kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nunung persiapkan karyawan menjadi mandiri (3)


Senin, 04 Juli 2011 / 14:25 WIB
Nunung persiapkan karyawan menjadi mandiri (3)
ILUSTRASI. Beberapa bahan alami bisa dimanfaatkan sebagai cara menghilangkan panu.


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Lewat bendera Duz Creative, Nunung Syahrul Qirom terus berbagi ilmu dengan para karyawannya. Mempekerjakan karyawan dari siswa putus sekolah dan penyandang cacat, Nunung berharap semakin banyak karyawannya yang bisa mandiri. Selain permodalan, Nunung juga akan terus membagi ilmu dan keahlian pada mereka.

Mengelola 35 karyawan Duz Creative bukan hal yang mudah bagi pengusaha kelas menengah seperti Nunung Syahrul Qirom. Apalagi, lantaran bisnisnya mengutakan kreativitas, Nunung menjadikan karyawannya sebagai aset perusahaan.

Strategi yang ia kembangkan adalah saling mengerti dan memahami. Apalagi, Nunung menanggap para karyawan adalah keluarganya sendiri. Makanya, ia tahu persis kebutuhan masing-masing karyawannya. Untuk menimbulkan rasa saling pengertian, Nunung secara rutin juga mengadakan dialog, yakni dua bulan sekali. Dari hasil ngobrol itulah, Nunung bisa menemukan ide-ide kreatif baru, termasuk merasakan keluh-kesah dari karyawannya.

Tapi, seperti layaknya usaha lainnya, ia juga punya aturan tertulis. Aturan ini berlaku untuk semua karwayan, termasuk juga dirinya. Nunung pun tak segan meminta maaf bila ia melakukan kesalahan. "Kami membiasakan diri untuk saling terbuka," ujarnya.

Nunung mengaku seluruh karyawannya datang dari berbagai daerah di luar Semarang, Jawa Tengah. Ia sengaja melakukan itu lantaran para perantauan itu umumnya punya tanggungjawab yang lebih baik ketimbang orang-orang di daerah setempat. "Mereka umumnya juga punya keinginan belajar dengan lebih tinggi," ujarnya.

Untuk itu, Nunung menyediakan tempat menginap untuk karyawan yang tidak memiliki tempat tinggal. Apalagi, kebanyakan pegawao Duz Creative juga berlatar belakang ekonomi yang memprihatinkan. "Ketimbang mereka membuat uang untuk kos, lebih baik dipakai untuk mudik," ujar Nunung.

Ia tak ingin karyawannya beranggapan habis manis sepah dibuang. Makanya, ia selalu memperhatikan jerih payah karyawannya. Bagi karyawan yang ingin membuka usaha sendiri, ia akan memberi bantuan permodalan dan membimbingnya hingga ia mandiri.

Makanya, dalam proses pembuatan dus pesanan konsumen, Nunung sekaligus mempersiapkan mereka agar kelak bisa mandiri. "Tugas saya membekali mereka dengan keahlian," ujarnya.

Tak hanya itu, dalam keseharian mempimpin perusahaan, Nunung juga selalu menularkan sikap tanggungjawab dan kejujuran. "Ini bekal penting bagi mereka ketika mereka mandiri kelak," ujarnya.

Tak hanya itu saja. Nunung juga selalu memberi contoh dalam hal kedisplinan. Waktu istirahat tak boleh dipakai bekerja. Begitu juga sebaliknya. "Dengan cara ini, mereka bekerja maksimal dan menghargai waktu istirahat," ujarnya.

Oh, iya, yang juga unik, Nunung lebih suka memilih karyawan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan profesional. Bahkan, hampir seluruh karyawannya adalah siswa putus sekolah dan penderita cacat.

Menurut Nunung, kelebihan siswa putus sekolah atau penyandang cacat adalah mereka memiliki semangat kerja yang sangat tinggi. "Berbeda dengan pekerja profesional yang terkesan menggurui," jelas Nunung.

Meski begitu, Nunung harus bekerja keras agar bisa mengembangkan keahlian karyawan-karyawannya itu. Jamaknya, karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan rendah sulit menerima informasi tugas dan pekerjaan.

"Kami harus mengarahkan pekerjaan agar karyawan itu mengetahui tugasnya," ungkap Nunung. Nunung yakin, kesuksesan usahanya saat ini tak lepas dari campur tangan Tuhan. Untuk itu, ia mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan dengan selalu menyisihkan 10% dari keuntungan untuk orang miskin. "Sebagian keuntungan itu, saya sedekahkan," ungkap Nunung. Nunung yakin, semakin banyak ia memberi, maka hasil yang didapat akan belipat-lipat.

Setelah 2,5 tahun membuka usaha Duz Creative, Nunung yang mengawali bisnisnya dengan modal Rp 7 juta ini mampu mendulang omzet Rp 100 juta per bulan. Pelanggannya pun datang dari berbagai tempat, termasuk dari pejabat dan istansi pemerintah yang ada di Semarang.

Kini, Nunung bisa berbangga hati lantaran bisa menikmati berkah bersama karyawannya.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×