kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pedas cuan seblak masih nyablak


Minggu, 14 Januari 2018 / 15:30 WIB
Pedas cuan seblak masih nyablak


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Seblak sedang naik daun. Makanan khas Bandung ini, kini mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia. Tak hanya menambah gerai pribadi, para pemain juga mengembangkan kemitraan.

Sayang, tak semua pemilik merek bisa dengan mudah mendapatkan atau membuka gerai mitra. Seperti Seblak Riweuh yang tidak kunjung bermitra setelah menawarkan kemitraan pada 2016 lalu.

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai perkembangan bisnis kuliner ini, KONTAN akan mengulas tiga kemitraan seblak yaitu Seblak Coy, Seblak Riweuh dan Seblak  Basah Kawula Muda.  

Seblak Coy
 

Salah satu merek usaha yang menangkap peluang ini adalah Seblak Coy besutan Achmad Mauludiansyah. Berdiri pada 2014 di Solo, Jawa Tengah, Achmad baru menawarkan kemitraan awal 2016. Saat KONTAN mengulasnya Mei 2016, baru satu mitra yang bergabung dan ada lima gerai milik sendiri di Solo.

Kini Seblak Coy punya lima gerai mitra yang tersebar di Yogyakarta, Depok dan Bekasi. Achmad juga menambah dua gerai lagi di Solo. Bahkan, dalam waktu dekat dia akan membuka gerai mitra di Purbalingga dan Cilacap.

Kini, Achmad membagi paket investasinya berdasarkan lokasi. Gerai di daerah Solo, nilai paketnya Rp 17 juta. Lalu, Rp 18 juta untuk Yogyakarta, Klaten dan Boyolali. Sedangkan, kota-koa di luar daerah tersebut paketnya Rp 20 juta. Nilai paket ini sudah termasuk untuk franchise fee, pelatihan karyawan dan pemasaran.

Menurut Achmad, kelebihan Seblak Coy terletak pada citarasa, kemasan, varian dan bumbu yang dibuat langsung oleh pusat. Selain itu, ia juga menambahkan sejumlah topping sebagai inovasi.

Adapun varian menu Seblak Coy yaitu seblak kerupuk, ceker, kikil, tahu, jamur, makaroni, tulang, seblak mix kerupuk dan makaroni serta seblak dengan nasi. Pilihan topping-nya, bakso ikan, bakso cumi, bakso udang, bakso sapi, sosis, suwir ayam dan telur puyuh. Guna memperluas pasar, sejak 2017

Seblak Coy bermitra dengan layanan pengiriman ojek dalam jaringan untuk penjualan online.
Soal harga, ada kenaikan sekitar Rp 2.000 per porsi. Kini, harga Seblak Coy berkisar Rp 8.000–Rp 15.000 per porsi. Harga untuk online mulai Rp 10.000–Rp 20.000 per porsi. Patokan harga ini juga tergantung dari daerahnya.

Hingga akhir tahun 2018, Achmad menargetkan untuk menggandeng lima mitra baru dengan membidik Pulau Sumatra, terutama Sumatra Barat dan Bangka Belitung.

Seblak Riweuh

Pelaku usaha seblak lainnya adalah Megga Oktavia asal Bintaro, Tangerang Selatan, Banten yang mengusung brand Seblak Riweuh. Beroperasi sejak 2015, Seblak Riweuh mulai membuka tawaran kemitraan akhir 2015 lalu.

Saat KONTAN mengulas Seblak Riweuh pada April 2016 lalu, mereka baru membuka satu gerai milik sendiri. Sampai saat ini, mereka juga belum punya mitra. "Gerainya masih satu yang di Bintaro Sektor 2, belum ada gerai lain. Kemungkinan, tahun depan kami akan buka cabang sendiri. Sekarang masih cari tempat yang cocok," terang Megga.

Ia menjelaskan, kesulitan mencari tempat strategis dan cocok juga menjadi kendala calon mitra yang akan bergabung. Kebanyakan calon mitra merasa kesulitan mendapatkan tempat yang sesuai. "Mungkin hal itu yang menyebabkan belum adanya mitra Seblak Riweuh. Sekarang cari tempat sulit dan mahal," ungkap Megga.  

Selain itu, Megga mengatakan jika para calon mitra mengeluhkan soal mahalnya paket investasi yang ditawarkan Seblak Riweuh. Namun menurut Megga, dirinya sudah menawarkan harga investasi yang standar. "Saya lihat tawaran seblak yang lainnya juga standar seperti yang saya tawarkan. Mungkin banyak orang menilai seblak itu makanan yang mudah dibuat, kenapa harus bayar mahal untuk kemitraan," tuturnya.

Saat ini, ada dua paket investasi yang ditawarkan Seblak Riweuh, yakni paket Rp 3,5 juta dan paket Rp 10 juta. Untuk paket Rp 3,5 juta, mitra hanya mendapatkan kerjasama brand Seblak Riweuh dan bahan baku awal. Sedangkan paket Rp 10 juta, mitra mendapat fasilitas lengkap, seperti fasilitas kerjasama brand, peralatan masak lengkap, gerobak, satu set meja, media promosi, daftar menu, kotak sajian, pelatihan dan bahan baku awal.

Megga mengatakan tidak menarik biaya royalti bulanan maupun mewajibkan mitra membeli bahan baku dari pusat. "Sistem kami beli-putus. Jadi mitra akan kami beri resep dan diajari membuat bumbu seblak," katanya.

Menu yang disediakan Seblak Riweuh masih sama, yakni seblak basah dengan tiga topping seperti  bakso, telur dan ceker. Ada menu spesial ceker yang berisi lima ceker namun tidak menggunakan makaroni maupun kerupuk basah. Dan menu seblak komplit dengan semua topping. Harga aneka menu seblak tersebut masih  sama, yakni mulai Rp 8.000 hingga Rp 15.000 per porsi.

"Dalam satu hari, gerai Seblak Riweuh saya rata-rata bisa menjual sekitar 50 porsi. Kami juga sudah punya pelanggan tetap yang memang loyal dengan Seblak Riweuh," pungkas Megga.

Seblak Basah Kawula Muda
 

Pelaku usaha seblak lainnya adalah Prasetyo Bayu Aji yang mendirikan merek Seblak Basah Kawula Muda asal Semarang. Beroperasi sejak Februari 2014, Seblak Basah Kawula Muda telah membuka tawaran kemitraan sejak Februari 2016 lalu.

Saat diulas KONTAN pada April 2016, jumlah gerai yang Seblak Basah Kawula Muda ada enam, yaitu lima milik pusat dan satu gerai mitra. Kini, gerai pusat bertambah satu di Ngaliyan, Semarang. Jadi total ada tujuh gerai, yaitu enam gerai pusat dan satu gerai mitra. "Penambahan gerai pusat baru lima bulan lalu, dan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Karena sudah banyak yang menjajakan seblak di Semarang," ujar Bayu kepada KONTAN, Rabu (13/12).

Mengenai paket kemitraan yang ditawarkan tidak berubah dari tahun sebelumnya. Yaitu senilai Rp 10 juta. Dengan modal tersebut, mitra mendapatkan fasilitas kerjasama brand, peralatan lengkap, booth, media promosi, pelatihan, bahan baku awal maksimal 100 porsi dan bonus sewa tempat maksimal enam bulan.

Tidak ada biaya royalti ataupun biaya franchise yang dibebankan pada mitra tiap bulannya. Mitra hanya wajib membeli semua bahan baku, khususnya bumbu seblak ke pusat tiap bulannya.

Senada dengan paket investasi yang tak berubah, menu Seblak Basah Kawula Muda pun tak berubah. Menu seblak basah dilengkapi dengan berbagai macam topping seperti mi, bakso, jamur, sosis, telur dan ceker. Hanya saja, harga semua menu seblak berubah. Yang sebelumnya dibanderol Rp 6.500 hingga Rp 10.000 per porsi, kini menjadi Rp 7.500 hingga Rp 11.000-an. Hal ini karena mengikuti biaya produksi pembuatan seblak.

Sejatinya, harga bahan-bahan di pasar tidaklah menjadi kendala bagi Bayu. Hanya saja, bahan baku seblak yang selalu segar dan hanya mampu bertahan seharian menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, dia hanya fokus membesarkan gerai yang ada, sembari menjaga kualitas Seblak Basah Kawula Muda.

Bayu mengaku, untuk saat ini Seblak Basah Kawula Muda masih fokus bermitra di Semarang dan sekitarnya. Namun tak menutup kemungkinan jika luar kota Semarang ingin bergabung dengan program kemitraan ini. "Masih rencana untuk buka gerai sendiri," sebutnya.                       

Pemain bermunculan, tapi persaingan masih longgar

Djoko Kurniawan, Konsultan Usaha mengamini bila gerai seblak mulai ramai bermunculan. Menurutnya, makanan khas kota kembang punya pasar yang cukup besar, namun belum banyak orang yang mengenal camilan ini. Seblak memang belum sepopuler bakso, batagor dan siomay.  

Minimnya promosi soal makanan ini juga berdampak pada minat investor untuk menanamkan modalnya. "Mereka belum tahu makanan jenis apa ini sehingga ragu untuk menjalin kerjasama," jelas Djoko.

Faktor lainnya adalah rendahnya nilai investasi kemitraan yang dibuat oleh pemilik usaha. Sadar atau tidak ini membuat calon investor ragu akan potensi usaha seblak itu sendiri. Makanya pemain harus rajin mengedukasi pasar. Misalnya, dengan menuliskan atau menjelaskan tentang bahan baku yang digunakan serta cerita asal-usul seblak yang menggugah ketertarikan.

Selain itu, kendala yang kerap dihadapi oleh pemilik merek adalah inovasi produk. Seringkali mereka terjebak dengan menu yang itu-itu saja tanpa memperdulikan selera konsumen.

Meski kini jumlah pemain seblak makin banyak, Djoko tak mengkhawatirkan soal persaingan. Sebab, belum seketat usaha makanan kebanyakan. Ditambah lagi, penetrasi pasarnya pun masih sangat besar.

Ia menasehati, para pemain yang belum mampu mengembangkan usaha agar fokus pada standarisasi serta pengembangan produk dan peningkatan kualitas. "Pikirkan bisnis Anda tiap hari dan main di kedalamannya, sehingga lahirlah ide-ide baru yang menarik," kata dia memberi saran. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×