kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyisir wader seputar waduk Gajahmungkur (3)


Sabtu, 07 Juli 2018 / 09:15 WIB
Menyisir wader seputar waduk Gajahmungkur (3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Deretan warung di sentra kuliner sepanjang Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, menggelar lapak sederhana. Agar menarik, wader goreng, udang dan aneka ikan goreng ditumpuk menyerupai gunung. Ada juga wadah kaca untuk menampung stok ikan goreng. 

Ajeng, karyawan rumah makan Pak Glinding mengatakan, pengolahan menu ini mulai dari dini hari. Sementara, penggorengan mulai pukul 09.00. Proses ini juga dilakukan secara bertahap agar sajian tetap fresh. "Jadi menggorengnya selalu menyesuaikan stok," ujarnya. Beberapa warung bahkan menggoreng udang basah saat baru ada yang memesan (dadakan). 

Slamet Sulardi, pemilik rumah makan Sari Raras juga mengolah bahan baku sejak subuh. Sebab, nelayan selalu memasok pada jam-jam tersebut. Setelah dicuci dan dibersihkan, wader, udang dan aneka ikan dibumbui dengan racikan khas, kemudian digoreng.  

Slamet bilang, sebagian besar warung meracik sendiri bumbu dan tepungnya. Maka, tiap warung pasti punya citarasa olahan yang khas. 

Soal persaingan, Slamet tak mengaku tak khawatir. Kendati makin banyak penjaja makanan serupa, ia tetap percaya bahwa tiap individu punya rejekinya sendiri. "Saingan pasti ada, namanya juga orang dagang. Tapi saya biasa aja, tetap fokus sama sajian dan pelayanan," tuturnya. 

Persaingan yang cukup ketat juga tak dipungkiri oleh Ajeng. Bahkan, ia bilang, ada beberapa warung yang bermain harga. Tapi kembali lagi, ia tetap percaya jika rasa dan pelayanan adalah kunci utama agar pelanggan kembali lagi. "Ya, pasti saingan, tapi kalau saya lihat tiap warung sudah ada pelanggannya sendiri-sendiri. Jadi tidak perlu khawatir," tandasnya. 

Berkah Waduk Gajah Mungkur tidak hanya dinikmati pemilik warung makan seperti Slamet, tetapi juga karyawan warung dan para penangkap wader. Sepanjang air waduk belum surut, wader dan tangkapan lainnya terus mengalir. Bahkan kendati muism kemarau datang, wader tetap ada. 

Makin banyaknya warung wader goreng yang berdiri membuat pasokan bahan baku yang dibutuhkan makin banyak. Slamet tak memungkiri jika dirinya pernah kehabisan pasokan bahan baku, terutama untuk wader. Saat permintaan wader sedang tinggi, ia tidak kebagian pasokan. 

"Pernah sampai kehabisan wader, saya cari di tempat pelelangan manapun di Wonogiri, habis semua. Mau tidak mau saya cari pasokan dari tempat lain," tuturnya. Biasanya para pemilik warung kehabisan pasokan saat hasil tangkapan sedikit menjelang Lebaran. 

Tak tanggung-tanggung, jika pasokan di Wonogiri menipis, Slamet sampai mendatangkan bahan baku dari Semarang, Surabaya, Sidoarjo maupun Gresik. "Paling dekat dan cepat ya dari Semarang. Kalau Semarang belum cukup, saya ambil dari Surabaya, Sidoarjo atau Gresik," tandasnya.       

(Selesai)
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×