kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Muchayatun kibarkan batik Indramayu di Belanda (1)


Rabu, 02 Januari 2013 / 17:09 WIB
Muchayatun kibarkan batik Indramayu di Belanda (1)
ILUSTRASI. Obat luka diabetes agar cepat kering bisa Anda temukan dari bahan-bahan alami.


Sumber: Kontan 2/1/2013 | Editor: Havid Vebri

Sebagai salah satu warisan budaya, motif batik di Indonesia sangat beragam. Hampir setiap daerah punya motif batik yang khas. Tak terkecuali Indramayu yang memiliki batik khas sendiri.

Batik Indramayu mempunyai 52 motif yang bercirikan khas daerah pesisir pantai, seperti kapal kandas, udang etong, lock chan, dan pintu raja. Salah satu pengibar batik khas Indramayu adalah Muchayatun Handoko.

Peminat batik buatannya juga datang dari Asia dan Eropa. Keterampilan membuat batik Muchayatun warisi dari keluarga secara turun temurun. "Sejak tahun 1960, nenek saya merintis usaha batik Indramayu," kata Muchayatun.

Usaha ini lalu diteruskan oleh ibunya sekitar tahun 1970-an. Sejak kecil, Muchayatun sudah terlibat langsung membantu usaha batik orangtuanya.

Saat sang ibu mulai sakit-sakitan di tahun 2008, dia pun diminta melanjutkan usaha pembuatan batik. Padahal, saat itu, wanita lulusan sarjana keperawatan ini sudah bekerja sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur.

Kendati sudah menetap dan bekerja mapan di Jawa Timur, Muchayatun tak kuasa menolak permintaan ibunya. Akhirnya, dia memutuskan untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya, Indramayu.

Tak lama pulang kampung, ibunya kemudian meninggal. Sepeninggal sang ibu, usaha pembuatan batik semakin meredup. Aset usaha yang tersisa hanya sedikit. Itupun masih dibagi-bagi dengan empat saudaranya.

"Kami, kan, empat bersaudara, ketika ibu meninggal, semua peninggalan dibagi empat, termasuk perlengkapan usaha," ungkapnya.

Muchayatun sempat bingung untuk meneruskan usaha batik karena tak memiliki modal yang cukup. Untungnya, ia mendapat pinjaman modal dari mertuanya sebesar Rp 10 juta.

"Uang itu saya pakai buat membeli beberapa helai kain, obat, dan lilin untuk membatik," kata ibu satu anak ini.

Dalam kondisi yang serbaterbatas itu, ia nekat membangun kembali usaha pembuatan batik ibunya, dengan bendera baru bernama Bintang Arut.

Ketika itu, dia dibantu sekitar 20 karyawan yang sebelumnya telah bekerja dengan ibunya. "Saya benar-benar lagi memulai usaha dari bawah," katanya.

Namun, berkat kerja keras dan ketekunannya mengelola usaha, dalam waktu singkat Bintang Arut sudah mampu berkibar.
Selain batik cap, Muchayatun kini memproduksi batik tulis. Dalam sebulan, ia memproduksi sebanyak 600 hingga 800 helai kain batik, baik batik cap maupun batik tulis.

Kain batik buatannya dijual mulai Rp 60.000 hingga Rp 2,5 juta per lembar. Selain untuk memenuhi pasar dalam negeri, hasil produksinya juga sudah berhasil menembus pasar internasional, seperti Belanda dan Singapura.

Dari usaha batik ini, omzet yang ia peroleh mencapai Rp 150 juta per bulan. Batik buatan Muchayatun digemari karena motif dan teknik pewarnaannya  mencolok dan berani, khas batik Indramayu.       

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×