kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45914,93   -8,56   -0.93%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minim aset, Ngatino sulit dapat pinjaman bank (3)


Selasa, 11 April 2017 / 14:34 WIB
Minim aset, Ngatino sulit dapat pinjaman bank (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Membesut usaha secara mandiri bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Pasalnya, banyak kendala yang akan dihadapi. Begitu pula yang dialami Ngatino, pemilik usaha sarung tangan dibawah bendera CV Deschino Sport.

Hingga saat ini, ia masih kesulitan dalam hal permodalan. Padahal, produk sarung tangannya sudah melalang buana sampai ke negara tetangga. Namun,  itu tidak membuat pria yang lebih akrab disapa Tino ini mudah mendapatkan dana pinjaman perbankkan.

"Saya tidak mempunyai aset yang cukup besar untuk dijadikan jaminan ke bank," katanya kepada KONTAN, Minggu (9/4).

Ngatino mengaku, butuh tambahan modla buat membesarkan usahanya. Lantaran sulit tidak mendapat pinjaman bank, ia pun terus memutar keuntungannya buat modal mengembangkan usaha.

Selain itu, dia juga menjalin kerjasama dengan mitra untuk mendukung jumlah produksinya.

Untuk urusan bahan baku pun, bapak empat anak ini menjalin kerjasama dengan salah satu supplier kulit olahan kambing yang berlokasi di Yogyakarta.

Untuk menghasilkan produk sarung tangan berkualitas tinggi, dia telah menetapkan komposisi tertentu untuk kulit kambing yang digunakan. Makanya, dia tidak sembarang menggunakan bahan baku kulit. Sayangnya, dia enggan menjelaskan secara detail komposisi yang dimaksud.

Ke depan, pria berusia 50 tahun ini berharap dapat mengembangkan dua merek produknya, yaitu Armor dan Sporty agar dapat diterima di pasaran. Untuk membangun brand awarness dari kedua merek tersebut, ajang pameran menjadi salah satu media.

"Saya berharap nanti merek produk saya dapat dikenal luas dan digunakan oleh konsumen, baik di dalam maupun di luar negeri," katanya.

Popularitas media sosial ternyata tidak terlalu dimanfaatkan oleh Tino. Dia mengaku, tidak maksimal melakukan marketing digital karena kapasitas produksinya sudah melebihi kapasitas.

Dalam kondisi seperti itu, ia khawatir orderan yang masuk semakin banyak. Saat ini, ia memilih fokus mempertahankan kualitas produk agar konsumen tidak lari.

Terlebih persaingannya saat ini sudah semakin ketat dan kebanyakan lawannya adalah para pengusaha asal luar negeri yang membuka usaha di Indonesia.

Tidak hanya itu, melawan para produsen lokal pun juga sulit. Pasalnya, mereka kerap menjual harga produk dibawah rata-rata. Sadar dengan kondisi tersebut, Tino pun terus fokus meningkatkan kualitas produknya.

Selain komitmen menjaga kualitas produk, untuk mempertahankan usahanya dia juga selalu memberikan pelayanan yang terbaik.Berapa pun jumlah pesanan pelanggan selalu ia kerjakan dengan serius. Makanya, tidak heran kalau kebanyakan pelanggannya adalah konsumen lama.

Menurutnya, bila lengah sedikit, konsumen pasti lari ke tempat lain karena pilihannya sekarang semakin banyak. Komitmen ini pun terus berbuah manis.

Dia bilang, pekan lalu mendapatkan kunjungan konsumen asal Korea Selatan. Sebelumnya, dia sudah sering mengirimkan produknya ke sejumlah negara, seperti Jepang dan Thailand.

Oh iya,  tidak hanya sukses membangun usaha dari nol, Tino juga sempat meraih beberapa penghargaan yaitu UKM Award DKI 2014 dan Paramakarya Tingkat Nasional. 

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×