kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang bisnis dari mencetak pebisnis


Jumat, 03 Agustus 2012 / 17:20 WIB
Peluang bisnis dari mencetak pebisnis
ILUSTRASI. Kepala junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu (27/3/2021).


Reporter: Noverius Laoli, Revi Yohana | Editor: Tri Adi

Peluang sekolah entrepreneur dianggap menjanjikan karena sekarang banyak orang berminat menjadi pengusaha. Itu juga yang mendorong A. Khoerussalim Ikhsan menawarkan kemitraan Entrepreneur College. Sekolah ini akan melatih orang untuk menjadi pengusaha.

Semangat wirausaha di Indonesia terus tumbuh. Terbukti, kini makin banyak bermunculan wirausaha muda di berbagai sektor bisnis. Munculnya semangat wirausaha ini tentu membawa berkah bagi penyelenggara sekolah kewirausahaan.

Pasalnya, minat orang untuk masuk ke sekolah ini lumayan tinggi. Itu yang dianggap peluang oleh A. Khoerussalim Ikhsan, Presiden Entrepreneur College. Berdiri tahun 2007, sekolah ini bertujuan melatih setiap peserta untuk menjadi pengusaha. "Sebagian besar peserta sekolah kami adalah mereka yang masih baru tamat sarjana, putus sekolah, di PHK atau pensiun," jelas Khoerussalim.

Entrepreneur College melatih para pesertanya mengembangkan bisnis, termasuk bisnis yang sudah stagnan dalam waktu lama. Entrepreneur College juga akan mendampingi peserta selama membangun usaha dengan menyediakan jasa konsultasi.

Pada 2009 lalu, Entrepeneur College resmi menawarkan kemitraan. Saat ini, sudah ada tiga cabang Entrepeneur College di Jakarta, Bandung dan Tebing Tinggi.

Dua cabang milik mitra dan satu milik sendiri. "Setelah Lebaran nanti, ada puluhan calon mitra akan buka cabang baru," kata Khoerussalim.

Saat ini, Entrepreneur College menawarkan satu paket kemitraan dengan investasi Rp 100 juta. Mitra akan mendapatkan modul pelatihan, alat peraga, instruktur, dan soft opening.

Namun, biaya itu belum termasuk sewa tempat dan renovasi tempat. "Semua instruktur juga digaji oleh mitra," jelas Khoerussalim.

Ia mewajibkan, setiap mitra memiliki minimal satu ruangan berkapasitas 30 orang. Ia menargetkan, mitra bisa menggaet minimal 30 peserta per bulan. Para peserta akan mendapat pembinaan intensif selama seminggu oleh instruktur. Setelah itu, pembinaan dilanjutkan dengan konsultasi jarak jauh selama tiga bulan.

Selama sisa waktu itu, peserta sudah langsung praktik di lapangan membuka usaha. Pada bulan keempat semua peserta diundang kembali untuk menceritakan pengalamannya membangun bisnis.

Untuk mengikuti program ini, peserta dipungut Rp 3 juta. Selama pelatihan peserta mendapat fasilitas makan.

Dalam sebulan, mitra bisa meraup omzet Rp 90 juta dengan laba 20%. Setelah dipotong royalti fee 5% dari omzet, mitra bisa balik modal dalam waktu satu setengah tahun.

Anang Sukandar, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), menilai, pendidikan wirausaha bukanlah jenis usaha yang cocok untuk dijadikan kemitraan atau waralaba. Sebab, tidak mudah mentransfer nilai-nilai kewirausahaan kepada para peserta didik.

Juga dikhawatirkan, nilai kewirausahaan yang ditransfer mitra kepada peserta didik sudah melenceng dari pusat. Menurut Anang, beberapa tahun lalu sudah ada usaha sejenis yang diwaralabakan dan tidak bertahan lama.

"Kalaupun bertahan, bentuknya universitas dan tidak diwaralaba," ujarnya. Lagi pula, wirausaha tidak bisa dipaksakan. "Jangan sampai terbentuk entrepreneur by accident dan entrepreneur by design," ujarnya.


Entrepreneur College
Gedung Astoria
Jl. TB. Simatupang No. 19-21
Kampung Rambutan, Ciracas,
Jakarta Timur
HP: 081584938901

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×