kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45934,63   6,99   0.75%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjalin kerjasama apik dari para penyuntik duit


Rabu, 24 Agustus 2016 / 20:08 WIB
Menjalin kerjasama apik dari para penyuntik duit


Reporter: Oginawa R Prayogo, Ruisa Khoiriyah | Editor: S.S. Kurniawan

Sebuah usaha, baik yang masih level rintisan, tingkat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), maupun telah menjadi perusahaan kakap dan menjangkau level dunia, akan selalu membutuhkan modal sebagai pelicin putaran mesin usaha mereka.

Tanpa modal yang memadai, sebuah usaha sulit berekspansi dengan leluasa. Target-target bakal lebih susah tercapai apabila sebuah usaha mengalami keterbatasan permodalan.

Tidak heran, para pemodal atau investor menduduki posisi istimewa dalam sebuah perusahaan. Pemodal bisa disebut sebagai investor maupun pemegang saham.

Posisi pemodal relatif sama kuat dengan posisi pendiri usaha, walau kelak bergantung pada besar saham yang telah disetor. Yang jelas, kehadiran pemodal turut menentukan arah usaha di masa mendatang.

Nah, saking krusial posisi seorang atau sekelompok pemodal di sebuah usaha, tidak sedikit persoalan muncul dari sisi ini. Pecah kongsi antar para investor sudah sering terjadi di berbagai usaha.

Perebutan hak dan wewenang hingga saling klaim antar pemodal, sering menjerumuskan sebuah usaha ke kurang kebangkrutan. Belum lagi risiko pertentangan antara pemodal dan manajemen dalam menjalankan roda perusahaan.

Oleh karena itu, pengaturan kerjasama antar pemodal di sebuah usaha sangatlah penting. Apa saja, sih, hal-hal prinsip yang perlu diperhatikan seorang pengusaha ketika memandang posisi strategis pemodal?

Pertama, kesamaan visi dan misi. Bagi Andi Taru, pendiri dan pemilik Educa Studio, produsen aplikasi edukasi dan permainan untuk segmen anak-anak, kehadiran investor memang penting bagi sebuah usaha.

Namun, kehadiran mereka yang siap mengucurkan dana segar ke perusahaan tidaklah cukup. “Visi misi haruslah sama,” terang dia. Pemodal yang ia idamkan mesti yang juga memahami pasar dan produk yang menjadi segmen Educa Studio.

Sejauh ini Andi mengaku belum berjodoh dengan investor yang memiliki kesamaan visi dan misi dalam membesarkan Educa Studio. Alhasil, Educa Studio masih dijalankan mandiri (bootstrapping) oleh Andi dan kawan-kawan di Salatiga, Jawa Tengah. 

Bobot penting visi dan misi dari pemodal juga menjadi tuntutan pemilik HarukaEdu, perusahaan startup penyedia infrastruktur teknologi kuliah online, dalam memilih investor.

Novistiar Rustandi, salah satu pendiri HarukaEdu, berujar, kesamaan visi serta misi tentang usaha yang dijalankan akan memudahkan urusan selanjutnya seputar strategi pengembangan usaha. Mulai dari strategi pengembangan produk, pemasaran hingga perluasan pasar atau ekspansi.

Kedua, nilai tambah. Apa nilai tambah yang bisa dinikmati oleh perusahaan bila menerima rangkulan investor tersebut?

Bagi perusahaan startup di segmen teknologi, menurut David Wayne Ika, pendiri aplikasi content aggregator Kurio, elemen terpenting yang harus dimiliki seorang investor adalah pengetahuan strategis dan nilai lebih yang bisa diberikan oleh pemodal bagi perusahaan.

Kurio menggandeng Gunosy, perusahaan asal Jepang yang bergelut di segmen sama, atas pertimbangan tersebut. Bukan cuma modal dana segar, Gunosy mereka nilai bisa memberikan dukungan dan membagi keahlian teknologi mereka.

Ketiga, pengalaman di bisnis serupa. Menggandeng investor yang memiliki pengalaman bergelut di segmen sama, bisa mempermudah asimilasi antara investor, pendiri, juga manajemen.

Novistiar menggarisbawahi hal itu sebagai nilai lebih. Pengalaman calon investor di bisnis atau industri yang sama dapat memuluskan transfer pengetahuan. “Juga, bisa menyamakan ekspektasi,” kata dia.

Misalnya, industri pendidikan tinggi tidaklah sama dengan industri e-commerce. Jumlah siswa 100.000 bagi education technology startup seperti HarukaEdu sudah cukup baik. Namun, bagi e-commerce startup, angka itu jelas masih kecil.

Kesamaan ekspektasi juga penting dari sisi target return atau balik modal sesama investor. “Akan sulit antar investor bekerjasama dalam bisnis bila target balik modal berbeda,” imbuh Asnan Furinto, praktisi  dan pengajar manajemen strategi bisnis Binus University.

Lebih dari itu, menurut Asnan, ada kriteria mendasar yang harus menjadi perhatian pelaku usaha dalam memilih partner pemodal. Yaitu, adanya kebutuan dan ketergantungan antar pihak untuk saling mengisi. “Perlu prinsip WIIFMU atau What’s In It For Me and You,” kata Asnan.

Bila tidak jelas kemauan, ekspektasi, kebutuhan juga ketergantungan setiap pihak dalam kerjasama bisnis tersebut, sebuah kongsi bakal lebih rawan untuk bubar. Demikian pula apabila salah satu pihak memiliki ketergantungan terlalu besar pada pihak lain.

Pentingnya pembagian tugas yang jelas

Sejatinya, ada empat jenis partner bisnis dalam sebuah usaha. Yaitu, pemberi modal sekaligus rekan kerja. Mereka adalah pihak yang mengucurkan modal di sebuah usaha sekaligus bekerja mengurus serta membesarkan usaha tersebut.

Dus, selain mendapatkan dividen, mereka juga berhak mendapatkan gaji dari operasional. Mereka biasa juga dikenal sebagai pendiri dan pemilik sebuah usaha.

Lalu, ada pula pemodal yang mengucurkan modal dalam bentuk saham tapi tidak terjun langsung dalam operasional. Mereka disebut investor dan berhak menerima dividen sesuai porsi saham.

Kemudian, ada pemberi modal dalam bentuk utang. Mereka biasa disebut sebagai kreditur. Terakhir, adalah partner bisnis dalam rantai bisnis, seperti supplier, distributor, dan lain-lain.

Pembagian tugas di antara para rekan bisnis baik sesama pendiri, pemilik ataupun investor, jelas penting. Nanda P. Sugiono, salah satu pemilik gerai makanan Ike Sushi, menuturkan, di awal pendirian Ike Sushi bersama dua temannya, mereka sudah membuat kesepakatan pembagian tugas.

“Selain menyumbang modal, saya kebagian mengurus bisnis. Sedang dua rekan yang lain lebih berperan sebagai investor pasif,” kata dia.

Pembagian tugas di antara rekan pemodal juga ditempuh oleh Novistiar dengan dua oendiri HarukaEdu lain. Mereka memperjelas peran, hak serta kewajiban setiap founder dalam sebuah perjanjian tertulis.

Termasuk di dalamnya adalah klausul penyelesaian masalah apabila terjadi perselisihan. Juga, apa langkah yang akan mereka lakukan apabila ada salah satu co-founder yang tidak memenuhi kewajiban.

Nah, agar lebih jelas, mari menilik lebih terperinci apa saja yang perlu menjadi perhatian pelaku usaha dalam menyusun perjanjian dengan pemodal, sebagai berikut :

Kontribusi permodalan

Sesuai namanya, perjanjian dengan para investor harus memuat kontribusi permodalan. Misal, usaha percetakan membutuhkan modal Rp 500 juta. Investor A dan B menyetor Rp 100 juta. Lalu, investor C menyetor Rp 300 juta.

Dus, porsi kepemilikan dibagi rata, investor A dan B masing-masing memegang 20% saham, lalu sebanyak 60% saham dimiliki investor C.

Novistiar memberi gambaran dalam konteks startup. Dalam setiap rangkaian pendanaan alias funding round biasanya memang ada lead investor dan follower.

Lead investor yang memimpin investasi pada putaran terkait dan merekalah yang bertanggungjawab menggelar negosiasi valuasi dan kontrak. “Juga, melakukan due dilligence,” kata dia.

Pasalnya, selaku pemimpin, lead investor bertugas pula mencari investor lain yang ikut berpartisipasi dalam funding round itu. Contoh, sebuah startup menggelar fundraising
US$ 5 juta.

Lead investor bersedia memberi dana US$ 2 juta dan tiga follower menyetor masing-masing US$ 1 juta. Perbedaan peran dan besar setoran modal sudah pasti memengaruhi pula hak masing-masing pihak.

Maka itu, surat perjanjian kerjasama dengan pemodal juga perlu memperinci isi hak dan kewajiban setiap pihak. Termasuk, implikasi terhadap kebijakan penggajian manajemen dan pembagian dividen.

Hal ini dilakukan oleh Nanda bersama rekan-rekannya di Ike Sushi. Kendati mitra sesama pendiri menyetor modal lebih besar, selain dividen Nanda berhak pula atas gaji karena diberikan mandat mengelola operasional bisnis.

Asnan menambahkan, pembagian alokasi saham harus sesuai dengan proporsi kebutuhan, stake/pertaruhan atau risiko yang bersedia ditanggung oleh masing-masing investor dalam bisnis tersebut. Berikutnya, pembagian dividen atau bagi hasil pun mengikuti besar alokasi saham tersebut.

Wilayah wewenang

Perjanjian kerjasama dengan pemodal perlu memuat tentang mekanisme pengambilan keputusan. Apakah cukup dengan musyawarah mufakat atau pemungutan suara alias voting. Berikut aturan kuorum.

Lalu, penting pula Anda dedah pembagian wilayah wewenang. Seberapa besar kewenangan pemodal ikut menentukan kebijakan manajemen? Apakah ada proporsi saham tertentu yang harus dipenuhi sehingga seorang pemodal memiliki hak suara atau hak pengendalian kebijakan usaha?

Bisa pula Anda mengatur mekanisme pengambilan keputusan sesuai kesepakatan awal pendirian usaha. Nanda menggambarkan, sebelum menuangkan isi perjanjian di hadapan notaris, bersama dua kawannya dia bersepakat tentang pembagian bobot kewenangan pengambilan putusan.

Nanda selaku pemodal sekaligus pengelola memegang wewenang paling besar dalam keputusan bisnis. Keputusan seperti ini, antara lain, ketika kelak menentukan lokasi usaha yang baru.

Bila dua rekan pemodal lain menilai sebuah lokasi bagus bagi usaha mereka namun bagi Nanda sebaliknya, maka keputusan dia yang kudu dipilih.

Wilayah wewenang juga termasuk memperinci kewajiban pemodal menyuntik permodalan sampai di level mana. Apakah pemodal berkewajiban untuk terus mengucurkan modal sampai usaha tersebut mencetak untung atau seperti apa, dan lain sebagainya.

Exit strategy

Strategi jalan keluar juga harus dimuat dalam perjanjian dengan pemodal. Exit strategy di sini menyangkut solusi yang disepakati oleh kedua belah pihak apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan sampai terjadi yang memengaruhi kerjasama.

Misalnya, ketika terjadi perselisihan antara pemegang saham, pemodal dengan manajemen, dan sebagainya. Juga, apa jalan keluar ketika ada salah satu pemodal yang tidak memenuhi kewajiban.

Novistiar menambahkan, perlu juga mencantumkan strategi keluar dari usaha. “Kapan dan bagaimana kami keluar juga ditulis di sana,” kata dia.

Jangka waktu berlaku perjanjian tak boleh dilupakan. Dengan begitu, kerjasama bisnis dengan pemodal bisa berjalan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×