kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nurana menerangi pulau dengan arus laut


Kamis, 16 April 2015 / 10:00 WIB
Nurana menerangi pulau dengan arus laut
ILUSTRASI. Promo Superindo Hari Ini Periode 3-5 November 2023.


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Tak pernah terlintas di benak Nurana Indah Paramita untuk mempresentasikan bisnisnya di hadapan presiden Indonesia. Namun Kamis pekan lalu,  perempuan yang akrab disapa Mita ini dipanggil langsung oleh Presiden Joko Widodo ke panggung bersama dengan dua pengusaha muda lainnya.

Pada acara tersebut, Presiden Jokowi menanyakan perihal usaha yang dijalani perempuan berusia 29 tahun itu. Dengan percaya diri, Mita pun menerangkan usaha pembuatan turbin pembangkit listrik tenaga arus laut yang bernama T-Files.

Mita memang bukan perempuan biasa. Selama kuliah, ia sudah berhasil menghasilkan turbin bernilai miliaran rupiah. Perusahaannya menjadi pionir dalam mendesain dan mengembangkan turbin dengan energi alternatif, yakni arus laut.

Ide untuk membuat turbin muncul saat Mita masih menjalani kuliah jurusan Oceanografi di Institut Teknologi Bandung. Ia mengajak teman-temannya dari berbagai jurusan untuk membuat kelompok belajar. Mereka pun membuat suatu produk diharapkan menjadi solusi bagi pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia.

Lahirlah turbin yang digerakkan oleh arus laut. Mita bilang, timnya butuh waktu tiga tahun hingga turbin pertama tercipta dan bernilai ekonomi. Pertama kali, turbin itu digunakan di Pantai Mutiara, Jakarta Utara.

Pada 2005, Mita memutuskan mendirikan PT T-Files Indonesia Pioneer. “Kalau tak jadi PT, nasib T-Files hanya berupa riset yang jadi bahan di laboratorium,” tutur dia. Lagipula, perempuan kelahiran Bandung ini memang bersemangat untuk jadi pengusaha.

Mita menggelontorkan modal Rp 10 juta untuk merintis usahanya. Mita bilang, modal awal itu didapat setelah mengikuti Program Kreativitas Masyarakat. Dana tersebut terpakai untuk membuat miniatur pembangkit listrik.

Mita menyodorkan alasan yang terkesan idealis saat memilih jurusan Oceanografi di bangku kuliah. Jati diri Indonesia adalah negara maritim. Bahkan, negara ini punya sejarah maritim yang cemerlang di bawah Kerajaan Majapahit. “Hal itu tak boleh dilupakan karena dengan begitu Indonesia akan kehilangan jati diri,” kata dia.

Kecintaan terhadap laut juga terpupuk sejak Mita kecil. Di masa kanak-kanaknya, Mita kerap diajak kedua orangtuanya berekreasi di daerah pantai. Beranjak dewasa, Mita sempat menikmati kegiatan menyelam di laut. Pengalaman itu membukakan matanya terhadap pentingnya laut Indonesia.

Namun niat menjadi pengusaha memang baru tercetus di masa kuliah. Setelah mendirikan T-Files, Mita pun memantapkan pengetahuan bisnisnya dengan mengambil jurusan magister bisnis di ITB.

Menurut Mita, kunci utama kesuksesan T-Files adalah keberanian. “Saya nekat menawarkan produk ini ke banyak pihak, terutama pemerintah,” ujar dia. Hingga kini, klien T-Files memang kebanyakan pemerintah dan perusahaan.

Ia menjual turbin ke pemerintah agar masyarakat terpencil bisa menikmati listrik. “Rakyat tidak bisa bayar, karena untuk makan saja sulit. Makanya kami jual ke pemerintah yang bertanggungjawab menyediakan infrastruktur,” ujar dia.

Mita juga menawarkan turbin ke perusahaan yang hendak menggulirkan program Corporate Social Responbility. Menurut Mita, ketimbang menggelar acara, lebih baik perusahaan menyediakan turbin ke masyarakat membutuhkan listrik.


Jadi rekan Singapura

Mita mengingatkan agar tidak membayangkan turbin buatan T-Files bisa menghasilkan listrik yang mampu mengoperasikan alat elektronik skala berat. “Listrik dari turbin ini hanya digunakan untuk menyalakan lampu saja,” kata dia.

Mita bilang, melalui T-Files, setidaknya masyarakat bisa menikmati listrik dengan penerangan lampu. Nah, penerangan ini bisa digunakan untuk kapal bersandar di malam hari. Masyarakat di pelosok pun bisa menyelenggarakan pasar malam yang bisa meningkatkan roda ekonominya.

Ia melanjutkan, T-Files telah mengalami banyak pengembangan. Kala dibuat pada 2005, turbin ini hanya mampu menghasilkan daya sebesar 500 watt. Namun, daya itu kian meningkat. Kini, turbin bertenaga arus laut ini bisa menghasilkan listrik berdaya 10 kVa.

Harga jual turbin ini sama dengan solar sel. Namun, biaya memproduksi listrik dari turbin memang belum bisa menyaingi pembangkit yang menggunakan batubara. “Turbin lebih pas sebagai perintis untuk pulau yang tak punya listrik,” ujar dia.

Setiap kilowatt listrik yang diproduksi turbin dijual seharga US$ 40.000 per kW. Mita bilang, tiap klien biasanya membeli turbin dengan daya 10 kW. Turbin berkapasitas itu bisa menghasilkan listrik untuk dua desa.

Mita mengaku bisnis turbin T-Files memang menguntungkan. Perusahaannya sudah mengerjakan beberapa proyek pengadaan turbin. Selain di Pantai Mutiara, turbin T-Files digunakan di Jembatan Suramadu serta Nusa Penida, Bali.

Namun, untuk mengembangkan T-Files, Mita masih butuh  investasi. Sementara, kenaikan harga jual turbin bukan jalan keluar yang bijaksana. “Sayang kalau harga jual mahal dan jarang yang beli, rakyat tidak bisa menikmati listrik,” ucap Mita.

Mita dan rekan-rekan pun menambah lini bisnisnya dengan menerima orderan jasa yang berkaitan dengan engineering atau teknik. Sejauh ini, perusahaannya kerap diminta untuk mendesain produk, tempat, bahkan membuat bor untuk minyak. “Logika klien, kalau bikin turbin saja bisa, pasti hal-hal lain juga mampu,” ujarnya.

Nah, keuntungan dari proyek tersebut digunakan untuk mengembangkan T-Files. Di samping itu, sejak tahun lalu Mita resmi jadi rekan bisnis SMRT Singapura. SMRT merupakan perusahaan transportasi publik di negara Singa itu. Tahun ini, T-Files akan bekerja sama dengan SMRT dalam satu proyek transportasi di Bandung.      


Panen penghargaan dan jabatan

Kerja keras Nurana Indah Paramita dalam membesarkan T-Files berbuah manis. Tak cuma meraup untung, Mita juga menjawab keinginan masyarakat di pulau terpencil menikmati pasokan listrik. Ia juga mengembangkan potensi kelautan yang memang semakin gencar dilakukan di negara ini.

Tak hanya itu, perempuan yang berulang tahun setiap 4 April ini menuai banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Inovasi dalam bidang teknologi yang dilakukan Mita dan rekan-rekannya pertama kali dilirik Jepang. Enam tahun silam, T-Files memenangkan peringkat kedua dalam ajang Business Plan Contest School of Internet (SOI).

Mita dan tim juga pernah menjadi runner up Global Entrepreneur Obama serta memenangkan penghargaan Global Initiative through Science and Technology (GIST) Amerika Serikat pada 2012. Penghargaan ini mengantarkan Mita ke negeri Paman Sam. Ia bahkan mendapat kesempatan belajar bisnis di Silicon Valley.

Di dalam negeri, kesuksesan Mita diganjar penghargaan oleh Bank Mandiri. Lewat perhelatan Wirausaha Muda Mandiri, T-Files terpilih sebagai juara pertama untuk kategori Mandiri Young Technopreneur Award. "Selain tambahan dana, saya bisa belajar banyak dari pelatihan yang ditawarkan setelah mendapat penghargaan," tutur dia.

Selain membesarkan T-Files, Mita juga aktif dalam berorganisasi. Ia didapuk menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bandung sejak 2012 hingga kini. Menurut Mita, peran ini membuka akses untuk berbagi dengan sesama pengusaha muda.

"Saya ingin menginspirasi anak-anak muda lain untuk mengikuti jejak saya sebagai pengusaha melalui Hipmi," ujar dia. Mita berharap, generasi muda tak lagi berpikir mencari pekerjaan, tetapi menciptakan sendiri lapangan pekerjaan.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×