kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panen rezeki saat hari raya tiba (3)


Selasa, 14 Maret 2017 / 13:53 WIB
Panen rezeki saat hari raya tiba (3)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Boleh dibilang, sebagian besar masyarakat Indonesia doyan makan tempe. Salah satu lauk yang diolah dari biji kedelai ini pun masih laris dijajakan di Jakarta. Tak heran, kalau pedagang tempe di Ibukota masih menjamur.

Para perajin di sentra produksi dan penjualan tempe di Kampung Irian, Kelurahan Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat pun mengaku tak pernah sepi pesanan. Apalagi, menjelang Lebaran atau bulan anak-anak masuk sekolah.

Kusnoto, salah seorang produsen sekaligus pedagang tempe di sentra ini mengaku kebanjiran pesanan saat Lebaran. Dia bisa mengolah hingga tujuh kuintal kedelai saat Lebaran. Jumlah itu juga dua kali lipat dari hari biasa. "Pesanan berlimpah saat Lebaran dan usai liburan anak sekolah. Sampai rela untuk tidak pulang kampung dulu,” ujar Kusno kepada KONTAN.

Sayang, kendati banyak permintaan, para pedagang seringkali tak bisa memenuhi semua order. Sebab, ada keterbatasan bahan baku dan tenaga kerja. Jumlah kedelai yang dipasok rutin setiap harinya tak tetap. "Memang, pasokan di agen selalu ada, tapi jumlahnya tak selalu bisa memenuhi pesanan kami," kata Kusno.

Dia pun tak ingin memasok bahan baku dari Koperasi. Sebelumnya, sejak awal sentra ini berdiri, ada koperasi yang memiliki 20 anggota perajin tempe. Koperasi itu memasok kebutuhan kedelai setiap hari. Kedelai ini merupakan kedelai impor asal Amerika dan China.

Namun, koperasi yang menaungi produsen dan pedagang dianggap mengambil untung besar saat harga kedelai naik. Kusno bilang, ada pihak-pihak yang memegang kendali atas harga kedelai di koperasi. "Jadi untuk pasok bahan baku lebih baik ke agen, apalagi pesanan saat hari Lebaran banyak. Kalau di koperasi kadang lama dan tidak terpenuhi sesuai yang ingin kita produksi," katanya.

Disamping keterbatasan bahan baku karena mengandalkan pasokan agen, Kusno juga kekurangan tenaga kerja saat hari raya Untuk menjual 300 tempe per hari, dia hanya dibantu satu orang karyawan. "Ini saja kewalahan memproduksi 300 tempe hanya satu orang. Untungnya ada mesin dan alat yang cukup bantu produksi," terang Kusno sambil menunjuk tempe yang tengah diproduksi.

Tak jauh berbeda dengan Kusno, pedagang lain di sentra ini, Wahyu menyebutkan bahwa meningkatnya permintaan saat puasa juga dirasakan para pedagang tempe gerobak di Kampung Irian, Kemayoran. "Tak hanya weekend, saat puasa pembelian ramai juga," ujarnya.

Dia mengatakan biasanya pembeli mampir untuk membeli gorengan tempe sebagai menu buka puasa.

Jika dibandingkan hari biasanya, saat bulan puasa, Wahyu mengatakan bisa menjual sekitar 150-200 tempe per hari. Sementara hari biasa, 50-100 tempe terjual. "Kalau bulan puasa atau Lebaran suka dibantu saudara untuk jualan," ucapnya.

Wahyu juga tak menampik bahwa konsumsi tahu dan tempe masyarakat Indonesia terus meningkat setiap puasa dan Lebaran. Selain momen puasa, lokasi penjualan disamping JIEXPO juga mendukung perolehan omzet selama ini.                

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×