kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meracik laba segar gerai jamu tradisional kekinian


Rabu, 27 September 2017 / 12:05 WIB
Meracik laba segar gerai jamu tradisional kekinian


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Meski pengobatan modern sudah menjadi pilihan sebagian besar masyarakat,  masih banyak pula orang-orang yang meyakini khasiat obat tradisional. Begitu pula dengan konsumsi jejamuan. Masih jamak pula orang minum jamu untuk mendongkrak daya tahan tubuh atau memelihara kesehatan.  

Bahkan, Nova Dewi Setiabudi, pemilik Suwe Ora Jamu mengatakan, tahun ini, minuman tradisional asli Indonesia ini sedang booming. Di gerainya, dia mendapati banyak pengunjung yang memesan racikan jamu tradisional.

Mulai dari anak-anak muda sampai orang dewasa terlihat akrab dengan minuman ini.  "Ini seiring tingginya kesadaran orang-orang akan pentingnya menjaga kesehatan dan juga mengkonsumsi minuman berbahan baku alami," katanya pada KONTAN, Senin (4/9).

Selain menyediakan minuman jamu yang diracik langsung di gerainya, Nova juga menjajakan jamu dalam botol-botol siap minum. Dia pun melihat permintaan jamu dalam botol ini terus naik saban harinya, sejak dia memberlakukan pengiriman dan pesan antar ojek online.  

Dalam sehari, perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini bisa memproduksi sekitar 200 botol per varian perhari. Nova dibantu oleh 25 orang di bagian produksi. Sampai sekarang, proses pembuatannya masih homemade. Ia juga menggunakan bahan baku, rempah-rempah alami.

Harganya dibandrol sekitar Rp 30.000 per botol (330 cc). Ada delapan varian jamu yang diproduksi yaitu kunyit asem, wedang jahe, beras kencur, rosella, alang-alang, asem jawa, temulawak, dan kayu manis.

Konsumennya pun tidak hanya dari sekitar Jakarta tapi juga wilayah lain. Bahkan, produknya sudah masuk ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Amerika dan lainnya.

Penjual lainnya adalah Novi Setio Budi pemilik Gendis Manis Jamu. Laki-laki asal Yogyakarta ini mengaku bila tren minuman ini sudah terasa sejak tahun lalu. "Selain konsumen sudah mulai sadar untuk mengkonsumsi minuman dari bahan alami, ada juga sebagian yang memuaskan rasa kangen dengan rasa racikannya yang khas," katanya.

Memasarkan produk jamu di Yogyakarta dan sekitarnya, dia mengaku anak muda menjadi konsumen utamanya. Dalam sehari, dia dibantu dengan istrinya dapat memproduksi sekitar 200 botol dengan harga Rp 7.000 per botol (330 ml). Ada empat macam varian jamu yang dijajakan. Yakni,  kunyit asem, temulawak, beras kencur dan puyuh-puyuh.

Berbeda dengan produsen lainnya. Dia memilih memasarkan produksinya melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Alasannya, agar lebih efisien serta dapat menjangkau pasar yang luas. Sampai sekarang, dia hanya bisa memenuhi permintaan konsumen di sekitar Yogyakarta. Alasannya, produk miliknya tidak menggunakan pengawet sehingga, tidak bisa tahan lama.          

Harus rajin edukasi pasar untuk merambah konsumen muda

Tren hidup sehat tengah populer dikalangan masyarakat perkotaan. Makanan dan minuman berbahan alami pun menjadi pilihan utama.

Kondisi ini menjadi berkah bagi pengusaha jamu siap minum. Makin banyak orang yang mengkonsumsi jamu untuk menjaga stamina dan kesegaran badan. Apalagi, "Rasanya enak dan tidak pahit," kata Intan Apriliani, konsumen jamu.  

Novi Setio Budi pemilik Gendhis Manis Jamu asal Yogyakarta mengaku potensi bisnis ini masih tetap bagus ke depan, mengingat konsumen minuman ini mulai beragam. Ia melihat, banyak anak muda penasaran dan  mencoba minuman baru. Bahkan, 70% konsumen Gendhis Manis Jamu adalah anak-anak muda.

Meski begitu, tak lantas Budi bisa berleha-leha. Dia tetap getol mengedukasi pasar melalui berbagai media sosial dengan memposting pengetahuan terkait jamu, mulai dari jenis tanaman hingga khasiatnya. 

Langkah ini Budi lakukan untuk menggiring konsumen muda yang tadinya tidak mengenal jamu, supaya tertarik dan mau menjajalnya. Karena, tidak semua orang familiar dengan minuman tradisional ini.

Selain itu, Budi merasa persaingan pada bisnis ini mulai ketat. Sebab, kian banyak pemain baru bermunculan dan pemain lama pun masih eksis. Untuk tetap bertahan, dia terus menjaga kualitas serta memberikan layanan pengiriman langsung ke lokasi konsumen. Gendhis Manis juga tersedia dalam aplikasi ojek online.

Salah satu kendala yang kerap dihadapi adalah jauhnya lokasi konsumen sehingga Budi tak menyanggupi pesanan tersebut. "Masih susah untuk kirim ke luar kota karena minuman ini tidak ada pengawetnya," tambahnya.

Senada dengan Budi, Novi Dewi Setiabudi, pembesut usaha Suwe Ora Jamu juga  menilai, potensi usaha ini kedepan bakal bagus mengingat jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar. Lagipula, produk ini merupakan minuman khas asli Indonesia.

Nova pun aktif mengedukasi pasar melalui media sosial. Maklum, menurut dia, tak mudah untuk mengaet konsumen anak muda dikota besar.

Dia pun tak takut menghadapi persaingan bisnis jamu siap minum ini lantaran bisnis jamu ini lebih dinamis. Pemain pun bisa memikat konsumen dengan menyediakan kemasan-kemasan unik ikuti tren yang ada. 

Nova bilang, tantangan untuk mempertahankan usaha ini adalah konsistensi dalam menjaga kualitas dari tahap proses hingga produk siap jual. Tidak hanya itu, proses pendampingan para petani untuk tahap penanaman dan perawatan tanaman pun juga harus diperhatikan.

Kedepan, dia berharap bisa membuat sesi dialog atau seminar dengan lembaga pendidikan di tingkat SMP dan SMA, serta memberikan pelatihan kepada siswa, agar jamu tetap lestari. Selain itu, dia juga bakal menambah varian jamu dan mengganti tampilan kemasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×