kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   -931,36   -100.00%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menunggangi tren hidup sehat dengan ayam organik


Senin, 22 September 2014 / 15:56 WIB
Menunggangi tren hidup sehat dengan ayam organik
ILUSTRASI. Rekomendasi Jus Sayuran yang Menyehatkan untuk Berbuka Puasa


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Daging ayam merupakan menu favorit makanan masyarakat Indonesia yang tidak pernah sepi permintaan. Komoditas merupakan sumber protein yang baik untuk tubuh. Namun, cara beternak dan pakan yang dimakan ayam pun bisa mempengaruhi kesehatan konsumennya.

Nah, lantaran kini tren hidup sehat sudah mulai banyak disadari masyarakat, makanan yang mereka konsumsi pun mulai diseleksi. Begitu pula dengan konsumsi ayam.

Kini pamor ayam herbal organik sedang naik daun dibanding ayam broiler atau pedaging yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat, sekitar lima minggu sampai tujuh minggu.

Ayam herbal organik merupakan ayam yang diternakkan secara alami dari mulai bibit hingga siap potong. Semua diproses tanpa sentuhan bahan kimia. Misalnya, pakan ayam terbuat dari sayuran organik dan dedaknya dibuat dari beras organik.

Selain itu, perawatan ayam tidak menggunakan suntikan hormon dan antibiotik. Harganya memang sedikit mahal namun peminatnya saat ini makin banyak saja.

Pengusaha ayam organik OrgaChick, Rahmat Mahabbah di Jakarta misalnya, sudah menjalankan usaha ini sejak tahun 2008. OrgaChick sudah memiliki dua outlet di Jombang, Jawa Timur dan Jakarta.

Rahmat bilang, tahun ini memang sedang kebanjiran permintaan baik untuk konsumsi sendiri atau pesanan dari swalayan. Ia mendapatkan pasokan ayam dari peternakan milik OrgaChick yang bisa menampung hingga 7.000 ayam di Jombang.

Rahmat bilang, pasar yang masih potensial masih di kawasan Jabodetabek, Bandung, dan Bali. Kalau untuk daerah lain, penjualannya masih belum terlalu tinggi. Dalam sebulan, dia mengaku bisa menjual hingga 500 ekor ayam organik. Rahmat menjualnya dalam kemasan plastik bening, seharga Rp 50.000 per ekor.

Namun, harga jual di Bali atau di swalayan bisa lebih tinggi hingga Rp 60.000 per ekor. "Dalam sebulan, saya bisa mengantongi omzet Rp 30 juta lebih," ujar dia.

Potensi ayam organik juga dilirik oleh Chiko Herba Organic Farm di Jombang, Jawa Timur. Peternakan ayam ini kini mulai menjajakan dagangan ayam organik. dengan merek dagang Herbal Organic Chicko.

Embel-embel organik plus khasiat herbal tentu saja menjadi strategi untuk mendongkrak harga ayam plus meraup margin laba yang lumayan. Ayam Chicko, misalnya, kini menawarkan Rp 55.000 per kilogram. Bandingkan dengan harga ayam biasa yang dibanderol di kisaran Rp 30.000 per kg.

Dalam pemasarannya, pengelola ayam Chicko menawarkan kerjasama keagenan. Kini ayam Chicko telah memiliki sekitar 36 agen di Indonesia. Satu outlet agen bisa menjual sekitar 300 kg per bulan atau dengan omzet Rp 16,5 juta per bulan. Margin laba bersih sekitarĀ  30% atau Rp 4,95 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×