kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meraup duit dari kerajinan topeng bali (1)


Senin, 07 September 2015 / 12:42 WIB
Meraup duit dari kerajinan topeng bali (1)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali menjadi sentra kerajinan topeng khas Pulau Dewata. Di desa ini, ada puluhan perajin topeng. Mereka memproduksi topeng barong, bondres, dan rangda. Harga topeng dibandrol dari Rp 350.000 hingga jutaan rupiah. Namun, omzet perajin topeng tidak menentu tiap bulannya.

Desa budaya. Itulah julukan khas Desa Singapadu yang dikenal mewarisi seni tradisi turun temurun khas Bali, khususnya seni pembuatan topeng barong. Terletak di Kecamatan Sukawati, Gianyar, Desa Singapadu berjarak 17 kilometer dari Kota Denpasar, Bali.

Desa Singapadu menyimpan sejuta pesona budaya tradisional topeng berwujud makhluk mitologis yang diyakini berkekuatan magis. Lebih dari 20 perajin di desa ini yang memproduksi topeng berbentuk barong.

Seni topeng merupakan salah satu warisan budaya yang sangat dibanggakan masyarakat Desa Singapadu. Seni topeng ini pula yang membuat Bali terkenal di kancah internasional.

Selain berjualan di toko, para perajin juga memproduksi dan menjual topeng di rumah masing-masing tanpa memasang plang usaha.

Salah satu perajin topeng di desa Singapadu adalah I Kadek Juliana. Usaha ini dijalankan Kadek dari warisan sang ayah. Menurut I Kadek, kerajinan topeng telah ditekuni ayahnya sejak tahun 1970. Itu sebabnya, sejak kecil I Kadek telah terbiasa melihat produksi kerajinan topeng di desanya.

Saat Kontan menyambangi pondok “Kubu Bali” yang menjadi tempat produksi sekaligus bagian rumah I Kadek, sejumlah topeng berbagai ukuran tampak berjejer rapi di rak kayu tua.

Selain di rak kayu, topeng hasil kerajinan I Kadek juga digantung di sejumlah sudut ruangan yang menghias pondok Kubu Bali. “Topeng-topeng ini masih banyak yang setengah jadi, karena belum melalui proses pewarnaan,” kata I Kadek menjelaskan.

Pondok Kubu Bali terlihat sederhana. Luasnya sekitar 5 meter (m) x 10 m tanpa dinding dan lantai semen beralaskan terpal. Di sinilah I Kadek menghabiskan waktunya memahat topeng. Ada beragam jenis topeng.  Antara lain, yakni topeng bondres, rangda dan barong.

Harga jual topeng bondres dan rangda dibandrol I Kadek berkisar Rp 350.000 hingga Rp 600.000 per buah. Sementara topeng barong dibanderol Rp 4 juta-Rp 8 juta per buah.

Dari hasil penjualan topeng, I Kadek mengaku, omzet usahanya tidak menentu. Semua bergantung pada pesanan konsumen. “Saya tidak pernah menghitung berapa omzet tiap bulan, karena tidak tentu. Contoh, sasya pernah jual 13 topeng senilai Rp 7 juta. Tapi, pada bulan berikutnya jumlah pesanan lebih sedikit. Jadi tidak tentu,” jelas I Kadek.

Perajin topeng lainnya di desa Singapadu adalah Ni Made Ranti, pemilik Toko Suastika. Ia memajang semua topeng produksinya di toko tersebut. Toko ini berdiri tepat di depan rumahnya dan sudah dibuka sejak tahun 2012. “Saya sudah akrab dan bisa membuat topeng sejak kecil,” ujar ibu dua anak ini.

Ni Made memproduksi topeng di ruangan belakang rumahnya. Di pondok seluas 5 m x 5 m ini, ada berbagai jenis topeng yang dijual Ni Made, mulai dari topeng bondres, rangda, barong, sidakarya dan patung sri sedana yang terbuat dari uang kepeng (uang kuno). Harganya dari Rp 400.000 hingga Rp 2,5 juta per buah.

Serupa dengan I Kadek, omzet Ni Made dari kerajinan topeng tak menentu. “Bulan Juli lalu saya dapat Rp 6 juta, tapi bulan berikutnya bisa lebih,” jelas Ni Made.      n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×