kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluang ceria dari budidaya buah khas Dieng (1)


Rabu, 16 April 2014 / 18:41 WIB
Peluang ceria dari budidaya buah khas Dieng (1)
ILUSTRASI. 5 Pose Yoga untuk Meningkatkan Pertumbuhan Rambut.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri

Bagi sebagian orang, buah carica (Carica pubescens  atau Carica candamarcensis) mungkin masih asing di telinga. Maklumlah, buah yang masuk golongan famili pepaya ini hanya tumbuh di atas ketinggian 1.500–3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Tanaman ini berasal dari dataran tinggi Andes yang membentang antara Panama hingga Bolivia di Amerika Selatan. Di Indonesia, tanaman ini banyak tumbuh di Dieng, Jawa Tengah

Pohon carica merupakan tanaman perdu. Dia tidak berkayu dengan permukaan batang kasar dan hampir menyerupai tanaman pepaya biasa, serta memiliki tinggi antara 3 meter (m)–5 m.

Tanaman ini memiliki buah berukuran rata-rata satu kepalan tangan, bentuknya mirip buah cokelat, tapi warna dan teksturnya mirip  papaya pada umumnya. Buah carica yang belum matang berwarna hijau gelap dan akan berubah berwarna kuning jingga dengan aroma yang menyengat apabila sudah matang, dengan tekstur daging yang keras.

Buah carica yang sudah matang tidak dapat dikonsumsi langsung, karena daging buahnya banyak mengandung getah. Sehingga rasanya pahit dan menyebabkan gatal di tenggorokan.  

Namun, buah ini banyak mengandung kalsium, gula, vitamin A dan C, serta  mengandung banyak minyak asiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Saat ini, buah carica sudah banyak diolah menjadi sirop, manisan, selai, dan minuman ringan non-alkohol. Lantaran bisa diolah menjadi berbagai komoditas, peluang ekonomi membudidayakan tanaman ini semakin menjanjikan.

Siti Juariah (52), salah satu pembudidaya buah carica, mengaku sudah membudidayakan buah ini sejak 10 tahun lalu di lahan seluas 6 hektare (ha). Ia membudidayakan carica di Desa Kotak Banteng Dieng, Pejajar, Wonosobo.

Saat mulai panen raya pada tiga tahun pertama, Siti bisa memproduksi enam ton buah carica per bulan. Namun saat ini, karena tanaman mulai tua, hanya bisa memproduksi 1,5 ton setiap minggunya.

Menurut Siti, harga buah carica sudah semakin turun. Awal-awal produksi, ia bisa menjual carica dengan harga rata-rata Rp 5.000 per kilogram (kg), bahkan pernah mencapai Rp 9.000 per kg. Tapi sekarang harga carica hanya Rp 3.500 per kg. "Ini karena petaninya makin banyak, tapi industri olahan tidak bertambah," ujar Siti.

Meski beberapa tahun terakhir ini omzetnya menurun, namun Siti mengaku masih bisa mengantongi pendapatan Rp 15 juta– Rp 20 juta setiap bulannya. Erwin Alexandra, petani carica di Wonosobo, mengaku bisa meraup omzet Rp 7,5  juta–Rp 10 juta per bulan.

Ia membudidayakan carica di lahan seluas dua hektare sejak 2003. "Budidaya carica masih menjanjikan," kata Erwin.                                      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×