kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip sentra batik celaket di Malang (1)


Jumat, 14 Juli 2017 / 09:05 WIB
Mengintip sentra batik celaket di Malang (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

Berjalan-jalan di kota Malang, tidak lengkap bila tidak mengunjungi sentra tempe. Maklum saja, makanan berbahan dasar kedelai ini memang menjadi oleh-oleh khas dan favorit para pelancong yang ke datang ke kota ini.

Tapi siapa sangka, di kota pendidikan ini juga terdapat sentra batik yang menarik sebagai destinasi. Lokasinya berada di wilayah Celaket, Malang, tak jauh dari pusat kota.

Bila menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung dapat menuju arah pusat kota atau alun-alun kota Malang dari Bandara Abdul Rahman Saleh. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menuju lokasi tersebut.

Sebagai penanda, terdapat gapura kecil setelah sekolah Santa Maria. Jalanannya cukup besar untuk kendaraan roda empat. Saat, KONTAN mengunjungi lokasi pada 3 Juli 2017 lalu, pusat batik ini terlihat masih sepi.

Belum banyak perajin yang bekerja. Salah satu tempat berkumpul para perajin batik disana adalah galeri batik celaket. Disana hanya nampak empat orang yang sedang sibuk mewarnai kain batik.

Dari hasil penulusuran KONTAN, ada sekitar 50 pembatik yang rata-rata di dominasi oleh anak-anak muda berusia 20 tahun keatas. Kebanyakan mereka memilih menjadi pembatik untuk meningkatkan taraf  ekonominya.

Sekedar info, lokasi ini  mulai dikenal sebagai sentra batik sekitar 10 tahun lalu. Sampai sekarang, semua perajin masih bergantung kepada pengepul yang disebut bos untuk mendapatkan pekerjaan.    

Aris Sulistio, salah satu pembatik mengaku sudah menggeluti pekerjaan tersebut sejak sembilan tahun lalu. Awalnya dia bekerja sebagai office boy di salah satu universitas swasta di Malang.

Ketertarikannya menggeluti bidang kerajinan ini karena waktu pengerjaan yang relatif santai serta tidak dikejar target. "Lagipula saya senang menuangkan ide kreativitas saya diatas kain," katanya pada KONTAN, Senin (3/7).

Sebelumnya, dia belajar proses desain, canting, hingga pewarnaan selama setahun. Setelah lancar dia baru memproduksi batik dengan desain pribadinya. Dalam sebulan, dia bisa menghasilkan sekitar lima sampai enam batik tulis.

Seluruh hasilnya, diberikan kepada pengepul untuk dijual. Kebanyakan konsumennya adalah para wisatawan yang berasal dari Jakarta, Kalimantan dan daerah lainnya. Sayangnya, dia enggan menyebutkan nilai pendapatan yang diterimanya setiap bulan.

Pembatik lainnya adalah Siti Maisyaroh. Dia baru menekuni bidang ini sejak dua tahun lalu. "Untuk mengisi waktu luang di rumah dan cari tambahan juga," katanya.

Proses belajarnya pun cukup singkat hanya sekitar enam bulan. Awalnya, dia melatih ketrampilannya dari kain polos bergambar batik yang dipotong kecil-kecil. Setelah lancar mencanting dia mulai memberanikan diri mencanting selembar kain batik.

Tidak sama dengan Aris, perempuan yang lebih akrab disapa Siti ini mengerjakan pekerjaannya di rumah. Dalam sebulan dia bisa menyelesaikan sekitar 15 kain batik dengan berbagai motif.                    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×