kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meraup laba aplikasi social reading


Jumat, 19 Desember 2014 / 19:10 WIB
Meraup laba aplikasi social reading
ILUSTRASI. Sinopsis Jitsu Wa Ore Saikyou Deshita, di Mana Link Tempat Nonton Anime ini?


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Minat baca di kalangan masyarakat Indonesia dewasa ini bisa dibilang masih cukup rendah terutama untuk anak-anak dan remaja usia sekolah. Padahal masa-masa muda seperti ini adalah waktu yang tepat untuk menyerap informasi dari sumber-sumber bacaan. Di lain sisi, era internet makin menjalari kehidupan masyarakat. Banyak dampak positif yang bisa diambil sini, namun dampak negatifnya pun tetap ada, seperti kecanduan games di internet.

Melihat fenomena ini, Sulasmo Sudharmo pria kelahiran Kisaran, Sumatra Utara, tergerak untuk berkontribusi untuk menggairahkan minat membaca lewat media internet dengan menciptakan aplikasi Moco. Ia bersama kawan-kawannya, yakni Gani Rudolf dan Ardiansyah, menciptakan aplikasi ini sebagai sarana untuk membuat membaca menjadi lebih menyenangkan.

Aplikasi Moco dibuat agar penggunanaya dapat membaca buku digital atau e-book sambil bersosial media dengan pengguna lainnya. Sulasmo bilang, karena aplikasi ini adalah perpaduan antara e-book dengan sosial media, sehingga pengguna bisa saling mengikuti atau follow pengguna lain, chatting, dan memberi rekomendasi buku ke sesama pengguna.

Sebelum beroperasi secara komersial pada Juni 2014, manajemen Moco menyiapkan semua sistem selama tiga tahun, mulai pengembangan di sistem operasi ponsel hingga melakukan konversi buku cetak ke bentuk digital. Aplikasi ini merupakan bagian dari layanan produk si induk usaha yang bergerak di bidang jasa buku digital dan penerbit digital Aksaramaya.com dengan bendera usaha PT Woolu Aksaramaya.

Asal nama Moco diambil bahasa Jawa yang berarti membaca. Saat ini, kantor Moco berpusat di Jakarta dan memiliki dua kantor cabang yang berada di Yogyakarta dan Batam.

Indra Yustiawan, Head of Communication PT Woolu Aksaramaya menyampaikan, selain ingin meningkat minat baca, visi Moco adalah ingin menularkan minat creative writing kepada anak muda. Para penulis independen pun dapat dengan mudah mempublikasikan karyanya di Moco tanpa membutuhkan waktu lama dan biaya yang banyak.

Di samping itu juga, distribusi buku menjadi lebih mudah. "Dengan adanya Moco juga, kita ikut melestarikan buku-buku tua yang hampir punah, supaya masih bisa dinikmati para pembaca," kata Indra.

Omzet Rp 300 juta

Moco memiliki beberapa fitur yaitu e-pustaka, library, shelf, notes, dan fitur chatting. Lewat fasilitas-fasilitas tersebut, sesama pembaca bisa berinteraksi seperti saling merekomendasikan buku yang mereka baca. Pembaca juga dapat berkomunikasi langsung dengan penulis bukunya sehingga terjadi interaksi yang aktif.

Untuk bisa menikmati buku-buku di aplikasi ini, pengguna wajib memiliki deposit poin. Untuk mendapatkan poin, pengguna harus transfer uang ke rekening BCA dan Mandiri. Misalnya, untuk membeli 50 poin, harganya adalah Rp 50.000, 100 poin senilai Rp 100.000, dan 200 poin senilai Rp 200.000, begitu seterusnya.

Namun jika Anda tidak memiliki poin, ada juga fasilitas fitur free books atau masuk ke fitur e-pustaka dengan cara meminjam. Namun, masa waktunya terbatas dan jika masa pinjam habis, akan terjadi autoreturn dan pengguna tidak bisa meminjam lagi.

Saat ini Moco sudah memiliki lebih dari 15.000 pengguna yang mengunduh Moco di ponsel dan gadget mereka. Jumlah buku yang sudah terdaftar lebih dari 2.000 judul buku dari berbagai penerbit maupun penulis independen. Semua buku yang ditawarkan di sini khusus buku terbitan penulis lokal. Indra bilang, sebagian besar buku yang banyak peminatnya adalah novel. Setelah itu buku tentang bisnis, fiksi, teknologi, psikologi, sains, sosial budaya, dan komik.

Untuk terus menambah koleksi buku di Moco, Sulasmo juga bekerjasama dengan 17 universitas di Indonesia seperti Universitas Gadjah Mada, Brawijaya, lembaga pusat dokumentasi sastra TIM, dan LIPI Press untuk koleksi jurnal ilmiah.

Sulasmo Sudharmo, CEO Aksaramaya menyampaikan, saat meluncurkan aplikasi Moco ini, Aksaramaya mengucurkan modal awal senilai Rp 10 miliar. Nilai tersebut digunakan untuk riset dan pengembangan teknologi konversi buku konvensional menjadi digital. "Modal awal Rp 10 miliar itu komposisinya 50:50 antara riset dan pengembangan, " kata Sulasmo kepada KONTAN.

Pengembangan fitur memakan waktu cukup lama dan membutuhkan proses riset panjang. Karena itu, Sulasmo mengklaim, Moco adalah aplikasi social reading pertama. Jadi belum ada referensi aplikasi serupa yang bisa dijadikan panduan. "Pembaca sudah banyak, social media juga betaburan tapi menggabungkan jadi satu aplikasi membutuhkan riset yang mendalam tentang user experience dan user interface," jelas Sulasmo.

Saat ini, fitur Moco masih terus dikembangkan. Setiap dua minggu sekali, tim kreatif Moco selalu menganalisa kebiasaan user dan melakukan upgrade agar menjadi aplikasi mobile yang nyaman bagi penikmat buku, tanpa harus kehilangan kesempatan untuk bersosial media.

Pengguna Moco saat ini diklaim Sulasmo berkembang secara organik dan terus tumbuh meski perlahan. Setiap hari, ada sekitar 100 pengguna baru yang berasal dari kalangan siswa sekolah dan mahasiswa di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Bahkan, ada juga pengguna dari luar Indonesia seperti dari Australia, Brunei Darusallam, dan Taiwan.

Dengan estimasi pengguna hampir 15.000 orang, rata-rata omzet per bulan yang berhasil Moco kumpulkan bisa mencapai Rp 300 juta. Ini berasal dari pemasukan hasil penjualan buku digital, pembelian poin dari pembaca, kerjasama dengan penerbit, dan sharing profit dengan para penulis buku. 

Saat ini, Moco sedang fokus menambah jumlah pengguna. Target manajemen dalam dua tahun ke depan, aplikasi Moco bisa mencapai 2 juta pengguna. Sulasmo Sudharmo, Chief Executive Officer Aksaramaya bilang, Moco sedang bernegosiasi dengan investor Malaysia untuk bisa memberikan jasa konversi buku hard cover menjadi digital. Dengan teknologi dan sistem yang sudah dikembangkan Moco selama ini, ke depannya bisa menjadi sumber pendapatan lainnya karena potensi pasarnya cukup besar.

Investor yang ikut menanamkan modal untuk pengembangan aplikasi Moco selama ini masih berasal dari internal pengelola Aksaramaya. "Semuanya masih dana sendiri. Memang sudah ada tawaran modal dari pihak luar tetapi kami masih enggan untuk melangkah lebih jauh. Karena kami lebih menjadi mitra yang punya visi sama membangun bisnis jangka panjang," kata dia.

Sulasmo yakin membaca buku lewat gadget akan jadi kebutuhan ke depan. Fokus utama Moco saat ini lebih ke membangun budaya baru dalam membaca buku digital. User dan konten/ buku menjadi aset yang tumbuh besar bersamaan dengan waktu. Sebab, saat ini budaya membaca buku elektronik masih belum menyebar luas ke semua kalangan. Sehingga, edukasi pun penting untuk dilakukan.

Menurut Heru Sutadi, pengamat Teknologi Komunikasi dan Informasi dari Indonesia ICT Institute, pengembangan aplikasi Moco cocok dengan tren saat ini dan ke depannya yaitu era e-book. Sehingga potensi bisnis di bidang ini cukup menarik.

Saat ini, orang-orang sudah makin akrab dengan gadget dalam melakukan berbagai aktivitas seperti membaca berita, membaca jurnal, bersosialisasi termasuk membaca buku. "Sebab saat ini orang mau serba cepat dan tidak mau repot. Sehingga membaca buku digital atau e-book bisa menjadi solusi," kata dia.

Selain dari sisi konsumen bahwa membaca e-book akan memudahkan dan lebih ringkas, dari segi percetakan juga menghemat biaya biaya kertas dan tinta. "Aplikasi ini menarik dan bermanfaat apalagi juga konversi buku-buku kuno menjadi dalam bentuk digital," kata Heru.

Namun, memang harus diakui saat ini masyarakat Indonesia belum terlalu banyak yang gemar membaca buku digital. Masih ada juga orang-orang yang suka baca buku konvensional dengan kertas. "Beberapa orang suka membaca buku cetak karena halaman buku dapat dikasih tanda, kalau elektronik sulit juga melakukan hal itu," kata Heru.

Agar aplikasi Moco ini semakin berkembang dan bertahan, sebaiknya pengembang tidak hanya menyajikan teks saja. Moco juga bisa menampilkan gambar, ilustrasi, bahkan audio dan video. Sebab salah satu keunggulan elektronik adalah multifungsi. Hal ini dimaksudkan supaya pembaca tidak bosan. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×