kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,78   -29,95   -3.11%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mimpi ingin terbang terwujud dari paralayang


Rabu, 01 Oktober 2014 / 14:50 WIB
Mimpi ingin terbang terwujud dari paralayang
ILUSTRASI. PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BRI) memproyeksikan pencapaian laba di kuartal I 2023 lebih baik. KONTAN/Baihaki/18/6/2015


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Memiliki cita-cita sejak kecil untuk bisa terbang membawa Rahmat Sodikin menjadi salah satu ahli paralayang Indonesia. Dari mimpinya sejak kecil tersebut, Rahmat memulai belajar terbang pada tahun 1997. Awalnya untuk merealisasikan mimpinya,  dia belajar gantole. Saat itu dia masih belum bertemu orang yang bisa mengajarinya paralayang.

Selang setahun, dia baru belajar terbang dengan paralayang. Tepatnya setelah dia bertemu dengan instruktur paralayang asal Bogor. Dari situ Rahmat kemudian menekuni dunia paralayang hingga sempat menjadi atlet nasional paralayang dan ikut serta ajang Pekan Olahraga Nasional (PON).

Dia kini menjadi pelatih para atlet parayalang untuk wilayah Bogor, Jawa Barat. Rahmat yang juga menjabat sebagai ketua Persatuan Layang Gantung Indonesia (PLGI) Kabupaten Bogor ini berprofesi sebagai instruktur paralayang.

Rahmat memulai profesi sebagai instruktur paralayang pada tahun 2009 silam. Dia melihat, tingginya ketertarikan orang terhadap olaraga ekstrem ini membuatnya tertarik untuk mengikuti pelatihan untuk menjadi instruktur paralayang.

Sebelumnya, dia hanya menjadi teman tandem terbang para penerbang amatir. Meski sudah berpengalaman, status Rahmat masih menjadi instruktur magang. “Sebenarnya saya ini terlambat, teman-teman saya banyak yang lebih dulu menjadi instruktur,” jelasnya.

Kesibukannya yang padat membuat jumlah siswa yang dilatih Rahmat terbilang sedikit yaitu lima orang. Rahmat membandrol tarif kursus paralayang seharga Rp 7 juta untuk latihan terbang sebanyak 40 kali, perlengkapan terbang, dan sertifikat. “Untuk lama waktunya itu tergantung siswanya karena latihannya tidak rutin setiap minggu,” jelasnya.

Selain memberikan jasa pelatihan, Rahmat dengan teman-temannya yang tergabung dalam Layang Mas juga membuka jasa terbang tandem. Tarif untuk sekali terbang sekitar Rp 350.000 sekitar 15 menit di Puncak Bogor.

Rahmat bilang, sekitar 90% konsumen yang datang berasal dari Timur Tengah dan 10% sisanya berasal dari Jakarta. Bila cuaca sedang cerah dengan angin cukup kencang Rahmat bisa terbang tandem sampai 13 kali dalam sehari. Apabila cuaca sedang buruk dan sepi pengunjung, dia hanya terbang sekitar lima kali dalam sehari.

Bila dikalkulasi dalam sebulan rata-rata omzet yang dikantongi Rahmat sekitar Rp 105 juta. Bisnis ini cukup menggiurkan, pasal keuntungan yang didapatkan bisa mencapai 50% dari omzet.

Rahmat mengatakan, seluruh perlengkapan terbang memang perlu dicek setiap hari dan diganti dengan yang baru setiap  tiga tahun sekali.
Selama menjadi instruktur paralayang, dia tidak menemukan kendala yang berarti. Hanya saja, faktor cuaca yang kerap menjadi hambatan saat terbang.

Menurutnya, agar bisa terbang maksimal cuaca tidak hanya harus panas tetapi angin juga harus kencang.  “Kalau musim hujan itu susah karena akan berisiko,” katanya.

Rahmat memberikan tips, untuk menjadi pelatih paralayang, orang harus menguasai seluruh teknik terbang serta tahu betul mengenai kondisi cuaca.Berani  ikut jejaknya?         n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet Using Psychology-Based Sales Tactic to Increase Omzet

[X]
×