kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pentingnya paham arti waralaba


Minggu, 01 Januari 2017 / 20:25 WIB
Pentingnya paham arti waralaba


Reporter: Klaudia Rani | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bisnis waralaba menjadi salah satu sektor bisnis yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya melalui waralaba, semakin terbukalah peluang untuk membuka lapangan pekerjaan di Tanah Air, yang diikuti semakin besarnya penyerapan tenaga kerja. Sayangnya, banyak pelaku usaha waralaba yang belum memahami sistem waralaba yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007.

Bije Widjajanto, pengamat waralaba dari Ben WarG Consulting bilang, di kalangan pemerintah pun pemahamannya masih beragam, terutama yang di daerah-daerah. Hal inilah yang kemudian membuat bisnis waralaba bertentangan dengan aturan yang telah dibuat.

Bije menyoroti salah satu hal yang terkadang diabaikan oleh pemberi waralaba atawa pewaralaba (franchisor), yakni tentang diberlakukannya biaya royalti. Menurut Bije, beberapa pewaralaba menggunakan istilah Business Opportunity (BO) karena bisnis waralaba yang dijalankannya belum memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007.

Dengan menggunakan istilah BO, para franchisor menghilangkan royalti dan berbagai kewajiban lain yang semestinya dilakukan oleh pewaralaba terhadap terwaralaba. “Ini berarti melemparkan risiko lebih besar kepada terwaralaba,” imbuhnya.

Sementara itu, dari sisi terwaralaba atau mitra pun masih belum bisa membedakan antara franchise dan BO. “Mereka menganggap semuanya adalah waralaba,” kata Bije.

Hal senada pun diungkapkan oleh Djoko Kurniawan, Senior Business Consultan dari DK Consulting. Dia bilang, biaya royalti dalam bisnis waralaba dinilai penting guna menunjang support system yang diberikan oleh pewaralaba kepada terwaralaba. “Kalau tidak ada biaya royalti, dukungan dari pusat dipertanyakan. Mungkin saja ada, tetapi tidak optimal,” ujarnya.

Djoko menilai kebanyakan pewaralaba tidak memberikan biaya royalti agar bisa menarik mitra, tetapi kontrolnya cenderung lemah. “Waralaba murni memang ada royalti,” ungkapnya.

Menurut Bije, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh pewaralaba yakni memiliki konsep bisnis waralaba yang tepat dan memiliki target pasar yang jelas. Selain itu mereka pun harus mampu menunjukkan target penjualan yang terbukti berhasil dan memberikan dukungan yang optimal yang berkesinambungan.

Adapun jaringan outlet yang terkendali juga dinilai penting sebagai prototipe yang bisa ditunjukkan kepada terwaralaba. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×