kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nilai jual terus merosot, ekspor kopra kian melorot


Minggu, 20 Mei 2018 / 16:18 WIB
Nilai jual terus merosot, ekspor kopra kian melorot
ILUSTRASI. KOPRA


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan penurunan harga kopra, ekspor minyak kelapa (NCO) Indonesia juga mengalami penurunan. Selain karena permintaan global yang terus melorot, nilai jual daging buah kelapa yang dikeringkan itu sebenarnya tidak seberapa.

Mengutip data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor minyak kelapa dan pecahannya selama empat bulan pertama 2018 tercatat turun 8,46% menjadi US$ 148,38 juta. Tahun lalu selama periode Januari-April 2017, eskpor komoditas ini mencapai nilai US$ 162,1 juta.

Adapun menurut catatan Kontan, kini harga kopra di tingkat petani dihargai Rp 6.000 - Rp 7.000 per kilogram. Sedangkan di tingkat pabrik sebesar Rp 8.000 per kilogram. Padahal di akhir tahun 2017, kopra masih dibeli di Rp 11.000 per kilogram.

Ketua Umum Dewan Kelapa Irawadi Jamaran menjelaskan bahwa sesungguhnya, pihaknya sudah tidak menganjurkan para petani dan pengusaha untuk membuat kopra. "Nilai jualnya rendah dan lebih bagus untuk produk lain yang memiliki added value," jelasnya kepada KONTAN, Kamis (17/5).

Menurutnya, baik untuk kebutuhan ekspor maupun domestik, bila kopra diolah langsung menjadi santan, arang sabut kelapa, atau nata de coco bakal memberikan nilai lebih kepada petani. Namun petani dan pengusaha masih menggelontorkan kopra mentahan karena terkendala pengembangan dan memiliki stok kelapa yang berlebih.

Tak hanya itu dari sisi inovasi yang lambat, lanjut Irawadi, industri kelapa juga terkendala oleh upaya peremajaan pohon kelapa yang tidak kunjung terealisasi. Menurutnya, pemerintah melalui Kementerian Pertanian sudah mengagendakan revitalisasi pohon, namun hingga saat ini tahapnya baru sampai pada proses pembibitan.

"Kalau untuk peremajaan pohonnya sepertinya terlambat, tapi kini sudah ada kegiatan pembibitan yang kita harapkan anggarannya bakal naik terus," jelasnya.

Melalui program revitalisasi, selain memangkas pohon kelapa tua yang sudah tidak menghasilkan kelapa berkualitas, bisa sekaligus memperluas lahan kebun kelapa. Pasalnya, dari tahun ke tahun, luas areal kelapa terus mengalami penurunan.

Adapun mengutip data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas area pohon kelapa pada tahun 2017 mencapai 3,54 juta hektare dengan hasil produksi kopra sebanyak 2,87 juta ton. Angka ini terkoreksi dari capaian 2016 dimana luas lahan mencapai 3,57 juta ha dan total produksi kopra sebanyak 2,89 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×