kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengusaha makanan terbakar kenaikan harga elpiji


Selasa, 16 September 2014 / 15:27 WIB
Pengusaha makanan terbakar kenaikan harga elpiji
ILUSTRASI. Direksi?PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) memaparkan rencana IPO di Jakarta (30/3/2023).


Reporter: Primasyah Kristanto, Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

PT Pertamina resmi menaikkan harga elpiji 12 kilogram (kg) sebesar Rp 1.500 per kilogram atau sekitar Rp 18.000 per tabung. Kenaikan harga gas elpiji 12 kg membuat pelau usaha kecil dan menengah (UKM) kelabakan.

Sebab, kenaikan itu mengerek biaya operasional mereka sehingga mempengaruhi harga produk yang mereka jual. Herry Gunawan, pemilik Resto Cabe Ulek mengaku segera menaikkan harga jual mengikuti kenaikan harga elpiji 12 kg.

Herry mengaku, sebenarnya tak ingin menaikkan harga jual. Namun, dengan kenaikan elpiji 12 kg, ia pun terpaksa menaikkan harga jual bila tak ingin rugi.  “Sekarang saya masih menunggu kondisi sampai satu bulan ke depan,” katanya.

Resto ini menawarkan  sekitar 70 menu masakan Sunda. Harga jualnya bervariasi mulai Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per porsi.

Anto W Kusumo, pemilik Bella Fried Chicken juga merasakan hal yang sama. Meski bukan pengguna gas elpiji 12 kg, dia mengaku tetap terkena dampaknya.

Laki-laki yang akrab disapa Anto ini mengaku, kenaikan harga elpiji 12 kg ikut mengerek naik harga elpiji ukuran 3 kg. “Naiknya tidak banyak sekitar Rp 500 per tabung,” katanya.

Sehari-hari, Anto hanya menggunakan elpiji ukuran 3 kg karena menjual ayam goreng secara gerobakan. Dalam sehari dia bisa menghabiskan sekitar 1 kg hingga 2 kg gas elpiji. Bila dikalkulasi, dalam sebulan dia bisa menghabiskan sekitar 30 kg sampai 60 kg gas elpiji.

Namun, kendati harga elpiji naik ia belum berencana menaikan harga jual. Ia khawatir bila harga jual produknya naik, konsumen akan komplain. Ia pun terpaksa menahan harga kendati margin tergerus.

Saat ini, Anto menghargai ayam gorengnya mulai Rp 6.000 hingga Rp 8.000 per porsi. Dalam sebulan, dia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 15 juta.

Setelah dikurangi biaya bahan baku dan operasional, keuntungan bersih yang didapatkannya sekitar 30% dari omzet. Namun, akibat kenaikan harga elpiji, keuntungan bersihnya dipastikan turun.  

Supaya marginnya tidak semakin tertekan, kini ia mulai berburu supplier elpiji yang menawarkan harga murah. Fajrul, pemilik Soto Betawi Bang Fajrul juga terkena dampak kenaikan harga elpiji 12 kg.

Sama seperti Anto, ia juga memakai elpiji ukuran 3 kg. Nah, sejak beberapa hari terakhir, harga elpiji 3 kg juga mengalami kenaikan.

Kenaikan itu buntut dari naiknya harga elpiji 12 kg. “Mau tidak mau saya naikkan harganya karena kemarin laba saya sudah turun 25%–30% per harinya,” ujarnya.

Kini Fajrul membanderol harga sotonya menjadi Rp 20.000 per mangkok. Sebelumnya harga jual sotonya masih Rp 18.000 per mangkok.

Ia mengakui, kenaikan harga jual ini membuat konsumennya sedikit turun karena daya beli menjadi berkurang. "Yang bertahan paling langganan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×