Reporter: Elisabeth Adventa, Mia Chiara | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Berbagai kalangan, khususnya kaum hawa, mulai dari remaja hingga dewasa gemar menggunakan anting panjang. Apalagi, saat menghadiri pesta atau acara-acara tertentu. Potensi pasar inilah yang coba digarap oleh sejumlah pelaku usaha aksesoris.
Salah satunya adalah Ulfa Saras asal Semarang, Jawa Tengah. Ia menggeluti usaha pembuatan aksesoris anting sejak 2014 lalu. “Saya melihat peluang besar dari pembuatan anting-anting. Karena saat itu aksesoris wanita masih sangat sedikit pesaingnya,” tuturnya.
Setahun belakangan, Ulfa mengaku membuat anting panjang menjuntai karena peminatnya makin banyak. Tak jarang, ia kebanjiran pesanan. Maka dari itu, ada tiga orang temannya yang juga membantu. “Setap hari kami bisa memproduksi 50-60 pasang anting,” ujarnya.
Harga yang dibanderol untuk anting buatan Ulfa pun beragam, mulai Rp 12.000 – Rp 28.000 per pasang. Harga tersebut bergantung pada modelnya. Jika pembuatannya lebih rumit, tentu harganya bisa lebih tinggi.
Dalam sehari, Ulfa mengaku bisa mengirim pesanan anting mulai 5 sampai 25 pasang. Rata-rata dalam sebulan, Ia bisa mengantongi omzet Rp 5 juta–Rp 9 juta dari penjualan anting.
Ulfa memasarkan beragam model antingnya lewat akun Instagram Id.myfavgril. Untuk varian anting panjang, Id.myfavgril menjual anting jenis pompom dan tassel. “Anting pompom yang di bawahnya bulat dan ada bulu-bulu. Kalau anting tassel yang bawahnya berbagai bentuk, bisa kotak, segitiga. Model itu sedang banyak peminatnya. Yang jelas semua anting di sini dijual di bawah Rp 30.000 per pasang,” katanya.
Pelaku usaha lain yang juga tertarik memanfaatkan peluang dari tren anting panjang adalah Angela Natalia asal Jakarta. Ia menggarap peluang anting panjang sejak Mei 2017. “Karena lagi nge-tren, saya iseng ikut jualan dan ternyata hasilnya lumayan,” tuturnya.
Sama seperti Ulfa, Angel menjual berbagai model anting panjang lewat akun instagram Vinetta.id. Ada beberapa varian anting yang dijualnya, seperti anting pompom, anting dior, anting hoops (bulat), anting berbentuk bunga, anting tassel, anting berbentuk pita, anting jepit dan sebagainya.
“Intinya sih saya jual anting dari Korea. Bentuknya ada yang sederhana, ada juga yang panjang. Tapi memang sekarang yang sedang tren yang anting panjang,” kata Angel.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai daeri Rp 30.000–Rp 70.000 per pasang. Anting panjang menjuntai rata-rata dibanderol mulai Rp 45.000 ke atas per pasang. Dalam sebulan, Angel mengaku bisa menjual 300 pasang anting. “Pembelinya darimana-mana sih, mulai Jabodetabek, Surabaya, Jawa Tengah, Yogyakarta dan kota-kota lainya,” ungkapnya.
Anting bisa dibuat sendiri maupun beli dari distributor
Geliat tren anting panjang menjuntai terus mendominas pasar aksesoris, khususnya untuk produk hiasan telinga itu. Melihat potensi tersebut, makin banyak saja pelaku usaha yang menjual anting-anting model itu. Namun, kian banyaknya pemain ini juga membuat angin persaingan bertiup kencang.
Alhasil, para pemain harus punya kiat atau strategi supaya produknya tetap diminati pasar. Seperti yang dilakukan oleh Ulfa Saras. Pemilik Id.myfavgril mengatakan, kunci bertahan dalam ketatnya persaingan adalah membuat aksesoris sesuai dengan perkembangan tren.
Seringkali, Ulfa memanfaatkan tren yang sedang booming untuk menggali ide kreatif produk aksesorinya. "Selain itu, saya juga lihat referensi di toko aksesoris lain, lalu saya kembangkan sendiri, lebih bagus lagi” tuturnya.
Tak hanya model, pemberian nama-nama yang unik pada tiap model anting juga bisa digunakan untuk menarik minat pelanggan. Ulfa punya tips dalam melabeli produk antingnya. Biasanya memberi nama tiap model anting buatannya dengan nama yang mudah diingat konsumen dan menarik perhatian. “Semakin unik namanya, semakin menarik perhatian. Asalkan tidak terlalu susah diingat,” ujarnya.
Wanita asal Semarang tersebut tak hanya membuat aksesoris anting dengan tangan sendiri, kemasannya pun ia buat sendiri dengan menggunakan mika. Penggunaan mika untuk kemasan, agar produk aksesorisnya terlihat lebih premium.
Meski membuat anting sendiri, Ulfa mengaku belum pernah kesulitan bahan baku. Ia mengatakan bahwa bahan baku yang didapatkan cukup mudah dan ketersediaannya cukup banyak di pasaran. “Tantangannya adalah bagaimana mendapatkan bahan baku yang mutu dan kualitasnya sama, selain itu harganya juga bisa stabil,” ungkapnya.
Harapan ke depannya, Ulfa ingin memasukkan aksesoris buatannya ke beberapa butik di Jakarta dan Surabaya. Meski begitu, ia masih berusaha menjaga stok aksesorisnya stabil. “Kendala lain yang saya alami yaitu sulit menyiapkan stok barang jadi karena pembuatanya cukup lama dan terkadang konsumen harus menunggu lama,” paparnya.
Jika Ulfa membuat anting dan aksesoris lainnya dengan tangan sendiri, lain halnya dengan Angela Natalia, pelaku usaha lain asal Jakarta. Lewat akun Instagram Vinetta.id, Angela menjual berbagai anting asal Korea. Tentu Ia tidak membeli langsung ke Korea atau mengimpor secara langsung.
“Saya ambilnya langsung dari distributor aksesoris di sekitar Jakarta. Jadi tidak beli atau impor langsung. Lewat pihak ketiga gitu,” kata Angel.
Ia mengaku menjual aksesoris asal Korea karena pasar Indonesia menyukai produk asal Negeri Gingseng tersebut. Modelnya yang terlihat premium, modern dan kekinian membuat penggemar makin banyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News