kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pamor batik khas Dayak berkibar hingga luar negeri


Selasa, 07 Oktober 2014 / 15:09 WIB


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Dayak merupakan salah satu suku asli Kalimantan yang memiliki aneka produk seni dan budaya. Salah satunya adalah seni batik dengan motif yang tidak dimiliki batik daerah lain. Batik motif dayak mempunyai keunikan yang khas, yaitu memiliki bentuk yang mencerminkan khas Kalimantan Timur.

Di antaranya motif tribal, perisai, rumah lamin, perahu, tameng, bunga-bunga, burung enggang, dan jenis lainnya. Batik khas dayak juga terkenal berani dalam memadukan warna-warna cerah dan kontras, seperti merah, kuning, pink, hijau, dan biru. Warna yang dihasilkan selalu menyedot perhatian khalayak ramai.

Salah seorang pengrajin yang turut mempopulerkan batik Dayak ini adalah Retno Widowati asal Samarinda. Ia sudah menekuni kerajinan batik dayak sejak tahun 1981 dengan mengusung merek Rezadya Batik.

Sebelum terjun ke usaha ini, Retno sudah belajar membuat batik khas dayak selama tujuh tahun. Wanita 53 tahun ini bukan asli Kalimantan Timur. Ia berasal dari Jawa dan sudah lama tinggal di Samarinda karena ikut suaminya. "Waktu mendalami motif dayak, saya tidak ikut pelatihan. Saya hanya belajar dari pembatik dan keluarga besar suami," ujarnya.

Menurut Retno, di tahun 1990-an, batik khas dayak tidak begitu populer. Paling hanya dipakai taplak meja, seprai, gordin, dan belum dijadikan pakaian sehari-hari.  "Dulu orang kondangan pakai batik dayak malu karena baju dan taplak meja motifnya sama," kata dia.

Padahal, setelah ia pelajari lebih jauh, motif dayak sangat beragam dan sangat cantik. Ia lalu memodifikasi agar batik dayak juga digunakan untuk pakaian sehari-hari.
Saat ini, Rezadya Batik melibatkan tidak kurang dari 70 pembatik.

Dalam sebulan, Retno menghasilkan ratusan potong kain batik baik dalam bentuk pakaian jadi atau kain meteran. Produk batiknya ini dihargai mulai Rp 250.000 hingga Rp 8 juta, per lembar, tergantung material bahannya.

Selain di Kalimantan, pemasaran Rezadya Batik sudah merambah berbagai daerah lain, seperti  Jakarta, Bali, Surabaya, Riau, dan Makassar. Bila sedang mengikuti pameran di luar negeri, Retno juga kerap mendapat pesanan dalam jumlah banyak. "Yang memborong biasanya orang Belanda, Jerman, Prancis, Malaysia, dan China," jelasnya.

Dengan pasar yang semakin luas, kini ia bisa mengantongi omzet lebih dari Rp 50 juta per bulan. Pemain lainnya adalah  adalah Rones Triyono dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Sama seperti Retno, Rones juga pendatang asal Cirebon, Jawa Barat. Ia sudah jatuh cinta dengan batik Dayak sejak pertama kali datang ke Balikpapan.

Rones kini mendirikan kegiatan usaha di bawah bendera Arnesta Batik. Produksinya melibatkan 20 pembatik di Balikpapan, dengan omzet sebulan mencapai Rp 40 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×