartika Yuswadi, pemilik label Semoet Ketjil asal Yogyakarta mengatakan tren gelang tali saat ini punya kekhasan tersendiri, yaitu adanya tambahan aneka aksesoris dalam satu gelang. "Kalau gelang tali dulu kebanyakan polosan atau hanya tali saja, jarang ada tambahan aksesoris seperti sekarang ini," jelasnya.

Selain adanya tambahan aneka aksesoris, motif gelang tali handmade saat ini juga lebih beragam. Baik dari segi warna maupun dari motif anyaman. Kartika mengatakan, tren warna yang ada sekarang ini lebih ke warna-warna soft dan pastel, seperti merah muda, biru muda, hijau telur asin dan tosca.

Kartika berpendapat adanya pergeseran model tersebut dipengaruhi adanya pergeseran pasar. Maksudnya, tren gelang tali belakangan ini banyak diminati juga oleh orang dewasa, bahkan kaum pekerja. "Dulu, gelang tali ini kan hanya booming di kalangan para remaja, khususnya remaja laki-laki.

Nah, sekarang pasarnya juga makin luas, maka modelnya juga harus menyesuaikan," ungkapnya.
Kesesuaian model gelang tali dan target pasar sangat penting menurut Kartika. Pasalnya, belakangan, makin banyak pelaku usaha yang terjun ke bisnis gelang tali handmade. Dengan adanya kesesuaian antara model dan target pasar bisa jadi fokus bisnis dan membuat ciri khas tersendiri.

"Sekarang makin banyak yang jual gelang tali ini. Bahkan hampir semua orang bisa buat, karena tutorial pembuatan banyak tersebar di Youtube, Pinterest dan sosial media lain. Jadi,  harus punya ciri khas," jelas Kartika.

Ciri khas tertentu juga dimunculkan oleh Deva Handriyan asal Solo, Jawa Tengah pada gelang tali handmade besutannya berlabel Bakul Gelang. Menurutnya, ciri khas tak hanya tampak pada model dan warna gelang. Tapi juga pada bahan yang digunakan. Pemilihan bahan yang jarang digunakan untuk membuat gelang juga bisa menampakkan ciri tertentu.

"Seperti Bakul Gelang milik saya ini menggunakan bahan prusik dan paracord. Mungkin kalau model gelang anyaman sudah banyak yang bikin. Tapi kalau dengan dua bahan itu masih jarang. Sekarang pinter-pinter cari celah aja," tutur Deva.

Baginya pemilihan bahan gelang penting dalam membangun image branding. Deva bilang penggunaan bahan tertentu juga untuk menghindari kesan mainstream. "Kalau gelang saya pakai bahan gelang yang seperti biasa nanti tidak ada yang spesial dari gelang buatan saya. Saya pakai prusik dan paracord juga biar tidak mainstream. Dua bahan itu biasa digunakan untuk tali di sepeda motor," pungkasnya sambil tertawa.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×