kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyusuri rezeki wisata hutan bakau bersama warga


Kamis, 30 Oktober 2014 / 15:27 WIB
Menyusuri rezeki wisata hutan bakau bersama warga
ILUSTRASI. Daftar lagu populer dari band Coldplay, yang wajib diketahui para penggemar sebelum nonton konsernya di Jakarta, November nanti.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Hutan bakau atau mangrove merupakan jenis hutan yang tumbuh sumbur di kawasan pantai. Di Jawa Timur, tepatnya di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya terdapat kawasan hutan bakau yang kini menjelma sebagai kawasan ekowisata yang mendatangkan berkah bagi warga sekitar.

Tjoko Suwondo, Ketua Pengelola Ekowisata Wonorejo menyampaikan, pembentukan ekowisata bakau ini pada awalnya hanya sebuah kebetulan. Sebelum ekowisata ini didirikan tahun 2011, banyak terjadi pembalakan liar di kawasan hutan bakau ini. "Pohon bakau dijual untuk dijadikan arang," katanya.

Peduli akan kelesterian bakau, Tjoko lalu berupaya mencegah pembalakan bakau ini dengan mengubah kawasan ini menjadi tempat wisata edukasi. Dengan mengunjungi tempat ini, orang bisa belajar betapa pentingnya hutan bakau. Untuk menarik minat pengunjung, ia mengajak warga sekitar mendirikan warung makanan, minuman, dan penyewaan kapal kayu.

Merasa dilibatkan, warga akhirnya ikut turun tangan menjaga kelestarian bakau. Akhirnya, pada 2011 pemerintah meresmikan tempat ini sebagai kawasan ekowisata. Tjoko sendiri ditunjuk sebagai ketua pengelola.

Kawasan ekowisata bakau Wonorejo memiliki luas 200 hektar dengan 38 jenis spesies bakau. Saat ini Tjoko memiliki 36 karyawan yang semuanya warga Wonorejo. "Selain berpartisipasi dalam pengawasan juga bisa menambah penghasilan," kata Tjoko.

Untuk kunjungan pribadi, setiap orang dikenakan tiket keliling hutan bakau dengan kapal kayu seharga Rp 25.000. Pengunjung juga bisa belajar menanam bakau serta menikmati aneka kuliner yang banyak dijajakan warga sekitar di tepi pantai.

Selain kunjung pribadi, tempat ini juga kerap menerima kunjungan rombongan. Untuk kunjungan rombongan, per orang  dikenakan biaya Rp 50.000. Biaya itu sudah termasuk keliling hutan bakau dengan kapal kayu, menanam pohon bakau, dan makan di gazebo di tengah Selat Madura.

Dalam sebulan ada sekitar 10.000 pengunjung, yang terdiri dari 6.000 dewasa dan sisanya anak-anak dan remaja. Selain dari Surabaya, pengunjung juga datang dari Semarang, Bali, Yogyakarta, dan Bandung. "Ada juga rombongan dari luar negeri seperti Australia," jelasnya.

Dalam sebulan Tjoko bisa mendapat omzet hingga Rp 30 juta. Itu belum termasuk omzet pedagang kuliner. Menurut Tjoko, warga yang menjajakan makanan bisa mendapat omzet Rp 5 juta–Rp 10 juta per bulan.

Saat ini, banyak juga perusahaan yang berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan di kawasan ini. Salah satunya adalah PT Pertamina dengan menanam 25.000 pohon bakau sejak tahun 2011.                      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×