kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pedagang mainan mau pindah asal Pasar Gembrong tiada


Rabu, 24 Januari 2018 / 10:20 WIB
Pedagang mainan mau pindah asal Pasar Gembrong tiada


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Suasana Pasar Gembrong pada Sabtu pagi (20/1) terlihat ramai. Para pedagang mulai menjajakan produk mainan ke para pembeli yang mulai memadati pasar tradisional tersebut.

Suasana tersebut kontras dengan rencana relokasi salah satu pasar mainan terbesar di Jakarta tersebut. Relokasi ini lantaran Pasar Gembrong terkena proyek jalan tol Becakayu. Seluruh pedagang, rencananya bakal pindah ke Pasar Cipinang Besar milik PD Pasar Jaya yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat para pedagang mainan tersebut.

Salah satu pedagang, Ferdiansyah (21) mengaku sudah mengetahui rencana itu. Namun ia tidak mengetahui secara pasti rencana relokasi para pedagang ini bakal berlangsung.

Yang jelas ia berharap, jika seluruh pedagang mainan pindah lokasi ke tempat yang lebih permanen, omzet penjualan bisa terjaga. Artinya tidak melorot. "Mudah-mudahan ramai seperti di sini," katanya kepada KONTAN.

Ia sendiri mengklaim di lokasi saat ini, bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta per minggu. Produk yang paling laris adalah mainan sepeda serta mobil remote control.

Pedagang mainan yang lain juga merasakan manisnya berdagang di pasar tradisional tersebut. Sebut saja Lutfi Hakim. Pria berusia 23 tahun ini malah baru berdagang dua minggu di pasar tersebut. Hasilnya pun tergolong lumayan. Ia mampu meraup omzet hingga Rp 1 juta per hari dari berdagang mainan.

Tidak heran, Helmi mengaku kaget harus pindah ke pasar lain. Ia tak tahu persis rencana pemindahan para pedagang mainan ke lokasi yang lebih permanen. "Saya belum tahu kalau bakal dipindahkan,” papar Lutfi.   

Penjual lain, Abdul Fiqih sudah mendengar tentang rencana relokasi tersebut. Malah, rencana tersebut bukan barang baru bagi pria berusia 65 tahun tersebut. Sebab pada tahun 2012 dan 2014, rencana pindah lokasi juga sempat terdengar.

Malah, rencana pindah lokasi tersebut selalu gagal. Penyebabnya adalah setelah pindah ke pasar yang lebih permanen, justru sepi pembeli. "Jadi gagalnya karena tidak ada konsumen," tukasnya.

Ia sendiri pernah berdagang di pasar tersebut. Kerjaannya adalah cuma makan dan tiduran saja karena sepi pembeli.

Kalaupun jadi pindah, ia memberi syarat, yakni seluruh pedagang harus pindah ke pasar yang baru. Tanpa kecuali. "Jika masih ada pedagang di sana, tidak mungkin pembeli pindah ke pasar yang baru," tuturnya.

Sama seperti pedagang mainan yang lain, omzet yang diraup Abdul terbilang ciamik. Kalau hari biasa bisa mencapai Rp 7 juta per hari, maka kala akhir pekan melonjak menjadi Rp 15 juta per hari.
Larisnya produk mainan di pasar tersebut, klaim Abdul, karena harga yang lebih miring dari tempat lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×