kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengunduh rezeki cantik dari buket bunga imitasi


Jumat, 15 September 2017 / 13:05 WIB
Mengunduh rezeki cantik dari buket bunga imitasi


Reporter: Mia Chiara, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Katakanlah dengan bunga. Ungkapan lawas itu masih berlaku hingga kini untuk memberi ucapan kepada orang yang disayang.

Namun sekarang, katakanlah dengan bunga tidak cuma sebatas berbentuk karangan bunga hidup saja, atau bisa juga setangkai bunga utuh seperti bunga mawar. Sebab, saat ini mulai tren ungkapan perasan atau ucapan bisa dinyatakan dengan produk bunga palsu alias imitasi. Mengikuti tren di masyarakat yang lagi berkembang.

Salah satunya adalah buket bunga yang terbuat dari flanel, kain yang terbuat dari wol tanpa tenun dan kertas. Alasannya tergolong simpel saja, bunga palsu tersebut lebih tahan lama dan awet ketimbang bunga hidup yang cuma bisa bertahan dalam hitungan hari saja. Selain itu, tak kalah cantik dengan yang asli.

Agustin Ika Pratiwi pemilik Triaka Project, salah usaha pengrajin bunga imitasi, mengaku rangkaian bunga berbahan flanel dan kertas ini memang sedang naik daun. Kebanyakan rangkaian bunga tersebut digunakan untuk hadiah wisuda. "Saya rasa, tren bunga ini akan lama dan prospek usahanya bagus karena setiap tahun ada anak wisuda," katanya kepada KONTAN, Sabtu (12/8).

Ini dibuktikan dari hasil usaha Agustin. Dalam sebulan, ia bisa mendapatkan lebih dari 20 permintaan buket bunga. Tidak hanya melayani di wilayah Yogyakarta saja, yang menjadi basis usahanya, ia juga banyak mengirim hasil karyanya ke wilayah Jakarta, Bekasi, dan kota lainnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Namun, ia tidak menerima semua produk buket bunga. Sebab ia cuma melayani pesanan untuk buket atau rangkaian bunga di atas 50 tangkai saja. Adapun waktu pengerjaan membuat buket bunga tersebut adalah sekitar satu sampai dua hari.

Agustin sendiri mematok buket bunga buatannya dengan harga Rp 8.000 per tangkai. Adapun untuk buket bunga sampai 143 tangkai ia banderol Rp 300.000.  Dalam sebulan, omzet yang bisa ia dapatkan bisa mencapai jutaan rupiah.  

Sejatinya, Agustin memulai usaha ini sekitar dua tahun yang lalu secara otodidak di kota pelajar. Ia tertarik terjun di bisnis tersebut lantaran tertarik melihat orang lain yang merangkai bunga flanel di pasar. Dari situlah ia mulai mengasah ketrampilan hingga kini.

Sedangkan pemain lain, Sevika Ranita Dewi asal Semarang, menyasar pasar kawula muda dan keluarga yang kerap memberi bunga imitasi saat perayaan ulang tahun atau acara yang lain. Ia membanderol buket hasil karyanya mulai dari Rp 35.000 hingga ratusan ribu rupiah, tergantung dari model dan jumlah bunga yang diminta konsumen.  

Dalam sebulan, Sevika Ranita Dewi bisa meraup omzet yang cukup lumayan,  yaitu antara Rp 5 juta sampai Rp 7 juta. Selain membuat buket, ia juga menerima pembuatan dekotarsi bunga kertas. Saran Sevika, bunga imitasi ini juga kudu dijaga supaya tidak cepat rusak.

Trampil Berkarya Sendiri, Pebisnis Bunga Artifisial Sulit Cari Karyawan

Buket bunga artifisial berbahan flanel dan kertas sedang populer di kalangan anak muda. Tak mau melewatkan kesempatan, sejumlah orang penyuka kerajinan pun menggarap kreasi ini.  Mereka pun berlomba-lomba untuk merasakan manisnya untung bisnis ini.

Agustin Ika Pratiwi, pemilik Triaka Project menilai, munculnya banyak pemain baru di bisnis kerajinan ini cukup lazim. Apalagi, bisnis dan kerajinan ini mudah ditiru. Bahkan, tutorial proses pembuatannya banyak bersliweran di dunia maya dan dapat diakses dengan gratis. 

Alhasil, supaya bisnisnya bisa bertahan dan tidak ditinggal oleh pelanggan, Agustin selalu memperhatikan detil produknya agar tetap rapi. Selain itu, dia juga rajin untuk menambah koleksi desain.

Media digital dia pilih sebagai tempat untuk mencari inspirasi. "Saya juga banyak mendapatkan ide dari buket bunga segar yang banyak dijual," terang Agustin, Sabtu pekan lalu, (12/8). Dan, poin yang penting untuk mempertahankan bisnis adalah harga yang terjangkau.

Kendala yang dihadapi oleh perempuan asal Yogyakarta ini adalah sulitnya mendapatkan karyawan yang trampil. Meski terlihat mudah, membuat buket ini dibutuhkan ketrampilan dan keahlian khusus. Lebih bagus lagi, jika punya jiwa seni. 
Agustin mengaku, sampai sekarang karyawannya hanya mengerjakan tahap pemotongan dan pembentukan bunga. Selanjutnya, dialah yang merangkainya menjadi sebuah buket bunga. Tak terkecuali, memberi beberapa hiasan sebagai sentuhan akhir supaya benar-benar tampil cantik. 

Media sosial seperti Instagram menjadi tempat promosi utamanya. Instagram memang efektif, lantaran konsumen akan langsung pesan jika gambar yang disajikan menarik. Dari Instagram pula, Agustin berhasil mendapatkan pembeli dari berbagai kota di luar Yogyakarta.

Pemain lainnya adalah Sevika Ranita Dewi asal Semarang. Dia mengklaim, kelebihannya buket miliknya adalah menggunakan bahan-bahan berkualitas, aneka ragam bahan kertas, serta banyak pilihan warna. Di kota lumpia itu, Sevika membeli bahan bakunya dari toko kerjtas di sekitar Pasar Johar dan Pekojan. 

Sama seperti Agustin, Sevika juga mengeluhkan susahnya mencari karyawan untuk proses produksi. Alhasil, dia masih mengerjakan semuanya sendiri. Bila permintaan sedang banyak dia dibantu oleh temannya.

Untuk promosi, dia masih mengandalkan Instagram. Alasannya media sosial ini digunakan oleh banyak anak muda dan dianggap cukup ampuh untuk menjaring pelanggan.

Kedepan, dia berharap dapat mempunyai galeri pribadi yang dapat memajang seluruh koleksinya. Lainnya, dia juga ingin untuk menambah media promosi sehingga produknya makin dikenal pasar.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×