kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip sentra batik celaket di Malang (2)


Jumat, 14 Juli 2017 / 09:30 WIB
Mengintip sentra batik celaket di Malang (2)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

Sentra batik Celaket, cukup berbeda bila dibandingkan dengan pusat batik di kota lainnya, seperti Pekalongan, Solo maupun Semarang, yang pernah KONTAN kunjungi. Di sentra ini, kesibukan para pembatik hampir tak terlihat pada teras-teras rumah-rumah penduduknya.  

Berdasarkan pengamatan KONTAN, para pembatik lebih banyak mengerjakannya didalam rumah. Pembatik mulai melakoni kegiatan membatik usai semua pekerjaan rumah selesai.

Bila ingin melihat proses pembuatannya, Anda dapat mengunjungi galeri batik Celaket. Di sana pengunjung juga dapat berinteraksi dengan para perajinnya. Produksinya dilakukan setiap hari mulai pagi hari pada  pukul 09.00 WIB sampai sore sekitar jam 16.30 WIB.

Desain batik Celaket ini juga berbeda dengan batik kebanyakan. Menjadi batik khas Malang, motif yang digunakan merupakan pengembangan dari ikon kota Malang, seperti tugu, singa, dan apel. Motif tersebut, dikombinasikan dengan corak lain seperti anggrek dan lainnya.

Aris Sulistio, salah satu pembatik mengaku, bila setiap bulan dia selalu membuat desain batik baru. Tujuannya, agar konsumen tidak bosan serta mempunyai banyak pilihan. Untuk bulan -bulan tertentu seperti perayaan tahun baru Imlek, laki-laki berbadan tambun ini membuat desain khusus seperti batik dengan corak naga serta warna dominan merah untuk kainnya.

Sampai sekarang, Aris  sudah menghasilkan belasan desain kain batik. Untuk idenya, dia banyak terinspirasi dari model fashion yang sedang naik daun. Selain itu, ide muncul saat melihat desain batik rekannya. "Biasanya dari batik teman, nanti bisa kami kombinasikan," katanya pada KONTAN, Senin (3/7).

Sebelum mengaplikasikan rancangan desainnya di selembar kain, biasanya Aris terlebih dulu menunjukkan  desain tersebut pada pengepul. Ia lebih dulu menggamar di selembar kertas. Bila mendapat persetujuan, proses membatik dimulai.

Siti Maisyaroh, perajin batik lainnya juga melakukan hal yang sama. Sayangnya, dia tidak banyak membuat desain sendiri karena lebih memilih untuk mengerjakan desain yang sudah ada.

Asal tahu saja, Siti mendapatkan upah sekitar Rp 40.000 per satu lembar kain batik. Dia juga harus rela lembur bila mendapatkan banyak pekerjaan dengan tenggat waktu pendek.

Biasanya, mereka mendapatkan pekerjaan batik untuk seragam dari pemerintahan, sekolah atau perusahaan swasta. Meski begitu, pesanan ini tetap melalui sang pengepul. Sekedar informasi, seluruh pembatik disana mendapatkan pekerjaan dan perlengkapan dari pengepul. Khusus untuk perajin yang membatik di galeri, upah yang didapatkan diambil setiap bulan.

Mahir dalam mencanting dan juga mewarnai, tidak ada kendala berarti yang dihadapi oleh mereka. Agar hasil terlihat rapi dan sempurna, pembatik hanya perlu menjaga kondisi emosi.

Aris bilang, bila mood sedang buruk dan pikiran tidak karuan hasil batiknya pasti jelek meskipun itu hanya mencanting. Apalagi saat proses pewarnaan, pasti warna yang dihasilkan berbeda dari keinginan. "Saya kalau sedang begitu lebih baik mengambil libur," tambahnya.

Sedangkan, Siti mengaku hanya butuh kesabaran dan ketelatenan saat proses mencanting.         n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×