kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan batu Andesit makin sulit didapat (3)


Rabu, 18 Juni 2014 / 15:44 WIB
Pasokan batu Andesit makin sulit didapat (3)
Cek Saham-Saham yang Banyak Dilego Asing pada Perdagangan Jumat (20/1)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

Berdiri sejak tahun 1980-an, sentra batu giling di Desa Tanjung Heran, Kecamatan Taba Penanjung, Bengkulu Selatan telah berkembang pesat. Jumlah pengrajin pun terus bertambah.

Sampai saat ini, sudah ada sekitar 30 orang yang berprofesi sebagai pengrajin batu giling. Menjamurnya pengrajin batu giling membuat pasokan batu alam tak mencukupi lagi.

Semula, para pengrajin batu giling mendapatkan limpahan bahan baku batu andesit dari sungai air dingin yang ada di sekitar desa tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, pasokan batu andesit di sungai ini mulai habis dan pengrajin mulai mencari ke wilayah pegunungan. “Karena usaha batu giling di sini sudah ada dari tahun 1980-an, pasokan batunya habis karena setiap hari diambil,” kata Dedi Suparjo, pengrajin batu giling.

Saat ini, kata Dedi, pengrajin harus mencari batu andesit hingga ke gunung–gunung yang ada di sekitar desa mereka. Pasokan batu andesit di gunung memang masih banyak.

Namun, untuk mengambil batu tersebut tidak mudah. Selain letaknya yang jauh, ukuran batu juga besar-besar. Sehingga dibutuhkan kekuatan fisik untuk memecahkan dan mengambil batu tersebut.

Dari gunung, batu-batu tersebut diolah setengah jadi. Lalu dibawa pulang ke rumah untuk diamplas dan dihaluskan. Menurut Dedi, mengambil batu dari gunung tidak mudah. “Jadi mengambil batu ini tergantung rezeki masing–masing juga,” kata dia.

Selain letaknya jauh, pengrajin sebenarnya tidak boleh mengambil batu di gunung karena wilayah itu masuk dalam kawasan hutan lindung. Namun, pemerintah tidak berani melarang karena usaha pembuatan giling sudah penopang hidup warga Tanjung Heran

Dedi mengklaim, kendati mengambil batu dari kawasan hutan lindung, aktivitas mereka tidak merusak lingkungan. Buktinya, kata Dedi, kendati sudah puluhan tahun mengambil batu dari kawasan hutan lindung itu belum pernah terjadi longsor sekalipun. "Yang kami ambil hanya batu di permukaan tanah dan dari jurang saja,” jelasnya.

Makanya, pemerintah cenderung membiarkan aktivitas penambangan batu di wilayah itu. Lagipula, batu giling sudah menjadi ikon Kabupaten Bengkulu Tengah.

Lantaran itu, pemerintah mendukung usaha batu giling di Desa Tanjung Heran ini. Bahkan, pemerintah sudah memiliki banyak rencana buat mengembangkan produksi batu giling tersebut.

Salah satu rencananya adalah memberikan bantuan alat pengambilan batu agar tidak merusak kawasan hutan. “Tapi sampai sekarang belum terealisasi,” kata Dedi.

Ujang, pengrajin lain, berharap, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan memberikan perhatian kepada mereka. Ia berharap, pemerintah mau memfasilitasi pembentukan kelompok pengrajin agar bisa semakin berkembang.        

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×