kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meredam kecelakaan dengan jasa pengajar berkendara aman


Selasa, 30 November 2010 / 14:19 WIB
Meredam kecelakaan dengan jasa pengajar berkendara aman
ILUSTRASI. Ban Mobil Achilles Produksi PT Multistrada Arah Sarana Tbk


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Maraknya kecelakaan di jalan menaikkan permintaan akan jasa instruktur safety riding atawa cara berkendara yang aman. Permintaan atas jasa ini datang mulai dari produsen ban dan oli, klub sepeda motor, hingga sekolah-sekolah. Penghasilan profesi ini lumayan, sekali mengajar dapat Rp 5 juta.

Tidak dipungkiri lagi, jalanan di pelbagai kota besar yang ada negeri ini sudah disesaki oleh bermacam jenis kendaraan. Terutama sepeda motor. Namun, banyaknya pengguna kendaraan bermotor roda dua yang lalu lalang, tidak diikuti dengan tata tertib berlalu lintas yang baik dan benar. Makanya, tak heran, angka kecelakaan di kota besar semacam Jakarta terus menanjak.

Di Jakarta, misalnya, data Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya menyebut, kecelakaan sepeda motor pada 2008 mencapai 5.898 kasus. Dan, di 2009, angkanya bertambah menjadi 6.608 kasus. Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya mencatat, rata-rata setiap hari tiga orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di ibukota, sebanyak 75% di antaranya pengendara sepeda motor.

Maraknya kecelakaan sepeda motor yang terjadi saat ini, ternyata menjadi peluang tersendiri bagi para instruktur safety riding. Contohnya, Rizki Mario yang menekuni profesi ini sejak 2004.

Menurut Rizki, sekarang banyak yang mulai peduli dengan keselamatan saat berkendara di jalan. Permintaan akan jasa instruktur safety riding pun kian meningkat. "Pengguna jasanya, mulai dari institusi pemerintah dan swasta, klub sepeda motor, hingga sekolah-sekolah," katanya.

Rizki mengatakan, pengguna jasa instruktur safety riding mulai marak pada 2004. Pasalnya, mulai tahun itu, penjualan sepeda motor naik cukup tinggi. Hanya, ketika itu, penyelenggaraan safety riding baru dilakukan oleh para agen tunggal pemegang merek (ATPM) atau produsen sepeda motor. "Sebagai rasa tanggung jawab mereka atas penjualan sepeda motornya yang naik," tutur pria berusia 33 tahun ini.

Kini, dengan semakin banyaknya pengguna sepeda motor, tidak semua bisa ter-cover oleh ATPM. Ambil contoh, saat Rizki masih bekerja sebagai instruktur safety riding di Yamaha, ia cuma sanggup mengajar 15.000 orang setahun.

Itu sebabnya, tidak aneh, kalau saat ini banyak yang menggunakan jasa instruktur safety riding di luar yang diselenggarakan ATPM. Bahkan, jasa ini juga banyak dipakai produsen oli, ban, dan produk otomotif lain. Bahkan, perusahaan asuransi pun mulai melirik jasa instruktur safety riding.

Penghasilan sebagai instruktur safety riding sangat menggiurkan. "Kadang, cuma ngajar dua jam saja, saya bisa dibayar Rp 5 juta. Tapi, pernah juga cuma dikasih ongkos transportasi saja," ujar pria yang mengaku tidak terlalu mengomersialkan profesinya itu.

Hal utama yang diajarkan oleh seorang instruktur safety riding, bukanlah mengenai tata tertib berlalu lintas dan tidak hanya bisa menaiki sepeda motor, melainkan bagaimana orang bisa mengendarai dan mengendalikan sepeda motornya.

Selain itu, instruktur safety riding juga akan mengajari, bagaimana cara berkendara yang aman, tidak cuma bagi dirinya tapi juga bagi pengguna jalan lain. "Yang saya ajarkan terutama soal mental si pengendara. Karena, 70% kecelakaan lalu lintas terjadi akibat ulah si pengendaranya sendiri," ungkap Rizki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×