kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengukus fulus dalam dimsum


Minggu, 11 Februari 2018 / 10:10 WIB
Mengukus fulus dalam dimsum


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bisnis makanan di Indonesia tidak cuma menyajikan masakan khas ala daerah di Nusantara, melainkan juga dari negeri lain. Seperti dimsum, menu makanan ala Tiongkok.  

Laiknya makanan khas Negeri Tembok Raksasa lain yang sudah beredar di sini, semisal mi atau capcay, dimsum termasuk camilan favorit sebagian masyarakat negeri ini. Mulai dari kalangan muda maupun dewasa. Rasa dimsum memang bisa diterima lidah orang kita

Tak heran bila kondisi tersebut membuat sebagian orang melihat potensi bisnis dengan berjualan camilan dimsum. Lambat laun, jumlah pebisnis dimsum semakin bertambah. Sejumlah pebisnis juga menawarkan program kemitraan usaha untuk memperluas pasar dimsum.

Nah, untuk melihat kondisi terkini kemitraan usaha dimsum, berikut review kemitraan usaha tiga pemain dimsum yang sudah ada.

Simpel Dimsum

Usaha dimsum ini didirikan Sriyono Yongki sejak tahun 2011. Melihat respon pasar yang positif, di tahun yang sama, Yongki mulai menawarkan kemitraan dimsum itu.

Sewaktu KONTAN mengulas kemitraan ini tahun 2015, jumlah gerai mitra Simple Dimsum ada tujuh gerai. Selang tiga tahun, jumlah gerai mitra tidak bertambah.

Rupanya, sejak tahun 2016 dia memutuskan untuk menutup kerjasama kemitraan lantaran biaya membuat outlet serta sewa lokasi terus naik. "Mitra banyak yang mengeluh kalau harga mahal," katanya ke KONTAN (25/1).

Dia pun mengganti skema kerjasama menjadi reseller. Dia mematok syarat, siapa saja bisa menjadi mitra Simpel Dimsum asalkan sanggup membeli minimal 100 porsi.

Namun, perubahan skema kemitraan ini tidak berkembang. Sejauh ini baru tujuh reseller yang bergabung. Itupun para mitra bisnis lawas dari Simpel Dimsum.

Kini, Yongki enggan membuka kembali sistem kemitraan, terutama di Jakarta. Tapi bila ada tawaran dari luar Jakarta bakal ia akan mempertimbangkan minat tersebut.

Sebelumnya, dia membanderol kerjasama kemitraannya dengan investasi Rp 14 juta. Fasilitas yang didapatkan yakni freezer berkapasitas 250 kg, booth, satu kompor berikut tabung gas ukuran 3 kg, satu panci steam,  serta peralatan memasak.

Soal harga, Yongki sudah mengerek dari Rp 14.000 per porsi menjadi Rp 15.000 per porsi sejak Desember 2017. Karena harga produksi kian mahal akibat kenaikan harga bahan baku.  Menu juga masih belum berubah. Seperti dimsum siomay dengan isi ayam, jamur, telur puyuh, kepiting, dan cumi.

Dimsum 88

Pemain bisnis dimsum lainnya adalah Dwi Anggi dari Tangerang. Usaha ini didirikan tahun 2013. Setelah berkembang, ia menawarkan kemitraan dengan label Dimsum 88 di tahun yang sama.

Saat diulas KONTAN Desember 2016 Dimsum 88 telah memiliki lima gerai dengan konsep booth. Rinciannya, tiga gerai milik mitra yang tersebar di Bintaro Tangerang, Kalibata, dan Bendungan Hilir Jakarta. Dua gerai lainnya milik pusat yang berada di Pondok Kacang dan Bintaro Tangerang. Selain mitra usaha, Dimsum 88 menjaring lebih dari 40 reseller yang tersebar di Jakarta, Bandung, Malang, Surabaya, dan Aceh.

Kini, usaha Dimsum 88 menghadapi pasang surut. Anggi memiliki enam gerai kemitraan Dimsum 88. Namun reseller Dimsum 88 hanya berjumlah 25 penjual di sekitar Jabodetabek.

Masih sama dengan tahun lalu, Dimsum 88 menawarkan dua paket kemitraan yakni Rp 15 juta dan Rp 20 juta. Kemitraan ini tidak membatasi jangka waktu kerjasama. Jadi semua peralatan dan lisensi Dimsum 88 menjadi milik mitra. Tapi mitra harus membeli bahan baku dari pusat.

Sistem reseller juga tidak berubah. Mitra bisa memesan empat boks dimsum berisi 100 biji dengan harga
Rp 260.000 dan bisa dijual dengan kisaran harga Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per empat dimsum.

Yang namanya bisnis pasti kerap ada persoalan. Begitu pula di bisnis dimsum. Tahun lalu Anggi dipusingkan dengan kenaikan harga bahan baku. Kini masalahnya sudah berbeda lagi. Yakni makin ramainya makanan kekinian yang lagi ngetren. "Ini yang makin marak," katanya.

Namun ia tidak patah arang menghadapi persaingan bisnis tersebut. Untuk bisa bersaing, Anggi tengah menyiapkan gerai dengan konsep setengah kedai. Jadi sambil mencocol dimsum, pengunjung juga bisa kongko-kongko. Ia harapkan konsep semi kafe ini bisa terealisasi tahun depan.

Sedangkan untuk target tambahan gerai Dimsum 88 sepanjang tahun ini. Ia tidak punya target khusus. Tapi minimal gerai dimsum ini bisa bertambah dua lagi hingga akhir tahun ini.

Keep Eating Dimsum

Pemilik usaha kemitraan dimsum lainnya adalah Puput Pri Kusumawijaya yang membesut Keep Eating Dimsum asal Tangerang, Banten. Mendirikan usaha dimsum sejak Februari 2015, Puput mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2016. Saat KONTAN  ulas Februari 2016, gerai dimsum  milik Puput ada tiga gerai di sekitar Tangerang.

Saat ini label Keep Eating Dimsum sudah berubah menjadi Rame Dimsum untuk memudahkan penyebutan nama merek dimsum. Sayang, perubahan nama merek dimsum tidak diikuti tambahan gerai.  Justru jumlah gerai susut tinggal dua gerai di Tangerang.

Salah satu penyebab penurunan jumlah gerai adalah kesulitan mencari tenaga kerja. "Saya kesulitan mencari SDM untuk karyawan. Banyak yang keluar-masuk," tuturnya.

Selain kendala karyawan, Puput juga mengalami kendala mencari lokasi usaha yang cocok untuk membuka gerai. Ia mengeluh, saat ini makin sulit mendapat tempat usaha strategis dengan harga sewa yang terjangkau, khususnya di wilayah Jabodetabek.

Tapi Puput tidak patah semangat. Untuk mengatasi kendala, ia memanfaatkan teknologi dengan memanfaatkan fitur GoFood, terutama untuk melayani penjualan di luar gerai. Hasil ini tergolong membantu menambah penghasilan dari Rame Dimsum.

Menurutnya, penjualan Rame Dimsum terdongkrak berkat fasilitas GoFood. Kalau biasanya ia cuma sanggup menjual 60 porsi dimsum per hari di setiap gerai, maka berkat layanan pesan antar makanan tersebut, penjualan dimsum tersebut bisa tembus 150 porsi per hari. Adapun banderol dari dimsum ini sekitar Rp 12.000 per porsi.

Paket investasi yang ditawarkan pun berubah. Jika tahun 2016 lalu Rame Dimsum hanya menawarkan satu paket senilai Rp 7,5 juta. Kini ada tiga paket, yaitu paket Rp 6,5 juta,  Rp 7,5 juta dan Rp 8 juta. "Paket investasinya juga saya turunkan, mulai Rp 6,5 juta agar lebih terjangkau," kata Puput.

Dengan modal tersebut, mitra akan mendapatkan fasilitas berupa satu buah booth, peralatan usaha lengkap, kemasan makanan, media promosi berupa banner, ongkos kirim peralatan, pelatihan karyawan dan bahan baku awal sebanyak 100 porsi.

Letak perbedaan ketiga paket investasi hanya pada ukuran booth maupun gerobak dimsum. Mitra akan mendapatkan gerobak dengan panjang 1,5 m jika mengambil paket kemitraan Rp 6,5 juta, mendapat gerobak ukuran 1,8 m bagi yang mengambil paket Rp 7,5 juta, dan gerobak 2 m bagi yang mengambil paket kemitraan Rp 8 juta.

Terkait target tahun ini, Puput tidak menargetkan dengan muluk-muluk. Ia hanya berharap bisa menambah sebanyak dua kemitraan saja sampai akhir tahun ini. "Kalau ada calon mitra yang tertarik kami layani dan masih fokus di Jabodetabek.                       

Lokasi strategis jadi modal utama

Menurut Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting, peluang usaha   menu dimsum memiliki ceruk pasar yang lebar. Oleh karena itu, tawaran kemitraan dimsum pun masih terbuka.

Salah satu peluangnya, dimsum memiliki banyak penggemar. Menu ini juga dinilai lebih sehat karena dimasak dengan cara dikukus. Sebagian masyarakat menilai masakan kukus lebih sehat timbang menu digoreng.

Dimsum juga cocok sebagai menu camilan  ringan sehingga pas bila disandingkan dengan makanan lainnya. Ambil contoh dengan nasi, mi maupun bakpau.

Memang, peluang kemitraan dimsum mempunyai sejumlah tantangan. Misalnya, persaingan usaha makanan, baik antar sesama usaha dimsum maupun dengan usaha menu makanan lain, semakin ketat. Persoalan lain ialah ketersediaan tenaga kerja. Maka dari itu, ia menyarankan pemilik usaha dimsum menentukan arah usaha yang tepat.

Ia melihat, saat ini sejumlah pebisnis dimsum tak fokus di usaha dimsum melainkan memiliki ragam usaha menu lain. Ada pula pebisnis dimsum yang menawarkan skema berbeda-beda kepada para mitranya. Misalnya, di satu pihak menawarkan kemitraan gerai dimsum, tapi di sisi lain membuka peluang reseller ke para peminat.

Sebaiknya si pebisnis  fokus  dengan memadukan kedua skema bisnis tersebut agar bisa berkembang.  "Kalau ingin membuat reseller juga jadi peluang yang bagus. Karena banyak variabel yang mempengaruhi kemitraan dimsum bisa berkembang, salah satunya lokasi," katanya kepada KONTAN, Jumat (26/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×