kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panas dingin bisnis gerai steik


Rabu, 21 Maret 2018 / 11:25 WIB
Panas dingin bisnis gerai steik
ILUSTRASI.


Reporter: Annisa Heriyanti, Elisabeth Adventa, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Menu makanan asal barat masih punya pasar di Indonesia. Sebut saja piza, ayam goreng tepung hingga steik. Menu yang terakhir ini malah sempat menjadi tren dengan kehadiran kedai steik yang ramah di kantung. Maklum, bahan baku utama makanan tersebut adalah potongan daging sapi yang memang berharga tidak murah.  

Namun, makin banyaknya gempuran bisnis makanan yang terjadi satu tahun belakangan ini membuat laju bisnis gerai steik mulai tertahan. Padahal, menu daging ini sebetulnya masih cukup populer.

Ini dibuktikan dari penelusuran KONTAN terhadap para pelaku usaha makanan steik yang mengeluhkan laju bisnis tidak naik signifikan. Malah ada juga pebisnis yang terpaksa tutup warung karena persoalan bahan baku.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini review kemitraan usaha yang pernah KONTAN ulas satu tahun lalu tentang gerai makanan dan restoran steik. Berikut ulasannya.  

Zuper Steak

Bhakti Desta Gemilang adalah pengusaha yang membesar Zuper Steak. Ia membuka gerai steik tersebut sejak tahun 2012. Dan tidak berlangsung lama langsung menawarkan program kemitraan karena saat ini tren makanan steik tengah naik daun.

Saat KONTAN ulas tepat satu tahun yang lalu, Desta sudah mempunyai delapan gerai Zuper Steak. Dari jumlah tersebut, sekitar tujuh gerai merupakan milik mitra usaha Zuper Steak.

Nah, saat ini, jumlah mitra usaha gerai steik tersebut sudah bertambah. Ia sanggup menambah dua mitra pebisnis sehingga total gerai Zuper Steak saat ini sudah ada 10 gerai. Lokasi dari gerai makanan ala Barat tersebut tersebar di sejumlah lokasi, seperti Palembang, Banjarmasin, Toraja, hingga Manokwari.

Menurutnya, perkembangan tersebut tidak terlepas dari inovasi yang ia terapkan di Zuper Steak dibanding tahun sebelumnya. Misalnya ia meningkatkan kualitas gerai menjadi full stainless. Selain itu ia sudah menerapkan teknologi informasi untuk memudahkan mengerjakan laporan keuangan.

Strategi lain yang tidak kalah penting adalah memanfaatkan teknologi digital. Zuper Steak sudah menjalin kerjasama dengan aplikasi transportasi online untuk layanan pesan antar online.

Lewat strategi ini, ia menargetkan saban satu bulan bisa ada tambahan gerai. "Kami harapkan ada pertumbuhan satu gerai per bulan," timpalnya ke KONTAN (8/2).

Meski Desta akui tidak mudah untuk mewujudkan target tersebut. Pasalnya, ia harus bisa mengakali bila terjadi kenaikan harga bahan baku daging. Selain itu, polemik lain yang tidak kalah penting adalah kerjasama dengan ojek online di luar Jawa. Sayang, ia tidak merinci pemecahan persoalan dari kedua persoalan tersebut. Yang pasti, ia akan sekuat tenaga mengembangkan bisnis ini.

Maklum, pertumbuhan bisnis steik dari Zuper Steak cukup menjanjikan. Saat ini saja, rata-rata penjualan di gerai tersebut sebesar Rp 2 juta per hari. Hasil ini melonjak 20% dari pendapatan tahun lalu.

Melihat hasil tersebut, ia bakal merilis menu baru untuk mempertahankan pasar. Ia sudah mempersiapkan 12 menu dan merchandise sepanjang tahun ini. Jadi setiap bulan, bakal ada menu dan merchandise anyar yang muncul di Zuper Steak dengan tema  yang berbeda.

Tidak berhenti sampai di Zuper Steak, Desta terus membentangkan sayap usahanya dengan meluncurkan brand baru berbasis ayam keju dan sayap pedas dengan label ChiCheese Fiesta. Uniknya, Bhakti mengaku bila makanan ayam goreng tepung menjadi pesaing berat Zuper  Steak karena harga yang lebih murah ketimbang steik.

Saat ini, ia menawarkan paket investasi waralaba ChiCheese Fiesta sebesar Rp 250 juta untuk gerai dengan luas minimal 50 m². Nilai tesebut sudah termasuk peralatan dan perlengkapan serta fasilitas yang lengkap. Seperti desain gerai yang penuh warna dan modern.

Ukuran gerai tersebut bisa menampung hingga 30 kursi dengan jam operasional selama 10 jam. Dengan jam operasional tersebut, Desta targetkan setiap gerai ayam goreng keju ini bisa meraup omzet antara Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta. Bila target terpenuhi, dalam kurun waktu 12 bulan mitra sudah bisa balik modal.

Pleyboy Steak.

Pelaku usaha kemitraan steik lainnya adalah Bhakti Alamsyah asal Bandung, Jawa Barat yang mendirikan Pleyboy Steak. Usaha steik inj berdiri sejak tahun 2009 dan menawarkan kemitraan di tahun 2012. Saat KONTAN wawancari pada Desember 2015 lalu, Pleyboy Steak telah memiliki empat gerai yang tersebar di Bandung dan Cimahi.

Dua tahun lebih berselang, gerai Pleyboy Steak makin bertambah. Kini, total ada tujuh gerai Pleyboy Steak yang berdiri di sekitar Cimahi dan Bandung. "Satu gerai milik pusat dan enam gerai lainnya milik mitra," ujar Bhakti.

Ia menjelaskan jika dirinya sedikit mengubah sistem kemitraan yang ditawarkan. Awalnya, Pleyboy Steak menerapkan sistem royalti per bulan, kini Bhakti bilang pihak pusat menggunakan sistem bagi hasil. "Kami ada kendala di bagian merek dagang. Karena belum lolos HAKI dan tidak bisa terdaftar sebagai franchise, maka kami sistemnya kemitraan saja dan  bagi hasil," ungkapnya.

Paket kemitraan yang ditawarkan Pleyboy Steak juga mengalami perubahan, yang semula Rp 150 juta, Rp 180 juta dan Rp 240 juta, kini menjadi paket senilai Rp 200 juta, Rp 230 juta dan Rp 290 juta. Lonjakan nilai kemitraan ini lantaran ia sudah meningkatkan kualitas peralatan dan perlengkapan usaha.

Untuk sistem kemitraan yang diterapkan, Bhakti menjelaskan jika pihak pusat akan bekerjasama dengan calon mitra yang sudah memiliki tempat. Sedangkan urusan operasional bakal ditangani seluruhnya oleh pusat. "Jadi nanti bagi hasilnya 85% untuk kami dan 15% untuk mitra sebagai biaya sewa tempat. Semua diambil dari omzet bulanan," jelasnya.

Selain itu, Bhakti juga melakukan inovasi dari segi menu agar makin menarik konsumen. Ia mengatakan setiap bulan selama setahun  Pleyboy Steak akan berpromosi menu anyar.

Menu baru tersebut bakal mendapat harga khusus, artinya ada potongan harga selama satu bulan penuh. Setelah satu bulan lewat, menu baru tersebut menjadi menu tetap  atau reguler Pleyboy Steak. Begitu seterusnya saban bulan. "Jadi setiap bulan Pleyboy Steak membuat satu tema khusus sambil mengeluarkan satu menu baru. Begitu seterusnya," tuturnya.

Aneka menu makanan dan minuman yang ditawarkan Pleyboy Steak dibanderol mulai dari Rp 12.000–Rp 35.000 per porsi.

Meski berkembang, ia mengaku kendala di bisnis ini tentu saja ada. Salah satunya adalah kerap terjadi keluar masuk karyawan yang sampai sekarang diakui masih jadi kendala tetap.

Untuk mengantisipasi masalah klasik tersebut, pihak pusat menerapkan aturan bagi karyawan yang akan keluar. Yaitu bila ada karyawan yang akan keluar, maka ia harus mencari pengganti terlebih dahulu sebelum keluar.

Langkah ini penting supaya Pleyboy Steak bisa melatih terlebih dahulu calon karyawan pengganti.  Ia melatih calon karyawan tersebut di pusat pelatihan yang sudah ia didirikan. Tampaknya ini menjadi perhatian mitra.

Royal Steak

Usaha kuliner ini dibuka pertama kali Juni 2010 di Pasuruan, Jawa Timur. KONTAN, sempat mengulas pada 2013. Saat itu tercatat ada 29 gerai yang tersebar dari Sumatera Utara hingga Nusa Tenggara Timur.

Hampir lima tahun berlalu, usaha makanan berbahan baku daging sapi ini gulung tikar. Eko Budi Santos,a Business Development Manager Royal Steak sekaligus pemilik mengaku penutupan usahanya dilakukan sejak tiga tahun lalu.

"Kami tutup karena respon pasar terus menurun ditambah lagi harga bahan baku yang terus merangkak naik sehingga harga jual produk pun tidak cocok dengan kantong konsumen," katanya pada KONTAN.

Sebelum ditutup, jumlah mitra yang bergabung masih ada sekitar 25 orang. Eko menambahkan bila tidak bakal membuka usahanya lagi dengan kondisi harga daging sapi yang tinggi.

Sebelumnya, Royal Steak menawarkan dua paket kemitraan yaitu paket gerobak Rp 40 juta dan paket restoran  Rp 137 juta. Fasilitas yang didapatkan adalah kerjasama selama lima tahun, peralatan masak lengkap, dan bahan baku awal.

Menu yang dijual bervariasi, yang mencapai 80 macam dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 17.000 per porsi.       

Harus tahu luar dalam bisnis steik

Konsultan waralaba Djoko Kurniawan menilai bisnis kuliner steik di Tanah Air masih punya pasar, malah bisa berkembang.  

Tapi, para pemain harus memperhatikan kunci di bisnis tersebut, yakni standar bahan baku terutama daging, pengawasan yang baik serta layanan yang prima. "Banyak pebisnis kuliner seperti steik yang sekedar ikut-ikutan saja, tapi tidak mengerti tentang bisnis ini. Faktor inilah yang membuat bisnis steik tidak tumbuh dengan baik," katanya kepada KONTAN, Jumat (9/2).

Pasalnya, pangsa pasar makanan steik ini sejatinya terbuka lebar. Tidak cuma menyasar kawula muda tapi juga kalangan lain. Karena steik ini terbuka untuk segala usia, jadi setiap segmen pasti ada peluang yang perlu digali oleh setiap pebisnis steik.

Caranya adalah dengan memberikan strategi pemasaran  yang  berbeda di setiap segmen pasar. "Pebisnis harus jeli melihat tiap celah komunikasi kepada target market,” papar Djoko.

Apalagi ia melihat pebisnis steik, terutama mitra usaha masih belum fokus dalam menjalankan bisnis makanan tersebut. Ia melihat terdapat kecenderungan si pebisnis malah menyerahkan urusan bisnis tersebut kepada orang lain atau pihak ketiga yang memang tidak terlalu paham dengan bisnis kuliner steik tersebut.

Bila ini terjadi, justru yang rugi adalah pebisnis. "Ujungnya berakhir kekecewaan pelanggan dan bisnis jadi tutup," sahutnya.

Terkait bahan baku daging, seharusnya pebisnis steik sudah menghitung margin yang aman sehingga siap mengatasi kenaikan harga bahan baku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×