kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan batu datang dari Yogyakarta & Bali (2)


Senin, 16 September 2013 / 14:31 WIB
Pasokan batu datang dari Yogyakarta & Bali (2)
ILUSTRASI. Ilustrasi harga emas Antam dan UBS hari ini di Pegadaian, Jumat, 29 April 2022./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/28/01/2022.


Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

BALI. Sentra kerajinan batu Jalan Bypass, Denpasar tidak pernah sepi dari aktivitas produksi. Setiap hari kawasan ini selalu riuh oleh suara pahat beradu batu.

Ada lebih dari 50 tempat produksi sekaligus perdagangan kerajinan batu padas di sana. Seperti saat Kontan menyambangi kawasan ini pekan lalu. Nampak kesibukan para perajin membuat aneka ukiran dari batu.

Seperti di kios kerajinan batu Juwita Jaya 2. Salah satu perajin tampak membuat relief bernuansa alam. Sementara perajin lainnya sibuk membuat ukiran ventilasi dari batu.

Komang Apel, pengelola Juwita Jaya 2 mengungkapkan, setiap hari, bengkel kerjanya bisa memproduksi beberapa patung kecil atau ventilasi berukuran 30 centimeter (cm) m x 30 cm. Sementara, untuk produksi patung berukuran sedang, relief maupun air mancur, lama pengerjaannya memakan waktu empat hari sampai dua minggu.

Di Juwita Jaya, seluruh kerajinan dibuat dari bahan batu paras. Ada batu paras berwarna putih bersih yang bahan bakunya dibeli dari Yogyakarta. Selain itu ada juga batu paras berwarna keabuan dan sedikit lebih kasar teksturnya. "Kalau yang abu-abu ini kami beli batunya dari daerah Bali," ujar Komang.

Komang menjelaskan, ada dua proses pembuatan batu paras. Pertama langsung dipahat dan diukir. Proses ini biasanya untuk pembuatan relief dan patung berukuran kecil ataupun sedang. Batu yang sudah ada dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Setelah itu langsung dipahat dan diukir.Sedangkan pembuatan relief, khususnya ukuran ada proses penempelan, misal relief berukuran 3 meter (m) x 4 m.

Pembuatannya menggunakan enam hingga delapan batu yang dipahat terpisah. Setelah itu, relief disambungkan dengan baut khusus.

Proses kedua dengan menggunakan cetakan atau kerangka terlebih dahulu. Batu yang ada akan dihancurkan. "Kalau mau membuat air mancur, batunya dicampur lagi dulu dengan semen dan pasir," terang Komang.

Dengan begitu, batu akan lebih mudah dibentuk sesuai keinginan. Proses ini juga dilakukan dalam membuat patung berukuran besar.

Langkah pertama, perajin akan membuat kerangka dari besi ataupun kawat. Lalu, bagian luarnya ditempeli adonan batu padas mengikuti kerangka yang sudah dibuat.  Setelah kering, patung tersebut sudah setengah jadi.

Perajin lalu melakukan pengukiran dan pemahatan yang sifatnya mempertajam lekukan patung. Cara Ini ditempuh karena akan jauh lebih memudahkan perajin.

Agung, pengelola usaha Sari Mulya menambahkan, proses pembuatan patung berukuran besar lebih sulit karena memakai bongkahan batu sangat besar. "Pemahatannya memakan waktu lebih lama. Makanya, pembuatan patung besar dan air mancur biasanya campuran," jelasnya.

Di Sari Mulya, selain batu padas, ada pula kerajinan batu alam. Pasokan batu alam kebanyakan didatangkan dari Yogyakarta yang biasa disebut batu palimanan.

Kelebihan batu palimanan warnanya putih dan semakin indah jika terkena matahari. Batu alam juga bisa tahan hingga puluhan tahun. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×