kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nadiem, pelanggan ojek yang jadi juragan ojek (2)


Selasa, 28 Juli 2015 / 10:50 WIB
Nadiem, pelanggan ojek yang jadi juragan ojek (2)


Reporter: Silvana Maya Pratiwi | Editor: Tri Adi

Inovatif dan pantang menyerah. Itulah kunci sukses Nadiem Makarim saat mendirikan PT Gojek Indonesia. Saat awal merintis usaha, ia kerap turun ke tempat para tukang ojek mangkal. Sudah begitu, tetap saja sulit merekrut pengojek untuk bergabung.

Nadiem Makarim termasuk seorang pengusaha yang jeli membaca peluang bisnis. Berawal dari kebiasaannya menggunakan ojek untuk pergi ke kantor, ia mendapat ide untuk mengawinkan jasa ojek dan teknologi. Dari situ lahirlah PT Gojek Indonesia yang resmi meluncur sejak awal tahun ini.

Nadiem bercerita, kebiasaan menggunakan ojek sudah menjadi rutinitas harian. Saat itu, ia masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku.Nah, setiap berangkat ke kantor, ia selalu menggunakan ojek.

Bukan berarti ia tidak memiliki kendaraan pribadi, seperti mobil atau motor. Ia lebih memilih menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke kantor  karena merasa lebih aman.

Menurutnya, tingkat kecelakaan pada pengguna ojek sangat kecil. Selama menggunakan jasa ojek ia tidak pernah mengalami kecelakaan. "Waktu menggunakan taksi, saya dua kali kecelakaan, kendaraan pribadi tiga kali kecelakaan, dan naik motor pribadi satu kali kecelakaan," katanya kepada KONTAN.

Lantaran sering menggunakan jasa ojek, Nadiem pun sering ngobrol dengan para tukang ojek langganannya. Dari hasil obrolan dan pengamatannya, ia mengetahui bahwa sebagian besar waktu tukang ojek banyak dihabiskan untuk mangkal dan menunggu penumpang.

Di tempat mangkal, biasanya mereka giliran dengan tukang ojek lainnya. Sudah giliran, kadang penumpang sepi. Sementara dari sisi pengguna jasa, keamanan dan kenyamanan ojek belum terjamin 100%.

Nah, menjawab semua persoalan itu, ia akhirnya mendapatkan ide membuat inovasi bagaimana orang bisa dengan mudah memesan ojek melalui ponsel tanpa harus repot ke pangkalan ojek.

Apalagi tidak semua orang lokasinya dekat dengan pangkalan ojek. Tukang ojek sendiri tidak harus mangkal. Bagi penumpang, menggunakan ojek juga lebih aman karena jelas dan terdaftar.

Nadiem mengaku, idenya ini juga sejalan dengan salah satu tugas kuliah ketika mengambil master di Harvard Business School. Saat awal merintis bisnis, ia hanya memiliki 10 karyawan dan 20 tukang ojek.

Bagi Nadiem, awal mendirikan Go-Jek merupakan masa yang penuh dengan tantangan. Salah satu kendala utama adalah  sulitnya merekrut para pengojek untuk bergabung. Maklumlah, saat itu karena brand Go-Jek belum banyak dikenal seperti sekarang ini.

Saat itu, Nadiem pun terjun langsung merekrut tukang ojek. Ia kerap turun ke jalan, tempat para tukang ojek mangkal. Ia lalu banyak menghabiskan waktu dengan mengobrol hingga membelikan mereka kopi dan rokok.

Setelah rajin melakukan pendekatan, akhirnya banyak dari mereka bersedia bergabung di Gojek. Semua kerja kerasnya itu tidak sia-sia. Dalam waktu singkat kini tercatat sudah ada 10.000 pengojek yang bergabung.

Tidak hanya wilayah Jabodetabek, Go-Jek juga sudah melebarkan sayapnya hingga ke Bali, Bandung, dan Surabaya.         


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×