kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Panen setahun sekali, harga iles-iles terus membubung


Rabu, 18 Agustus 2010 / 11:24 WIB
Panen setahun sekali, harga iles-iles terus membubung


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Tanaman ini mempunyai nama latin Amorphopallus oncophyllus. Orang kerap menyebutnya bunga bangkai jawa, porang, suweg atau iles-iles. Sebelumnya, tanaman berumbi ini dianggap sebagai tanaman tak layak jual. Namun, ternyata, kebutuhan iles-iles makin banyak lantaran kegunaannya cukup beragam.

Tanaman ini digunakan sebagai bahan pengikat pembuatan tablet obat dan zat pengental dalam pembuatan sirup dan sari buah. Iles-iles juga menjadi bahan makanan sehat, setelah diolah menjadi jeli seperti konyaku.

Tak heran, dalam dua tahun terakhir ini, permintaan iles-iles terus meningkat, baik dari dalam maupun luar negeri. Sayang, saat ini pasokan iles-iles belum bisa mengimbangi permintaan. "Sebab porang hanya bisa dipanen sekali dalam setahun," kata Abdullah Yusuf Pulungan, pemilik Izzah Engineering, pembudidaya dan penjual iles-iles.

Menurutnya, baik di dalam maupun luar negeri, iles-iles banyak dibutuhkan untuk industri makanan. Ia sendiri memasoknya untuk berbagai industri. Salah satunya, perusahaan agar-agar di Jawa Tengah.

Pengelola Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Margo Mulyo, Tramiaji, mengatakan, permintaan rutin juga datang dari Jepang. Iles-iles merupakan bahan baku makanan di sana, berupa konyaku dan shirataki.

Selama ini, LMDH Margo Mulyo memasok iles-iles ke PT Abico di Surabaya. "Tiap tahun, harganya terus naik," kata Tramiaji. Bila tahun 2008 harga iles-iles organik masih Rp 2.250 per kilogram (kg), tahun lalu naik menjadi Rp 2.800 per kg.

LMDH Margomulyo menanam iles-iles di lahan Perhutani seluas 30 hektare hingga 35 haktare. Lokasi penanaman di hutan, karena iles-iles merupakan tanaman yang hidup di bawah naungan dan hanya memerlukan sekitar 40% sinar matahari.

Setiap kali panen, satu hektare lahan bisa menghasilkan 10-12 ton umbi iles-iles. Alhasil, LMDH Margo Mulyo mampu menghasilkan omzet sekitar Rp 840 juta setiap kali panen. Tramiaji meramal, masa panen selanjutnya sekitar bulan April hingga Juni tahun depan.

Adapun Yusuf menggarap 10 hektare lahan miliknya sendiri dan keluarga di Provinsi Sumatera Selatan. Dia bisa memanen 7-8 ton iles-iles per hektare. Bahkan, dalam sekali panen hasil maksimalnya mencapai 100 ton. Alhasil, dia bisa membukukan omzet Rp 240 juta. "Itu saja permintaan masih terus ada hingga ratusan ton, tapi saya sendiri tidak bisa memenuhi," imbuhnya.

Tak ingin berkembang sendiri, Yusuf berniat mengajak penduduk sekitar untuk menanam iles-iles. Saat ini ada 50 petani sawit yang menjadi binaannya. Mereka bisa memanfaatkan lahan di sela-sela tanaman sawit. "Bibitnya saya yang suplai dan mereka tinggal tanam saja," kata Yusuf.


Hanya, perubahan cuaca yang sangat cepat menjadi kendala utama penanaman iles-iles. "Mestinya musim kemarau panen, tapi tiba-tiba hujan. Itu bisa mengakibatkan gagal panen," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×