kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perjalanan karir Budianto Liman di Jababeka (1)


Rabu, 02 September 2015 / 16:09 WIB
Perjalanan karir Budianto Liman di Jababeka (1)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Dikky Setiawan

Bercita-cita untuk bisa menguasai ilmu kimia, tapi Tedjo Budianto Liman justru banting setir ke bidang keuangan. Kemampuannya mengelola keuangan perusahaan serta mampu membuat strategi yang tepat bagi perusahaan mengantar Budianto duduk sebagai Direktur Utama PT Kawasan Industri Jababeka Tbk pada Juni 2015 lalu.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2015 PT Kawasan Industri Jababeka Tbk pada 24 Juni 2015 silam menjadi momentum spesial bagi Tedjo Budianto Liman.

Para pemegang saham emiten dengan kode KIJA ini sepakat untuk menunjuk Budianto yang sebelumnya Wakil Direktur Utama, naik menjadi Direktur Utama menggantikan Setyono Djuandi Darmono yang kini menjadi Komisaris Utama perusahaan.

Jabatan baru ini bak sebuah anugerah bagi Budianto dan tak henti mengucap syukur karena dipercaya duduk pada posisi puncak perusahaan. Meski begitu, dia menganggap tugas dan tanggung sebagai bos perusahaan sebesar Jababeka cukup besar dan dia mengaku akan bekerja keras dalam memegang amanah ini.

Budianto saat berbincang dengan KONTAN di kantornya di Gedung Menara Batavia, Jakarta Pusat, awal pekan ini, menceritakan perjalanan kariernya sebagai seorang profesional.

Berdiri sejak tahun 1989, Jababeka merupakan perusahaan pengembang kawasan industri pertama yang menjadi perusahaan terbuka dan sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain mengembangkan kawasan industri yang didukung infrastruktur dan jasa manajemen kota, Jababeka juga tercatat memiliki bisnis di sektor properti.

Bagi Budianto, memimpin Jababeka adalah buah dari kerja kerasnya selama 21 tahun bekerja untuk perusahaan. Menurutnya, untuk bisa sampai ke jabatan ini, semuanya tidak instan dan tak ada unsur kedekatan keluarga. "Semua adalah hasil kerja keras dan disiplin yang saya pupuk sekian lama," ujarnya.

Lahir dan besar di kota kelahirannya di Surabaya, Budianto sempat bermimpi untuk bisa kuliah di teknik kimia. Menurutnya kala itu, ilmu teknik kimia dianggap keren dan memberikan pekerjaan yang menggiurkan.

Tak main-main, setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Saint Louis Surabaya pada awal 1980-an, Budianto pun terbang ke Australia untuk masuk ke The University of New South Wales Australia jurusan Chemical Engineering.

Pria kelahiran 28 Maret 1962 ini mengaku beruntung mendapatkan dukungan dari orang tua untuk mengenyam pendidikan di negeri Kanguru tersebut. Setelah lulus, dia pun memutuskan untuk bertahan di Australia dan langsung mengaplikasikan ilmu yang telah dimilikinya.

Pekerjaan yang dijajal Budianto adalah sebagai engineer di Shell Australia. Tapi, gambaran pekerjaan sebagai engineer ini ternyata berbeda dengan yang dia bayangkan sebelumnya.

Di perusahaan multinasional ini, Budianto mengaku tak kerasan dan hanya bertahan selama tiga bulan lantaran harus banyak terjun ke lapangan dan berada di bawah terik matahari dalam waktu yang lama. "Saya merasa pekerjaan ini bukan jiwa saya karena saya merasa tak kuat berada dibawah terik matahari terlalu lama," ungkapnya.

Budianto tak lantas frustrasi menghadapi kondisi ini. Dia pun akhirnya banting stir dan beralih mengintip peluang karier di bidang keuangan.

Hal ini yang lantas mendorongnya mengambil keputusan untuk sekolah kembali di kampus yang sama, kali ini mengambil magister bidang keuangan.

Pada tahun 1989, Budianto telah menyandang gelar pendidikan Strata 2 (S-2) bidang keuangan. Tak ingin berlama-lama di negeri orang, Budianto balik ke Tanah Air dan merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan yang cocok baginya.

Tak butuh waktu lama, Budianto pada tahun tersebut mulai bekerja di Salim Group. Dia mengaku selama lima tahun bekerja di bagian keuangan perusahaan tersebut.

Pada tahun 1994, Budianto memutuskan untuk pindah ke Jababeka. Pengalaman selama lima tahun di Salim Group rupanya membuat Budianto langsung dipercaya sebagai Corporate Finance dan Corporate Secretary. "Saya bersyukur bisa bekerja di bagian keuangan. Karena roh perusahaan itu ada di bagian keuangan," tuturnya. (Bersambung) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×