kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjajal peruntungan beternak kerbau konsumsi


Sabtu, 11 November 2017 / 11:45 WIB
Menjajal peruntungan beternak kerbau konsumsi


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Seiring berkembangnya jaman, kerbau tak lagi digunakan tenaganya. Kini, kerbau lebih sering dikonsumsi dagingnya, baik untuk pribadi maupun untuk acara keluarga dan acara adat.

Bana Sulaiman, peternak kerbau asal Binjai, Sumatra Utara mengungkapkan, meski tak lagi digunakan untuk membajak sawah dan transportasi, permintaan kerbau untuk konsumsi makin banyak. Ia beternak kerbau sejak 15 tahun silam, turun temurun dari kedua orangtuanya.     

Bana menjual kerbau mulai dari anakan hingga kerbau siap potong. Harganya pun beragam, tergantung ukuran kerbau. Selain itu, bobot kerbau juga mempengaruhi harganya. “Yang paling kecil, anakan untuk dipelihara lagi, harganya Rp 8 juta per ekor. Yang agak besar sekitar umur 5 tahun, harganya sekitar Rp 12 juta–Rp 16 juta per ekor. Yang lebih besar lagi sekitar Rp 30 juta per ekor," jelas dia.   

Kerbau hidup dewasa lokal bobotnya bisa mencapai 366 kilogram (kg)–800 kg. Jika dipotong menjadi karkas, bobot bersihnya hanya 32%-44% dari bobot hidup. Biasanya kerbau dewasa jantan berumur dua tahun, bobotnya sudah mencapai 410 kg dan kerbau betina sekitar 367 kg.

Bana mengaku kerap kebanjiran pesanan saat ada acara adat dan saat Lebaran kurban. Kala banjir pesanan, ia mampu menjual 15–20 ekor kerbau tiap bulan. Namun, jika sedang sepi,ia hanya bisa menjual 5- 10 ekor kerbau per bulan.

Selama ini, pelanggan kerbau milik Bana datang dari sekitar Sumatra, seperti Padang, Pekanbaru, Medan, Tapanuli, Aceh, Palembang dan Lampung. Ia mengaku pernah ada permintaan ke Pulau Jawa, namun sampai saat ini masih terkendala oleh tingginya ongkos kirim.

Suhubdy, peternak kerbau asal Mataram juga mengatakan hal serupa. Permintaan kerbau hidup untuk daging konsumsi makin banyak akhir-akhir ini. Ia menjual kerbau hidup mulai Rp 10 juta–Rp 25 juta per ekor. “Kian banyak permintaannya karena ada beberapa daerah yang harus makan daging kerbau dan tidak bisa makan daging sapi,” tuturnya.

Harga yang dibanderol kembali lagi pada ukuran dan bobot kerbau yang dijual. Semakin besar, maka harga kian mahal. Apalagi menjelang Lebaran kurban, permintaan banyak dan harga otomatis sedikir lebih mahal dari biasa. Suhubdy bilang, saat Lebaran kurban Ia bisa menjual dua kali lipat lebih mahal dari harga biasa.

“Harganya memang lebih mahal, tapi kami sediakan kerbau khusus untuk Lebaran kurban yang kualitasnya lebih baik dibandingkan kerbau biasa,” ungkapnya. Jika sedang ramai, Suhubdy bisa menjual hingga 20 ekor kerbau per bulan. Jika sedang sepi, minimal 5 kerbau terjual per bulan. Pembelinya kebanyakan dari Bali dan Jawa.

Lingkungan basah dan banyak air jadi kunci beternak kerbau

Cara beternak kerbau tidak jauh berbeda dengan sapi. Malah, lebih mudah dan sederhana. Sebab, kerbau lebih mudah beradaptasi.  Dibanding sapi, daya tahan kerbau lebih kuat pada kondisi iklim apapun.  

Bana Sulaiman, peternak kerbau asal Binjai, Sumatra Utara menjelaskan, kerbau bisa hidup dalam kondisi apapun, baik saat musim hujan maupun musim kemarau. Selain itu, daya tahan fisik kerbau terhadap perubahan musim, juga lebih kuat dibanding sapi.

Bahkan, di tempat becek atau berair sekalipun, kerbau bisa bertahan hidup. Berbeda dengan sapi yang harus berada di tempat kering. "Pemberian makan kerbau tak perlu di kandang, bisa saat digembalakan di sawah, ladang atau tanah lapang," jelas Bana.

Makanan kerbau pun tidak sulit. Rumput jenis apapun bisa dilahapnya. Bahkan, aneka limbah pertanian alami bisa juga digunakan sebagai pakan kerbau. Segala jenis tumbuhan juga bisa digunakan sebagai pakan. Alhasil,  tidak perlu repot meramu pakan khusus kerbau.

Bana menjelaskan, peternak juga tidak perlu khawatir saat menggembalakan kerbau secara liar di tanah lapang.  Pasalnya, kerbau bukan hewan yang kerap kabur dan hilang jika dilepas secara liar. Mereka senang hidup berkelompok dan berkeliaran di tanah lapan.

Hal yang paling penting dalam merawat kerbau adalah air. Jika memasuki musim kering, kerbau tidak bisa dibiarkan kekurangan air. "Harus diperhatikan betul pasokan airnya. Kerbau lumayan banyak menghabiskan air. Harus sedia air lebih banyak kalau beternak kerbau," tutur Bana.

Tiap dua atau tiga bulan sekali, Bana juga meramu jamu khusus bagi kerbau. Ramuan jamu mirip dengan yang diberikan pada sapi. Yakni, terdiri dari telur ayam kampung dan rempah-rempah (jahe, temulawak, kunyit, temu ireng dan sebagainya). Ramuan jamu tersebut diberikan untuk menjaga stamina kerbau.

Ketahanan kerbau dalam berbagai kondisi iklim juga diakui oleh Suhubdy, peternak lain asal Mataram. Menurutnya kunci utama merawat kerbau adalah kondisi lingkungan yang lembab atau basah. "Pada dasarnya, kerbau suka hidup di lingkungan yang basah. Kalau perlu setiap dua hari sekali dibiarkan berkubang atau mandi di sungai," terangnya.  

Suhubdy mengatakan, meski segala jenis rumput dan tumbuhan bisa dijadikan sebagai pakan kerbau, hewan berkulit gelap tersebut ternyata juga pemilih saat  disodori aneka jenis rumput. Kerbau biasanya lebih senang memakan bagian pucuk dari rumput. Bagian pucuk rumput itulah yang kaya akan sari makanan.

Penyakit yang paling sering menyerang kerbau adalah demam. Saat demam menyerang, Bana menyarankan, kerbau bisa diobati langsung dengan ramuan tradisional yang berisi berbagai jenis rempah. "Saya biasa membuat ramuan campuran temulawak, jahe dan madu. Cukup diberikan rutin, nanti bisa sembuh sendiri," kata dia memberi kiatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×