kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Omzet turun drastis akibat proyek MRT (1)


Senin, 12 Oktober 2015 / 14:50 WIB
Omzet turun drastis akibat proyek MRT (1)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Bergulirnya pembangunan proyek mass rapid transit (MRT) di wilayah Jalan Fatmawati memakan korban. Para pedagang di sentra mebel dan furnitur di daerah tersebut mengeluhkan penurunan omzet penjualan lantaran para pengunjungnya berkurang drastis. Kemacetan sebagai imbas proyek MRT dianggap sebagai penyebab utamanya.

Pembangunan infrastruktur tak selamanya menjadi berita baik. Terkadang ada berita buruk yang menyelimuti sebuah proyek pembangunan.

Hal tersebut dapat dilihat pada sentra mebel dan furnitur di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Pasalnya, sejak awal tahun ini, proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) telah sampai pada Jalan Fatmawati sehingga menyebabkan kemacetan yang parah di daerah tersebut.

Alhasil, daerah ini dihindari oleh masyarakat sehingga mempengaruhi penjualan para pedagang mebel di sekitar daerah tersebut.

Rencananya pembangunan MRT ini  baru selesai tahun  2018. Alhasil, dalam dua tahun ke depan, wilayah ini masih akan terkena efek pembangunan MRT.

Para pedagang mebel dan furnitur di daerah ini secara terang-terangan menyebutkan bahwa pendapatan mereka tergerus sejak proyek MRT jurusan Lebak Bulus-Bunderan HI ini bergulir di Jalan Fatmawati. Salah satunya adalah Johnson Willy, pemilik Duta Mebel yang tempat usahanya persis berada di depan jalan pembangunan MRT.

Menurutnya, meski pembangunan proyek ini dilakukan pada pukul 10 malam hingga pukul 4 pagi hari, tetap saja berdampak pada aktivitas usaha yang berlangsung pagi hingga sore hari.  Menurutnya, saat ini jalur dari Cipete menuju Blok M dan sebaliknya hanya dijadikan satu arah sehingga terjadi antrean kendaraan yang cukup panjang.

Johnson menilai kondisi ini telah diketahui oleh seluruh warga Jakarta dan sekitarnya. Alhasil, para pelanggan mebel enggan datang ke daerah ini dan jelas membuat penjualannya menurun.

Johnson bercerita usahanya, Duta Mebel, berdiri sejak dua tahun lalu. Sebelum ada pembangunan lintasan MRT, biasanya sehari ada 15 orang yang datang berkunjung. Sekarang jumlahnya menyusut tinggal separuhnya. Omzet penjualannya pun menukik hingga 40% dibandingkan sebelum proyek MRT bergulir. Namun, Johnson enggan menyebut secara gamblang omzet penjualan yang diraihnya tiap bulan.

Hal senada juga dialami Harjanatun, pemilik Furindo Furniture yang berada di Plaza Mebel Fatmawati. Menurutnya, dampak pembangunan MRT ini bukan hanya dialami dirinya tapi juga semua pelaku usaha. Atun, panggilan akrabnya mengaku tidak bisa berbuat banyak dan hanya berharap pemerintah mempercepat pembangunan MRT agar semuanya kembali normal.

"Penjualan barang sekarang turun dua kali lipat sebelum adanya pembangunan. Sekarang kalau ada pengunjung yang datang lebih dari lima saja sudah syukur," katanya.

Bahkan, menurutnya situasi pada akhir pekan yang biasanya ramai pengunjung juga tak terlihat lagi selama proyek pembangunan MRT telah memasuki wilayah ini.

Sekadar informasi, selama ini wilayah Fatmawati memang dikenal sebagai lokasi favorit untuk berburu produk mebel dan furnitur. Selain dianggap murah dan banyak pilihan, lokasi ini banyak menampilkan mebel dan furnitur dengan gaya minimalis yang banyak digemari konsumen.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×