kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,11   -7,25   -0.78%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perajin tempe belanja kedelai buat sebulan (2)


Jumat, 02 Oktober 2015 / 15:16 WIB
Perajin tempe belanja kedelai buat sebulan (2)


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Tri Adi

Untuk menyiasati gejolak harga kedelai, para perajin tempe di sentra Kali Sipon, Kelurahan Poris, Tangerang, harus membeli bahan baku buat persediaan sebulan. Dengan cara ini, perajin bisa terus memproduksi tempe tanpa mengeluarkan biaya besar untuk beli kedelai ketika harganya sedang  melonjak tinggi.   

Kendati harga kedelai di pasaran sedang tinggi, para perajin tempe di sentra Kali Sipon, Kelurahan Poris, Tangerang, tak sulit mencari bahan baku produksi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tempe, perajin mengambil pasokan kedelai dari Pasar Anyar, Tangerang. Pasar Anyar adalah salah satu pasar tradisional terbesar di kota Tangerang.

Andi, salah satu perajin tempe di sentra Kali Sipon, mengatakan, ia bisa belanja kedelai hingga 1 kwintal per pekan. Pasokan kedelai sebanyak itu dibeli Andi untuk stok bahan baku dalam beberapa pekan ke depan.

Maklum, seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), harga kedelai cenderung melejit di pasaran dalam negeri. Sebab, selama ini, Indonesia masih menjadi importir kedelai. "Setiap hari harga kedelai berubah-ubah. Jadi, saya beli dalam stok banyak agar produksi bisa terus berlanjut,” kata Andi.

Menurut Andi, saat ini harga kedelai di pasaran sudah mencapai Rp. 8000 per kg. Beruntung, Andi telah membeli stok bahan baku sebelum harga kedelai naik. Cara ini ditempuh Andi untuk menyiasati pelemahan rupiah terhadap dollar AS, yang ikut mendongkrak harga kedelai.

Ketika harga kedelai naik, Andi dan perajin tempe lainnya di sentra Kali Sipon memang tak bisa berbuat banyak. Selain menahan stok kedelai, perajin hanya bisa menaikkan harga jual tempe.  

Beruntung, kendati harga jual dinaikkan, pembeli tak pernah berkurang setiap hari. Menurut Andi, sebagian besar tempe produksinya selalu ludes terjual oleh para pedagang tempe eceran yang jadi pelanggannya. "Meskipun harganya naik, para ibu rumahtangga masih memburu tempe," imbuh Andi.

Sunan, perajin tempe lainnya di sentra Kali Sipon menimpali, pergerakan harga bahan baku tempe sangat dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah. Karena itu, ketika harga kedelai sedang stabil, ia selalu membeli pasokan kedelai dalam jumlah banyak untuk menjaga stok bahan baku dalam waktu sebulan.

Sunan menambahkan, saat ini tempe sudah menjadi menu utama sehari-hari masyarakat Indonesia. Itu sebabnya, ia dan perajin lainnya selalu berupaya terus memenuhi pasokan tempe untuk para pedagang dan warga di sekitar Tangerang.

Dia bilang, selain dijual langsung ke pasar tradisional, banyak pedagang dan warga sekitar yang membeli langsung ke rumah para perajin tempe. "Kalau di pasar pembelinya dari warga sekitar Serpong, Karawaci, dan Tangerang. Tapi untuk pembeli yang langsung datang ke rumah, kebanyakan warga sekitar Kelurahan Poris," ungkap Sunan.

Saat ini, Sunan mengaku bisa memproduksi tempe hingga 20 kg per hari. Dari kapasitas produksi sebanyak itu, sekitar 15 kg dipasok Sunan ke para pedagang pasar tradisional dan sisanya dijual di sekitar rumahnya dalam bentuk gorengan.

Menurut Sunan, proses pembuatan tempe bisa memakan waktu tiga hari. Tahap pertama, kedelai harus direndam dan dicuci dalam waktu semalaman. Setelah itu, kedelai direbus agar terkelupas dari kulit arinya.

Setelah itu, kedelai dibungkus plastik atau daun pisang dan ditaburi ragi untuk menumbuhkan spora jamur. Benang jamur itu yang menyatukan butiran biji kedelai menjadi tempe.   

(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×