kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,35   -7,01   -0.75%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Omzet pun terangkat ketika liburan tiba (3)


Senin, 14 April 2014 / 12:04 WIB
Omzet pun terangkat ketika liburan tiba (3)
ILUSTRASI. Informasi cara pakai BCA Contactless kartu kredit BCA Anda, tak perlu bersentuhan tangan ?


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

Pembeli yang datang ke sentra oleh-oleh di Jalan Soekarno-Hatta, Anggut Atas, Bengkulu, lebih ramai saat hari libur tiba. Pada momen-momen tersebut, tamu-tamu pemerintah daerah banyak datang dari luar kota. Tentu saja, omzet para pedagang di sentra ini jadi terkerek naik.

Herdi Sjafrudin, pedagang oleh-oleh di Toko Joewada, mengatakan, pada saat libur hari-hari besar, banyak pendatang yang ingin mencari oleh-oleh khas Bumi Raflesia ini untuk dibawa pulang. Juga orang Bengkulu yang ingin membawa buah tangan sebelum berkunjung ke daerah lain.

Tiap bulan, rata-rata Herdi meraih omzet berkisar Rp 10 juta–Rp 15 juta per bulan. "Saat ada hari-hari besar dan musim liburan, omzet bisa meningkat lebih dari 50%," ujar dia.

Aini Puspi, pedagang lain di sentra ini,  juga mengaku mengalami peningkatan omzet lebih dari 50% kala musim liburan tiba. "Apalagi ketika menjelang Lebaran, omzet saya lebih dari Rp 50 juta per bulan," ujarnya.

Sering pula, tamu-tamu pemerintah daerah, yang berkunjung dari luar kota saat ada kegiatan seminar, datang ke sentra ini untuk membeli oleh-oleh. Bahkan, pernah pula para pedagang di sentra ini diimbau untuk meningkatkan persediaan oleh-oleh untuk menyambut Hari Pers Nasional (HPN) yang digelar Maret 2014 lalu di Bengkulu.

Namun, ternyata, ketika kegiatan tersebut berlangsung, bus rombongan tamu hanya diarahkan ke beberapa toko saja. Ini membuat beberapa pedagang merasa dirugikan, lantaran stok oleh-oleh yang sudah disediakan tidak terserap seluruhnya.  "Harusnya bus rombongan tamu disebar rata, biar tamu berkeliling sendiri ke toko mana tamu itu mau belanja," keluh Aini.

Herdi pun mengungkapkan kekecewaan yang sama. Sebab, dia tidak meraih peningkatan omzet selama penyelenggaraan HPN tersebut, karena tamu-tamu tersebut hanya berbelanja di beberapa toko yang sudah ditentukan sebelumnya.

Herdi berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Dia meminta Pemda Bengkulu lebih adil kepada semua pedagang di sentra ini. Jika tidak,  hal itu akan menghambat perkembangan usaha-usaha kecil di Kota Bengkulu.

Aini menambahkan, kejadian serupa tidak hanya sekali itu saja terjadi. Jika ada tinjauan dari pemerintah pusat, adiknya yang berprofesi sebagai perajin kulit lantung sering dijadikan percontohan pembuatan kerajinan. Pemerintah setempat mengklaimnya sebagai binaan mereka. Padahal, kata Aini, pemerintah tidak pernah membina adiknya atau pun memberikan bantuan.

Tapi terlepas dari itu semua, para pedagang di sentra ini mengaku  tak banyak mengalami kendala berarti. Salah satu masalah yang kerap dihadapi pedagang hanya soal pencetakan kemasan. Selama ini, para perajin harus mendatangkan kemasan dari Jakarta lantaran percetakan kemasan di Kota Bengkulu belum ada.

Aini berharap, pemerintah setempat bersedia menyediakan mesin percetakan kemasan di Bengkulu untuk menekan biaya operasional pedagang di sentra ini.      

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×