kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,65   -11,86   -1.27%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nia semakin berkibar dengan situs sendiri (2)


Selasa, 16 Agustus 2011 / 12:24 WIB
Nia semakin berkibar dengan situs sendiri (2)
ILUSTRASI. Keputusan Menteri Agama tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah pada Masa Pandemi sudah terbit.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi


Sebagai seorang pengusaha muda, Nia Febriana mengaku secara tidak langsung terinspirasi dari kedua orang tuanya. Lahir dari keluarga pengusaha, secara tidak langsung mempengaruhi keputusan Nia untuk menggeluti dunia bisnis. Sejak kecil, keluarga selalu mengajarinya bekerja keras dan cerdas. Bukan itu saja, orang tua Nia juga memberi teladan untuk tidak pernah menyerah kepada keadaan.

Kemampuan Nia untuk membuat beragam suvenir pernikahan juga diperoleh dari kedua orang tuanya. Kebetulan, orang tua Nia memiliki usaha jasa rias pernikahan.

Namun setelah menamatkan kuliah di STT Telkom Bandung pada 2005, Nia tidak langsung terjun menjadi pengusaha suvenir. Sebagaimana lazimnya mahasiswa yang baru lulus kuliah, Nia sempat mencoba melamar kerja di beberapa perusahaan swasta.

Hanya, ia mengaku tidak pernah serius untuk melakukannya. Pasalnya, dalam hati kecilnya sudah tertanam keinginan untuk menciptakan lapangan kerja.

Awalnya, Nia mencoba menjadi distributor buku dengan membuka sebuah toko buku. Karena kurang berkembang, maka Nia beralih dengan menjadi distributor aneka suvenir pernikahan di akhir 2006.

Saat itu ia belum memiliki keberanian untuk membuat produk sendiri. Nia masih banyak menjual produk suvenir pernikahan asal China. Ia kulakan suvenir itu dari Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.

Setelah berjalan beberapa waktu, ia kembali melihat usahanya tidak berkembang. Apalagi, ketika ia sering mendapatkan banyaknya barang-barang yang rusak. Karena tak bisa komplain, dia terpaksa membeli produk baru sebagai penggantinya. Jelas, bisnis seperti ini tidak efisien.

Dengan modal nekat dan optimisme, Nia mulai membuat suvenir sendiri. "Dibilang nekat karena saat memulai saya hanya memiliki modal Rp 250.000. Tapi, saya tetap optimistis semua akan berjalan baik," ujarnya.

Meski begitu, sebenarnya Nia sudah memiliki modal utama, berupa kemampuan untuk membuat aneka suvenir dan pengetahuan tentang pasar suvenir serta aneka kerajinan lainnya. "Kalau tak segera dicoba, tidak akan mengetahui hasilnya," ujarnya.

Setelah membuat produk-produk suvenir kreasi sendiri, ia mulai memasarkan kepada para konsumen rias pernikahan orang tuanya dan para pelanggan usahanya yang lama. Ternyata respons yang diterima para pelanggannya cukup positif.

Usaha Nia pun makin berkembang. Dan pada 2007, Nia mulai mempromosikan usahanya di internet, seperti di Indonetwork. "Awalnya, saya ikut yang tanpa bayar," ujarnya.

Setahun kemudian, Nia memutuskan untuk membuat brand dengan nama Souvenia dan mulai memiliki situs sendiri. Hal ini langsung membuat pemasaran produknya semakin luas dan berimbas pada semakin banyaknya pelanggan.

Selain itu, Nia juga terus melakukan inovasi produk, termasuk membuat tas ramah lingkungan berbahan karung goni. Selain tas, produk ramah lingkungannya juga terdiri berupa dompet. Bahkan dengan memanfaatkan kampanye "Go Green", produk-produk tas buatan Nia sudah bisa menggantikan pasokan barang-barang China yang ada di tokonya.

Ketika usahanya bertambah maju, tentu saja Nia juga membutuhkan tambahan modal. Ia mengaku awalnya kesulitan untuk mencari modal tambahan. Nia pun mengakui program pemerintah untuk membantu pengusaha muda juga tidak semudah kenyataan. Selain persyaratannya sulit, birokrasinya juga berbelit-belit.

Untungnya Nia tidak kehabisan akal. Ia menghubungi rekan-rekannya untuk berinvestasi ke usahanya. Setelah kondisi keuangan yang cukup stabil, Nia pun berani mengajukan pinjaman bank dan mendapat persetujuan dari bank.

Produk-produk Souvenia juga memiliki ciri khas warna-warna tertentu. "Biasanya mengikuti tren tahunan," ujarnya. Ia mencontohkan untuk 2009 identik dengan warna marun, sedangkan tahun 2010 mayoritas berwarna ungu.

Dengan kerja kerasnya, produk suvenir Nia sudah mulai dikenal hampir ke seluruh Indonesia. Bahkan, kliennya beragam. Ia pernah mendapatkan klien artis hingga pejabat negara.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×